Jika Embun Pagi menetes di dedaunan. Tidak dengan bulir mata ini,justru menetes tidak berujung.
Angin semilir menerpa permukaan wajah pria tampan yang meringkuk dengan wajah yang terlihat kusut. Semalaman penuh, pria yang bernama Oh Sehun tidur meringkuk di sudut luar ruangan wanitanya.
Perlahan ia mengerjapkan matanya. Melongok sebentar dari kaca, kemudian kembali terukir mimik sedih dan teriris. Melihat Chanyeol sedang mengelap tangan Naomi dengan handuk basah.
Mata obsidian Sehun memanas, sudah cukup rasanya ia membiarkan Chanyeol semalaman bersama wanitanya, menyentuh lembut, bahkan mengecup puncak dahi wanitanya. Ingin Sehun melayangkan tinjunya di wajah tampan Chanyeol. Tapi ia urungkan, mengingat ialah yang paling bersalah, telah menyakiti wanitanya sampai tidak sadarkan diri.
Perlahan Sehun memejamkan mata guna menguatkan diri, membuang semua rasa bersalah pada wanita yang kini terbaring lemah di hadapannya. Ia tidak boleh lemah dan ciut seperti ini toh wanita itu adalah istri sahnya. Jadi sebenarnya yang harus di dalam bersama wanita itu bukankah seharusnya Sehun? Bukan pria lain yang hanya seorang teman lama wanitanya.
Setelah Sehun merasa tenang. ia mulai melangkahkan kaki, membuka knop pintu memasuki ruangan dimana wanitanya terbaring. Langkah kaki Sehun membuat seorang pria yang tengah membersihkan tubuh wanita itu menoleh, mengerutkan dahi dengan wajah sinis pada permukaan wajahnya.
"Biar aku saja yang melakukannya." Ucap Sehun menoleh menatap sendu wanitanya.
Chanyeol melengos tak menghiraukan ucapan Sehun. "Ck, Kau yang membuatnya seperti ini, dan kau juga yang ingin merawat?" decak Chanyeol tidak habis fikir dengan jalan fikiran Sehun. Benar apa yang diucapkan Chanyeol bahwa Sehun telah membuat Naomi seperti ini kemudian dengan tidak tahu malu mau merawat wanita itu. Yang benar saja, kalau sayang mana munkin Sehun menyakiti Naomi.
"Itu semua karena dirimu, jika kau tidak mengganggu rumah tanggaku, aku tidak akan melakukan hal sehina itu." Tutur Sehun tidak ingin disalahkan sepenuhnya.
Tertarik ujung bibir Chanyeol, mendecak remeh.
"Cih, kau lucu sekali Oh Sehun, kau yang menyakitinya dan sekarang kau menyalahkanku atas semua perbuatan hina yang kau lakukan itu!" Sehun mengepalkan tangan kuat setelah mendengar ucapan laki - laki yang sedari tadi menyudutkannya. Merapalkan pada diri sendiri agar tidak terpancing dengan ucapan pria laknat dihadapannya itu.Kemudian Sehun merebut handuk basah dari tangan Chanyeol. Tampak semburat wajah Chanyeol menegang dan hampir melayangkan pukulan sebelum tangan besar Sehun menahannya. "Ini rumah sakit, bukankah kau seorang Dokter? Dan satu lagi.." ucap Sehun terjeda "Dia istriku. Kuharap kau tahu diri Park Chanyeol dan urusi wanitamu sendiri." lanjut Sehun sinis.
"Apa maksudmu?" sahut Chanyeol.
"kau tahu apa yang kumaksud" jawab Sehun enteng, tanpa mengalihkan pandangan sambil mengelap perlahan wajah Naomi sayang.
"Aku rasa dia belum menjelaskan semuanya padamu." ucap Chanyeol lagi.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan." sahut Sehun yang kini tidak ingin ambil pusing dengan mantan kekasih yang sudah berkhianat itu. Bisa saja mereka berdua saat ini sedang sandiwara dan ingin merusak kehidupan Sehun saja pikirnya."Pergilah dia istriku. Aku mampu merawatnya sendiri tanpa perlu bantuanmu." ucap Sehun menatap Chanyeol datar.
Chanyeol tersenyum sinis " Jika kau tidak mencintai Naomi, lebih baik kau menceraikannya. Biarkan aku yang berada di sisinya."
"Tidak akan pernah !" jawab Sehun marah.
Chanyeol yang merasa kesal berdebat dengan Sehun akhirnya keluar dari ruangan itu. Ia mengerang frustasi mengusap rambutnya kasar meruntuki dirinya sendiri Andai saja Naomi lebih dulu bertemu dengannya, andai saja ia yang menjadi suami dari wanita itu saat ini munkin mereka sudah hidup bahagia dan Chanyeol tidak akan pernah menyakiti Naomi seujung kuku pun. Tapi semua itu hanya bayangan semu Chanyeol yang sudah terlambat. Tidak ! Ia merasa dirinya belum terlambat untuk memiliki wanita itu.
