Ch 18 : Square One

6.7K 640 98
                                    

"Ibu!" Jungkook kecil, dengan jemarinya yang mungil meraih gaun sang ibu dan memeluk wanita cantik itu sesaat setelah dirinya sampai di rumah. 

"Kookie, ibu baru pulang dan lelah. Jangan mengganggunya." Suara sang kakak, Jaehwan yang berlari di belakang saat itu turut berhenti di depan sang ibu dan ikut memeluk seperti Jungkook yang merasa rindu. 

"Aduh, anak-anak kesayanganku." Nyonya Jeon merendahkan tubuhnya dan memeluk kedua putranya. 

"Ayo pergi, Sayang." 

Suara seorang pria dari kejauhan membuat kedua anak itu menoleh ke belakang, memandangi ayahnya yang sudah berpenampilan necis dengan jas mahal. 

"Kemana ayah dan ibu mau pergi?" tanya Jungkook. 

"Kami akan menghadiri pesta di perusahaan baru pamanmu." 

"Aku ikut! Aku mau ikut dan bertemu paman!" balas anak itu cepat-cepat. 

"Ah, maaf Sayang. Untuk kali ini tidak boleh, oke?" Ibunya menggeleng dengan senyuman yang masih menggantung canggung.

Jungkook mengerutkan kening. 

"Kenapa?" 

"Jaehwan-ah, bersiaplah. Kau ikut kami." titah sang ayah. 

Jungkook tidak mengerti mengapa ibunya melarang, tetapi ayahnya justru mengajak kakaknya. 

"Kenapa kakak boleh ikut dan aku tidak?" 

"Maaf Sayang, kita tidak bisa membawamu. Tidak untuk sekarang." Nyonya Jeon menjelaskan.

"Tidak mau! Aku mau bertemu Jaesuk-ahjussi! Kenapa aku tidak boleh ikut?" 

"DIAM!" 

Mendengar bentakkan sang ayah, Jungkook langsung terdiam dengan tubuh gemetaran, terutama saat ayahnya mengeluarkan suara alpha yang cukup menggelegar. Dengan ketakutan, ia pandangi wajah sang ayah yang tampak sedingin es.  

"Sekarang, Jungkookie mandi lalu makan malam, oke? Nanti bibi pengasuh akan membantumu." ujar ibunya dengan lembut. 

Jika ayahnya sudah membentaknya kasar, Jungkook hanya bisa terdiam dan menurut. Sejak kecil, ia berani merajuk hanya di depan ibunya. Itu karena ayahnya sangat keras dan pemarah. Jika ia tak menurut, sang ayah tak segan-segan memarahi dan mengurungnya dalam kamar. Pernah saking marahnya, punggungnya dipukuli sampai memar. 

Jungkook tahu sang ayah benci padanya, tidak seperti pada Jaehwan. Mungkin karena Jungkook hanya anak bungsu yang tidak berguna, tidak seperti kakaknya yang pintar dan tampan? 

Jungkook hanya merasa sedih, mengapa ayahnya membedakan sikap saat di depan Jaehwan dan di depannya. Padahal keduanya sama-sama anak. 

Andai saja pamannya, Jeon Jaesuk yang menjadi ayahnya, tentu Jungkook takkan merasa semerana ini. Dulu sewaktu kecil, pamannya sering mengunjunginya dan membawakan hadiah yang banyak. Selain itu, beliau tak segan untuk meladeninya bermain meski sedang sibuk. Setiap hari ulang tahun pun, Jaesuk selalu membawanya keluar dan makan di restoran besar yang disewa khusus untuk acara ulang tahunnya. Dia akan meniup lilin dan menerima hadiah yang sangat istimewa dari sang paman. Semua perlakuan itu, sama sekali tak pernah ia dapatkan dari sang ayah. Bahkan Jungkook sendiri tak ingat apakah pernah ayahnya itu memeluk dan mencium pipinya. 

"Tuan muda, apakah mau saya suapi?" 

Jungkook hanya memandangi hidangan makan malamnya dalam diam. Ia sungguh benci jika harus makan sendiri. Lebih baik tak usah makan sekalian. Lantas, ia membalas pertanyaan pengasuhnya dengan gelengan kepala. Dirinya tak ingin repot mengeluarkan suara.

LINE A [KookV / KookTae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang