Ia mendapat kabar jika anak buahnya tidak menemukan Gerald. Mereka sudah mencari ke rumah Rebecca, Logan, dan Bibi Cass namun hasilnya kosong. Entah mengapa semua yang berhubungan dengan Gerald menghilang secara tiba tiba. Awalnya memang Sean berniat untuk pergi ke Denver tetapi ia malah membelokan mobilnya dan berakhir di sebuah bar di pinggir kota.
Ia melihat jam yang melingkar di tangannya dan sekarang hampir pukul sebelas malam. Sean sudah di sini sejak pukul 2 siang dan sudah menghabiskan satu setengah botol Bacardi. Sekarang ia bingung apa yang akan ia lakukan. Ia meraih ponselnya dan mulai mengetik nama Gerald.
"Maaf telfon yang anda tuju, sedang tidak aktif." terdengar suara operator.
"Dasar wanita cerewet." ucap Sean melantur.
Sean mendengus lalu mengetik nomor Dylan di ponselnya. Awalnya Sean ragu jika Dylan akan mengangkat telfon darinya mengingat Sean telah menghancurkan persahabatan mereka. Oh, ralat, Sarah yang menghancurkannya. Dylan menjawab pada saat dering ke tiga."Apalagi Cage? Aku sudah lelah berususan denganmu." ucap Dylan tanpa basa basi. Sean mendengar Dylan menghembuskan nafas dengan kasar di seberang.
"Itu bukan salahku. Itu salah Saraaaahhhhh. Ia menjebakku." jawab Sean lalu mulai tertawa.
"Ia dihamili pacar gelapnya dan ia memintaku untuk menjadi ayah bayinya. Hell no bitch!" Sean kembali tertawa."Sean apa kau mabuk?" tanya Dylan. Sean mendengar nada khawatir.
"Maybe. Yes or not." jawab Sean melantur.
"Dimana kau sekarang?"
"Dimana ya aku sekarang?" tanya Sean balik dengan nada dramatis.
"Oh sepertinya di Russell's." jawab Sean setelah hening sesaat."Apa kau yakin?"
"He eh."
"Aku kesana sekarang."
"Ya ya ya, mari kita minum bersama."
"Jangan pula—" Sean segera mematikan telfonnya sebelum Dylan selesai berbicara. Ia merasakan pusing yang amat hebat. Ia menaruh kepalanya di atas meja bar lalu memijat pangkal hidungnya.
Jujur saja, ia jarang sekali minum seperti ini.
lalu membuka aplikasi galeri. Ia melihat foto Gerald yang ia ambil diam diam. Terlihat Gerald sedang tersenyum manis dan tanpa sadar lalu menggeser jarinya dan terpampanglah wajah Sarah. Ia tidak tahu kapan ia mengambil foto ini. Sean mengernyitkan dahi melihat foto Sarah.Wanita ini yang menghancurkanku. Dasar wanita parasit. Fuckin whore.
Sean lantas membanting ponselnya ke lantai sehingga terdengar suara benda pecah. Semua perhatian terpusat pada Sean. Sialan, Sean sangat benci perhatian.
"Apa yang kalian liat huh?" tanya Sean sedikit berteriak. Semua orang kembali pada kegiatannya masing masing. Sean kembali meneguk Bacardinya langsung dari botol.
Sean kembali meletakkan kepalanya di meja bar sampa seseorang tanpa sengaja menyenggolnya. Sean menoleh untuk mengetahui siapa yang mendorongnya.Seorang pria berotot dengan rambut panjang terngah meminta maaf kepadanya, "Maafkan aku, bung. Aku tidak sengaja."
Entah setan apa yang merasuki Sean sehingga ia turun dari kursinya dan meraih kerah laki laki tersebut, "Kau pikir minta maaf saja cukup huh? Kau tak tahu siapa aku?!" teriak Sean. Semua pandangan kembali berpusat pada Sean.
"Hei, aku sudah meminta maaf padamu." pria tersebut melepaskan cengkraman Sean dari kerahnya. Sean langsung melayangkan tinjunya ke wajah pria tersebut. Akhirnya adu jotos tidak dapat dihindarkan.
Ia tidak akan senekat ini jika Sean tidak mabuk.
****
Dylan menggerutu selama perjalanan menuju bar. Sean telah mengganggu waktu tidurnya. Seharusnya Dylan tidak menghampirinya mengingat ia masih marah terhadap Sean. Tapi Sean adalah sahabatnya. Sean sudah bagaikan adik baginya dan mendengar kabar bahwa Sean mabuk membuatnya panik. Sean tidak pernah mabuk sebelumnya dan Dylan tidak tahu apa yang akan Sean lakukan saat mabuk. Dylan hanya berdoa semoga Sean tidak melakukan hal yang dapat membahayakan nyawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Housemaid With Benefits
RomantikPembantu yang mempunyai berbagai manfaat? Siapa yang tidak mau. Hugable Kissable? Sungguh pembantu dambaan. Geraldine Chester menemukan pekerjaan walau hanya sebagai pembantu. Namun siapa sangka pekerjaannya mempertemukannya dengan Sean Cage. Semua...