***
Terukir senyum nanar Sehun memandangi setiap inci sudut wajah wanita yang berada di hadapannya ini. Ia baru menyadari betapa manis dan cantik wajah damai wanitanya yang sayangnya saat ini terpasang alat - alat bantu mulai dari selang pernafasan, selang infus dan terdapat monitor pendeteksi serta alat bantu rumah sakit lainnya yang Sehun tidak tahu entah apa namanya.Tampak sudut bibir Sehun tertarik, ia tinggal bersama Naomi sudah lebih dari lima bulan baru kali ini ia memandang dalam wajah Naomi yang tampak tenang dengan mata terpejam.
"Hei Naomi, bangunlah ku mohon hmm, ada yang ingin kukatakan padamu. Jadi ku mohon bangunlah." bisik Sehun ditelinga Naomi "Demi anak kita." sambungnya lagi mengecup kening Naomi sayang dengan mata terpejam menyalurkan rasa sayang yang tidak pernah Sehun ucapkan selama ini. Kenapa di saat - saat seperti ini Sehun baru menyadari bahwa dirinya menyayangi Naomi, tidak ingin kehilangan wanita yang terbaring lemah di hadapannya.
Bukan penyeselan namanya kalau datang di awal.
🐣🐣🐣
Di ruangan lain tampak sosok wanita yang terbaring dengan selang infus menempel di pergelangan tangannya.
Sejak dua hari yang lalu ia terbaring lemah dengan kondisi menurun, padahal biasanya wanita yang satu itu selalu kuat. tapi tiba - tiba saja setelah kepulangannya dari pergi jalan - jalan diaterjatuh tidak sadarkan diri di pinggir jalanan kota Seoul.Perlahan matanya mengerjap pelan, menyentuh kepalanya yang sedikit pusing dan limbung. Ia mulai betanya - tanya perasaan dirinya kemarin pergi mengitari kota Seoul. Oh ia ingat, dirinya terakhir tanpa sengaja bertemu Sehun mantan kekasih yang sangat ia rindukan. Dan selanjutnya ia tidak ingat apa - apa lagi. Lalu mengapa dirinya bisa berada disini, di rumah sakit? Kemudian ia mengerjap - ngerjapkan mata madunya kembali.
"Sudah sadar?" ucap pria itu dengan senyum mengembang di wajahnya.
" Mmm, Chanyeol." ucapnya mengeryitkan kedua alisnya.
"Mck, kau ini susah ya di bilang seperti anak TK saja. Kan sudah kubilang jika pergi jangan sendirian ajak siapapun yang bisa kau ajak. Sekarang jadi begini kan. Kau tahu? kau pingsan sejak kemarin." decak Chanyeol tersenyum sambil melakukan pememeriksaan.
"Aku kan punya dirimu. Sahabat sekaligus Dokter terbaikku." ucapnya tersenyum ringan.
Chanyeol mengacak rambut wanita itu pelan " Ck,dasar kau ini. Kau harus menjaga kesehatanmu, jangan sakit lagi.Jika aku pergi siapa yang akan mengurusmu hmm? Apa ada dokter yang sebaik diriku? " sahut Chanyeol sambil membantu wanita itu duduk.
" Memang kau mau pergi kemana hah? Tidak akan kubiarkan kau pergi." Ucapnya mencubit kecil pinggang Chanyeol.
"Yaa..! Kwon Nina sinting, sakit tahu." rintih Chanyeol memegang pinggangnya. Yang di sambut dengan tawaan oleh Kwon Nina kemudian menjulurkan lidah layaknya anak kecil. "Wlek, siapa suruh kau mempermainkan sahabatmu ini."
"Kwon Nina? " panggil Chanyeol.
Nina yang sedang memilin-milin bajunya pun mendongak dan berdehem. " hmm, ada apa Park Chanyeol?" sahutnya dengan menekankan nama pria itu." Berjanjilah padaku untuk sehat selalu, minum obat teratur, jangan pernah sakit lagi. Lanjutkan pengobatanmu aku yakin kau pasti sembuh. Mengerti?" ujar Chanyeol mengelus pelan rambut Nina.
"Kau berbicara seolah kita tidak akan bertemu lagi. " Ucap Nina.
"Tidak, kita akan bertemu lagi. Tapi untuk waktu yang lama." jawab Chanyeol.
"Kau mau pergi kemana memangnya?" tanya Nina.
"Aku sudah menemukannya!" Ucap Chanyeol dengan tatapan kosong.
" Apa maksudmu?" Ucap Nina mengeryitkan kedua alisnya tanda tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced marriage
FanfictionMemang benar aku tidak mencintaimu. Semua yang kulakukan karena paksaan. Namun, seiring berjalan waktu aku dan kau saling menghabiskan waktu bersama, kau memarahiku, kau seolah benar mencintaiku. Salah tidak jika aku salah faham mengira semua perlak...