Jeon Jungkook, maknae dari grup idola ternama, 'Back Line' yang memenangkan penghargaan Rookie of the Year tahun lalu, kini melompat sekali lagi untuk kesekian kalinya. Berjanji itu yang terakhir kalinya hari itu. Namun saat ia masih merasa kurang puas dengan lompatan sempurnanya, ia mengulanginya lagi dan lagi, hingga membuat sosok lain di ruang latihan itu mengerlingkan kedua matanya dengan bosan. Pemuda itu, Park Jimin, sudah lelah. Tiga belas jam latihan bukanlah waktu yang sebentar. Kakinya kini sudah seperti jeli, terlalu tak bertenaga untuk sekedar bergerak. Lalu darimana maknae-nya itu mendapatkan energi ekstra untuk menambah porsi latihannya?
"Hyung, sekali lagi ya." ujar Jungkook untuk kesekian puluh kalinya. Jimin hanya mengangkat bahunya dengan pasrah dan mendiamkannya.
Setelah setengah jam berlalu, waktu menunjukkan pukul setengah satu dini hari, Jimin menyeret pulang anak itu meski ia merengek untuk tetap tinggal di studio.
"Hyung, kumohon. Dua hari lagi syuting MV. Gerakanku harus sempurna."
"Kau bilang begitu lagi astaga! Kalau kau jatuh sakit, justru kau takkan bisa syuting MV. Menjaga kesehatan tubuh juga tugas seorang idola. Berhentilah merengek, nanti Namjoon-hyung menceramahi kita lagi kalau sampai pagi belum pulang sama sekali."
"Ini sudah terlanjur pagi. Sekalian saja!"
Jimin menyeret lengan kekar maknae-nya itu, membawanya keluar dengan bersusah payah. Walaupun masih sedikit mengeluh sepanjang lorong kantor agensi, keduanya tetap berjalan pulang.
Apartemen dua kamar yang cukup besar itu kini sudah menggelap sepenuhnya, hanya berhiaskan cahaya redup dari lampu kuning di pinggiran meja. Baik leader mereka Kim Namjoon, atau yang lebih dikenal dengan RM, maupun main dancer mereka Jung Hoseok, atau yang lebih dikenal dengan J-Hope kini telah terlelap nyenyak dalam kamar mereka. Jimin yang merasa begitu kelelahan menghempaskan dirinya di atas sofa, memanjakan punggung-punggungnya dengan sensasi pantulan nyata dari busa empuk sofa itu. Sayup-sayup ia menutup matanya dan hampir terlelap.
"Hyung, kau bisa masuk angin kalau tidur di sini." tegur Jungkook.
"Aku terlalu capek." keluh Jimin. Suaranya sudah terdengar malas, matanya kini telah terkatup sempurna walaupun ia belum jatuh tertidur.
"Maaf, karena membuatmu menunggu terlalu lama."
"..."
Jungkook merengkuh badan mungil Jimin, menggendongnya dengan enteng. Sang empunya hanya menggeliat, tak merasa terkejut maupun melawan. Saat tiba di kamar mereka, Jungkook meletakkan pria itu di tempat tidurnya, menyelimutinya dengan baik. Selanjutnya, ia hanya mengusap dahi lebar Jimin, dan mengecupnya ringan.
"Selamat tidur, Sayang." gumamnya lirih.
***
Pukul delapan pagi tepat, alarm berbunyi dengan keras. Namun hanya Jimin seorang yang terbangun. Ia mengusap layar ponselnya, mematikan suara alarm dengan malas. Ditolehnya ke sebelah. Tak tampak tanda-tanda maknae-nya itu bergerak seinci pun. Jungkook memang terkenal sangat sulit dibangunkan, dan makin hari makin sulit saja mengingat jadwal latihan mereka yang padat dan kelelahan yang berlipat-lipat setelahnya.
Jimin beranjak dari ranjangnya, menyebrang ke ranjang di sisi lain kamar itu. Mengoyak tubuh terlelap Jungkook dengan kedua tangan mungilnya.
"Jungkook-ah, bangunlah. Dua jam lagi ada latihan."
Tak ada respon sama sekali.
Jimin berjongkok, menyiapkan sentilan supernya, mengarahkan ke dahi Jungkook, dan melepaskan sentilan itu tanpa ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINE A [KookV / KookTae]
FanfictionFeromon beraroma cokelat itu begitu memabukkan bagi Taehyung, membawanya keluar dari sisi rasionalitas, terjatuh dalam lembah bernama cinta. Bagaimana mungkin seorang omega kotor sepertinya berani mengharapkan alpha setia yang telah memiliki mate it...