4. Kiss marks

79.1K 1.6K 24
                                    

Jujur saja malam ini Gerald tidak bisa tidur. Di luar jendela terlihat hujan yang semakin deras dan terkadang disertai dengan petir. Ia sangat membenci petir, terutama dengan suaranya.

Ia menggeliat di kasur untuk menemukan posisi nyaman untuk tidur. Namun hasilnya nihil, ia masih tidak bisa tidur. Kilat petir menerobos kamarnya melalu jendela.

Ini semakin tidak membantu. Pikirnya.

Tok... Tok... Tok...

Gerald membuka pintu dan terlihat Sean berdiri sambil memamerkan seringai setannya.

"Ada yang bisa kubantu?" tanya Gerald penasaran. Bagaimana tidak penasaran, Sean bertamu di kamarnya malam malam.

Sean mengagumi bentuk badan Gerald yang hanya berlapis tank top dan celana pendek di atas lutut.

Sejujurnya Gerald terlalu menggoda untuk seorang wanita yang akan tidur. Pikir Sean.

*Duarrrr*  *anggap aja suara petir*

Gerald berlari keluar kamar dan langsung memeluk Sean dari belakang.

"Kenapa kau?" tanya Sean masih menyeringai.

"Aku takut petir." jawab Gerald yang dibalas tawa menggelegar dari Sean.

"Dasar anak kecil." ejek Sean.

Memang apa salahnya takut dengan petir? Lagipula petir juga berbahaya. Ucapnya dalam hati.

"Lepaskan." ucap Sean.

"Apa?" tanya Gerald linglung.

"Kau ingin memeluku terus sampai besok?" tanya Sean lalu tersenyum simpul.

Pipinya merah seketika saat mengetahui ia masih memeluk Sean.
Segera Gerald melepaskan tanganya yang daritadi memeluk Sean. Rasanya ia ingin mengubur dirinya sekarang karena malu.

"Bawa tasmu dan ikuti aku." ujar Sean.

"Kena-"

*Duarrrrr*

Gerald kembali memeluk dari depan. Pelan pelan tangan Sean beralih pada pinggang Gerald. Gerald yang tersadar bahwa ia memeluk Sean lagi langsung menjauh.

"Ambil tasmu!" perintah Sean.

Tanpa basa basi, Gerald langsung mengambil tasnya dan berjalan mengikuti Sean di belakangnya.

"Kita akan kemana?" tanya Gerald penasaran.

"Diamlah atau ku bungkam bibirmu dengan ciumanku." jawab Sean dengan suara dingin.

Seketika Gerald langsung menutup mulutnya dengan kedua tanganya. Ia merinding membayangkan ucapan Sean barusan.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan keheningan. Tak beberapa lama mereka sampai di depan sebuah pintu.

"Ini ruang apa?" tanya Gerald memperhatikan pintu berwarna coklat di depanya.

"Ruang kerjaku." jawab Sean singkat.

Mereka berdua memasuki ruangan tersebut dan terlihat kursi beserta meja kerja dan lemari lemari dengan banyak buku. Sean berjalan ke arah lemari dan mendorong lemari tersebut sehingga terlihat ruangan di belakang lemari tersebut.

"Masuklah." ucap Sean.

Gerald mengikuti ucapan Sean. Gerald masuk ruangan tersebut dengan Sean di belakangnya. Ternyata ruangan tersebut adalah kamar tidur tersembunyi.

"Kau bisa tidur di ranjang." ucap Sean. Gerald yakin ucapan Sean tulus.

Gerald tersenyum kecil sebelum menjawabnya, "Terima kasih. Kau tidak tidur?"

Housemaid With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang