Jungkook benci kembali ke sekolah. Semua orang mengelilinginya seperti lalat meski orang-orang itu adalah publik figur yang sering muncul di televisi. Segitu aneh kah Jungkook di mata mereka?
Tentu saja, mereka tak lebih dari penjilat. Setidaknya separuh dari mereka berharap Jungkook meninggalkan Jimin dan memilih salah satu dari mereka untuk menjadi mate-nya. Separuh lainnya berharap bisa belajar banyak dan menjadi sepertinya. Yang manapun itu, Jungkook benci berdekatan dengan teman-teman sekelasnya. Andai saja Jimin setingkat dan berada di kelas yang sama dengan Jimin, ia tentu takkan membenci sekolah sebegininya.
"Jungkook-ah, aku senang sekali kau tiba-tiba kembali ke sekolah." ujar seorang gadis cantik berambut lurus panjang yang dicat oranye. Lisa namanya. Dia seorang rapper dan main dancer dari sebuah grup idola yang baru naik daun akhir-akhir ini. Gadis itu menempelkan sebelah tangannya pada bahu Jungkook.
"Lepaskan tanganmu." kecam Jungkook tegas.
"Ah, kenapa kau dingin begini sekalinya kembali ke sekolah? Tidak bisakan sesekali bersikap lunak padaku?" Gadis itu mengedipkan matanya beberapa kali.
Dengan jengah Jungkook menepis tangan Lisa. Teman satu grupnya, Rose, mendekat dengan berkacak pinggang.
"Lisa-ah, kan sudah kubilang jangan ganggu Jungkook-ah."
Lisa mencibir. Namun tak ada tanda-tanda gadis itu berniat meninggalkan sisi Jungkook sampai rombongan lain datang. Gerombolan yang sama-sama menyebalkannya seperti gadis jangkung itu.
"Lalisa, kau mengganggu Jungkook kami." Seorang pemuda menyeringai. Bersama seorang pemuda lain, mereka menghampiri Jungkook dan dua orang gadis yang tengah mengganggunya itu.
"Bambam, bukannya kau yang mengganggu Jungkook-ah? Berhentilah bersikap seolah-olah dia ada satu geng denganmu."
Pemuda yang disebut Bambam itu hanya menyeringai sekilas.
"Yugyeom kami ini paling dekat dengan Jungkook-ah. Bukankah begitu?"
Pemuda tampan bernama Yugyeom itu hanya memandangi Jungkook dengan tatapan yang sulit diartikan. Sedangkan di tempat duduknya, Jungkook hanya memutar pandangan matanya.
"Bisakah kalian menyingkir dari pandanganku? Aku harus mengejar pelajaran yang kutinggalkan selama berbulan-bulan." Jungkook menghela napas, berusaha menurunkan nada bicaranya agar tak lagi terkesan marah.
"Kau kan jenius. Butuh belajar lagi?" celetuk Bambam diikuti dengan serentetan tawa lirih. Jungkook langsung mengernyit tak senang, hal itu membuat pemuda itu langsung berhenti tertawa.
"Apa perkataanku tidak jelas?!" Tanpa sadar Jungkook mengeluarkan suara alphanya. Keempat orang di sekelilingnya otomatis terdiam. Rose yang seorang beta lantas gemetaran dan langsung bersembunyi di balik punggung Lisa.
"Kau memang mengesalkan. Setidaknya ramahlah pada teman-temanmu seperti kau ramah pada fans-fansmu. Dasar muka dua." Bambam berdecak, kemudian pergi. Yugyeom beralih antara Jungkook dan kawan satu timnya, lalu pada akhirnya mengejar Bambam.
"A-aku pasti akan membuatmu suka padamu! Aku tidak akan menyerah!" bentak Lisa keras hingga mengundang perhatian seisi kelas.
Lisa menarik tangan Rose dan mengajaknya kembali ke tempat duduk mereka di dekat jendela.
Jungkook hanya mengamati keduanya tanpa kata, lalu membuka kembali buku teksnya. Ia mencoba berkonsentrasi, tak berniat mengacuhkan puluhan pasang mata yang mulai memberinya perhatian dari kejauhan. Meski mereka merasa kesal dengan perangainya yang sedikit kasar itu, tak ada dari mereka yang bisa membencinya begitu saja. Jika ada orang yang terlahir untuk dicintai seburuk apapun perangainya, itu lah definisi dari Jeon Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
LINE A [KookV / KookTae]
FanfictionFeromon beraroma cokelat itu begitu memabukkan bagi Taehyung, membawanya keluar dari sisi rasionalitas, terjatuh dalam lembah bernama cinta. Bagaimana mungkin seorang omega kotor sepertinya berani mengharapkan alpha setia yang telah memiliki mate it...