15. Thirst

26.1K 783 14
                                    

"Sepertinya enak." ucap Sean sambil menyodorkan sekotak makanan ringan kepada Dylan.

"Bagaimana yang ini?" Dylan mengambil kotak makanan lain.

"Tidak yang ini lebih enak." tegas Sean sambil menyodorkan kotak yang ia pegang.

Gerald berhenti berjalan setelah ia melihat dua pria di belakangnya berhentu berjalan. Mereka terlihat sedang berdebat tentang makanan ringan. Oh God, please.

Gerald langsung menghampiri dua pria tersebut "Maaf tuan tuan ada yang bisa saya bantu?"

Sean dan Dylan melirik Gerald sejenak lalu melanjutkan berargumen. What the fuck, pikir Gerald.

"Ini saja." ucap Dylan.

"Bagaimana jika yang itu?" Sean menunjuk rak paling ujung dan berjalan ke sana. Namun sayan usahanya gagal karena Gerald meraih jaketnya dan menyeretnya pergi. Tak lupa, Gerald menyeret Dylan pula.

"Kalian tidak akan membeli itu. Kita harus mencari kebutuhan yang lebih penting." jelas Gerald.

"Untung aku ada di sini, jika tidak mungkin kalian akan membeli barang barang yang tidak berguna." sambung Gerald.

Bagi Gerald belanja bersama dua pria yang sama sekali tidak tahu tentang kebutuhan sehari hari membuatnya stres. Mereka menaruh barang belanjaan diam diam di keranjang belanja. Dan saat Gerald mengetahui hal tersebut, ia harus berlari ke lorong lorong mengembalikan barang barang tadi.

Sesampainya di rumah, Sean meletakan barang belanjaan pada dapur sementara Gerald sibuk menceramahinya bagaimana hidup hemat.

Sean melihat Gerald berjalan menuju kulkas. Ia mengambil sebuah soda lantas meminumnya. Melihat Gerald minum lantas membuatnya haus. Haus antara minum atau bibir Gerald. Gerald bersandar pada konter dapur membuat kemejanya terangkat sedikit memperlihatkan bagian perutnya. Hal itu membuat Sean semakin haus. Rasa kering mencekat tenggorokan Sean.

"Gerald." panggil Sean.

"Ya?" jawab Gerald langsung melihat Sean.

Sean berjalan menuju Gerald. Ia berhenti di depan Gerald dengan jarak yang cukup dekat. Untuk melihat wajah Sean, Gerald harus mendongak ke atas. Seketika Gerald merasa gugup. Ia melanjutkan meminum minumannya untuk menutupi rasa gugupnya.

"Gerald."

Gerald mendongak ke arah Sean saat namanya dipanggil. Sean sedang menatapnya dengan pandangan yang menghipnotis. Mata hazel Sean terlihat lebih cerah dan hangat, sangat menghanyutkan orang yang melihatnya.

"I'm so thirsty." ucap Sean.

Gerald langsung sadar lalu membuang muka, ia merasa pipinya akan memerah.
"Kau haus?" tanya Gerald lalu Sean mengangguk.

"Baiklah aku akan mengambilkan minum." ucap Gerald. Saat ia akan melangkah pergi, tangan Sean menghalanginya dengan bersandar pada konter.

"Aku ingin minum yang kau minum." ucap Sean. Wajah Sean sangat dekat dengan wajah Gerald. Gerald menatap Sean, mata Sean seolah menari kemenangan. Tatapan Sean berganti dengan tatapan nakal. Ya Tuhan apa lagi ini?

"Minum ku sudah habis." jawab Gerald dengan suara rendah.

"Aku tahu cara lain untuk menikmatinya." jawab Sean dengan nada menggoda. Mata Gerald melebar mendengar ucapan Sean. Menikmatinya?

Sean menundukkan kepalanya, mendaratakan bibirnya pada Gerald. Gerald sedikit terkejut dengan serangan Sean yang tiba tiba. Sean terus menciumnya. Ia menggigit bibir bawah Gerald, tanpa sadar Gerald mendesah di dalam ciumannya. Reflek tangannya mencari cari rambut Sean, mengusapnya lembut. Sean mengangkatnya ke atas konter, sehingga ia tidak perlu menunduk untuk menciumnya.

Bibirnya Sean bergerak lembut bersamaan denga bibir Gerald. Lidah Sean mendesak masuk. Sedikit menggihit bibir bawah Gerald lalu ia mendapat akses masuk. Lidahnya menjalajah Gerald lebih dalam. Lidahnya bertemu dengan lidah Gerald lalu bergerak bersamaan. Tanganya turun menggapain pinggang Gerald. Tangan Sean masuk ke dalam kemeja Gerald. Sean senang Gerald memakai kemeja, ini sangat mudah terbuka untuk memberi akses Sean.

Gerald melingkarkan kakinya di pinggang Sean. Seperti melanjutkan kegiataan tadi pagi, ia menikmati aktifitas ini. Tangan Sean memasuki kemejanya, tanga Sean bergerak naik dan ia sampai. Ia sampai di dada Gerald. Ia meremasnya lembut. Engahan lembut keluar mulut Gerald. Ia merasakan panas di sekujur tubuhnya. Setiap sentuhan Sean membawa arus listrik tersendiri bagi tubuh Gerald. Ciuman Sean berpindah ke dagu Gerald, turun sampai leher Gerald. Gerald menutup matanya rapat rapat menikmati perlakuan Sean.

"Gerald?" panggilan Sean bagaikan melodi di telingah Gerald.

"Hmm?" hanya kata itu yang keluar dari mulut Gerald.

"Can we?"

Gerald menggeleng lemah. Sean menjauh sedikit agar bisa melihat wajah Gerald. Gerald melihat sedikit kesedihan di mata Sean.

"Why?" tanya Sean.

"You forget that I'm still on my period." jawab Gerald.

"Fuck. It so easy to forgot anything when I kissed you." suara Sean sedikit terdengar putus asa.

Sean mengistirahatkan dahinya pada dahi Gerald, matanya terpejam dan tanganya masih memeluk pinggang Gerald.

"Sean." panggil Gerald. Gerald menunggu Sean untuk membuka mata. Tak lama, Sean membuka matanya.

"Kita bisa melakukannya minggu depan." jelas Gerald.

Sean langsung memeluk Gerald, meleburkan kepalanya pada leher Gerald. Ia menikmati kedekatannya dengan Gerald.
"Kita tidak akan melakukan ini besok."

"Apa?"

"Aku akan pergi ke Denver nanti malam. Untuk tiga hari kedepan, kau bisa pulang." jawab Sean masih belum mengangkat kepalanya dari leher Gerald.

"I'm gonna miss you Cage." ucap Gerald lalu terkekeh.
"I like your hair." sambung Gerald sambil memainkan rambut Sean.

"Sebaiknya kita selesaikan ini karena aku tidak bisa melakukannya besok." ucap Sean lalu mengangkat Gerald, membawanya ke kamar Gerald.

"Dasar." ucap Gerald lalu tertawa. Akhirnya mereka menyelesaikan apa yang sudah mereka mulai dan semakin lama Gerald merasa semakin mencintai Sean.










Cerita makin gabut, omayo 🙈

Housemaid With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang