"Aku butuh sebuah pekerjaan." ujar Gerald dengan raut wajah sedih.
"Hanya itu alasanmu menyuruhku datang ke cafe ini pada jam 10 malam? Kau gila!" hardik Becca kesal. Bagaimana tidak, selain sudah malam di luar sedang hujan deras dan udara sangat dingin.
"Maafkan aku jika merepotkanmu." Gerald merasa sangat bersalah kepada Becca. Tapi hanya ia yang bisa membantunya.
"Tidak apa apa, untung aku sayang denganmu. Jadi kenapa kau butuh pekerjaan?" ucap Becca ingin tahu.
"Cafe tempatku bekerja bangkrut, jadi aku harus mencari pekerjaan lain." Gerald kesulitan mencari pekerjaan minggu ini. Mungkin toko toko sudah tidak membutuhkan karyawan.
"Dan?" tanya Becca sambil mengangkat alisnya.
"Tolong bantu aku, akan kuambil semua, asalkan aku bisa bekerja." Gerald memohon dengan wajah memelasnya.
Becca mengernyit melihat wajah melas Gerald. Bagaimanapun Gerald sahabatnya, ia harus membantu Gerald.
"Kenapa kau tidak menghubungu Gale? Mungkin ia bisa membantu." saran Becca, yang membuat Gerald mengerutkan kening tidak setuju.
"Tidak tidak, ia sudah punya kehidupan baru dengan Violet. Dan sudah saatnya aku mandiri." ia menolak saran Becca.
Umurnya sudah cukup untuk bisa hidup mandiri. Ia juga tidak mau terlalu membebani Gale.
"Ini semakin rumit." jelas Becca sambil meminum kopi pesanannya.
"Kumohon bantu aku Rebecca." Gerald mengangkat tangan memohon, hanya Becca yang bisa membantunya.
Becca memikirkannya sebentar, Gerald sahabatnya. Ia tidak bisa melihat Gerald memelas seperti sekarang. Mau tidak mau Becca harus membantunya.
"Baiklah aku akan membantu." kata Becca sambil memandang tajam Gerald. "Pekerjaan apapun kau terima?" sambung Becca.
"Ya, aku akan menerimanya. Apapun itu." cengiran lebar terukir di wajah Gerald.
"Rebecca, aku menyayangimu." Gerald mengitari meja, lalu memeluk Becca. Untung saja Becca menjadi sahabatnya.
"Ayo pulang. Aku sangat lelah hari ini." saran Becca di sela sela pelukannya bersama Gerald.
"Ayo." Gerald berjalan beriringan dengan Becca keluar cafe.
Becca memutuskan untuk mengantar Gerald, ia tidak tega kalau Gerald harus pulang sendiri pada malam hari.
Sesampainya di rumah Gerald langsung berjalan ke kamarnya dan membaringkan diri di ranjang. Tiba tiba ponselnya bergetar dan terlihat notifikasi pesan masuk di layarnya.
Rebecca :
Hey, aku dapat pekerjaan yang tepat untukmu xD
11.04 PMMe :
Apa itu?
11.04 PMRebecca :
Besok akan kuberitahu
11.04 PMMe :
Kenapa harus besok? Sekarang saja!
11.05 PMRebecca :
Ini kejutan, jadi bersiaplah untuk kejutan besok, okay.
11.05 PMMe :
Whatever.
11.05 PMSetelah membalas pesan terakhirnya, ia mencoba untuk tidur. Ia hanya ingin pekerjaan yang tidak terlalu berat, sehingga kuliahnya tidak terlalu terganggu.
Semoga Tuhan memberikan kemudahan. Doanya dalam hati. Lama kelamaan matanya mulai terpejam dan tertidur.
****
Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Sean berjalan menuju rumahnya. Ia merogoh saku jasnya sebentar mencari kunci rumah. Ia langsung membuka pintu dan berjalan memasuki ruang tengah.
Ia sedikit heran, padahal tadi malam rumahnya berantakan dan bungkus makanan bertebaran di sofa ruang tengah. Namun sekarang semua bersih dan anehnya tercium bau harum dari dapurnya.
Ia berjalan menuju sumber bau harum tadi. Ia melihat Renai yang sedang asyik memasak dan Gemma yang sedang memainkan ponselnya di meja makan.
"Hai Mom." sapa Sean lalu mendekat ke arah Renai untuk mencium pipinya.
"Kau tidak menyapaku? Kau benar benar kakak yang jahat." gerutu Gemma masih sambil memainkan ponselnya.
"Okay. Hai Gemma." sapa Sean. Gemma hanya tersenyum kaku dan matanya tidak beranjak dari layar ponselnya. Sedangkan Sean hanya tersenyum tipis.
"Sean." panggil Renai saat Sean sedang minum.
"Hum?" ia hanya bergumam karena masih dalam keadaan minum.
"Aku mencarikanmu pembantu." ujar Renai.
"Kenapa? Aku tidak butuh mereka, Mom." bantah Sean.
Sudah 5 kali ia berganti pembantu. Semua pembantunya keluar karena ulah Sean. Ia melakukan hal tersebut karena ia tidak suka ada orang asing tinggal bersamanya.
"Jelas kau butuh. Kau selalu pulang malam. Kau tidak punya waktu untuk membersihkan rumah. Dan siapa yang selalu membersihkan rumah?" tanya Renai.
"Jelas Mom yang membersihkan rumah." timpal Gemma.
Sean melempar potongan kentang goreng yang baru dimasak Renai ke arah Gemma.
"Hei hentikan itu, Sasa." teriak Gemma.
"Makanya jangan ikut campur. Oh dan satu lagi, namaku bukan Sasa, namaku Sean." jelas Sean.
"Tapi kau selalu dipanggil Sasa oleh pepo." bantah Gemma.
Kakek Sean selalu memanggiknya Sasa sejak kecil. Jelas jelas namanya Sean, tapi ia masih sering dipanggil Sasa sampai sekarang.
"Sudah kalian berdua hentikan. Kalian sudah besar seharusnya mengurangi acara bertengkar kalian." ucap Renai melerai Sean dan Gemma.
"Kau butuh pembantu Sean, tidak ada kata tidak. Dan lagi sebaiknya kau segera mandi lalu makan malam bersama." sambungnya.Sean mengangguk lalu menghilang dari dapur. Beberapa menit selanjutnya, Sean berjalan kembali ke dapur.
"Apa makan malam kita?" tanya Sean. Ia mengenakan boxer dan kemeja yang masih lengkap dengan dasinya.
"Branzino." jawab Renai sambil memandang.
"Mandilah Sean."Gemma yang melihat Sean kembali dengan pakaian seperti itu langsung tertawa terbahak bahak.
"Dasar bodoh." ejek Gemma.
"Diamlah Gemma." ucap Sean. Ia berjalan meninggalkan dapur kembali ke kamarnya.
Tidak apa apa Mom. Akan ku buat pembantu baru itu akan kaki seperti pembantu lain. Ucapnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Housemaid With Benefits
RomancePembantu yang mempunyai berbagai manfaat? Siapa yang tidak mau. Hugable Kissable? Sungguh pembantu dambaan. Geraldine Chester menemukan pekerjaan walau hanya sebagai pembantu. Namun siapa sangka pekerjaannya mempertemukannya dengan Sean Cage. Semua...