Chapter 22

4.4K 431 19
                                    

Terkadang kebenaran lebih menyakitkan dari kebohongan.
Takut akan terluka. Karena itu kita berpaling dari kebenaran. Sweet Lies

Sehun melepaskan pangutannya perlahan. Menatap manik Naomi yang masih terpejam. Seulas senyum Sehun mengembang. Naomi yang kesadarannya sudah pulih sepenuhnya menatap Sehun bengis.

"Sudah puas?"  Ucapnya tiba - tiba sarkas.

Sehun tertohok dengan ucapan yang di lontarkan Naomi yang terkesan dingin itu. Sehun kira Naomi akan memaafkannya, tapi apa sekarang? Sehun merasa di permainkan. beberapa detik yang lalu Naomi sama sekali tidak menolak apa yang di lakukan Sehun padanya. Lalu sekarang reaksinya mengatakan seolah Sehun pria murahan yang akan di campakkan.

"Naomi ak-aku , maafkan aku. Aku kira kau-"

"Kau fikir aku Naomi yang dulu begitu? Naomi yang kau lucuti semaumu dan memohon ampun padamu? Iya begitu Sehun?" Naomi menjeda ucapannya "ck, sudah cukup Sehun. Lebih baik kau pergi. Aku sudah cukup bahagia tanpamu !"

Naomi menahan tubuhnya yang bergetar hebat dan lidahnya yang kelu. Netranya memerah sampai anak sungainya enggan untuk mengalir sangking keruhnya dan habis terkikis pilu.

Ia yakin pria masa lalunya ini hanya mengatakan kebohongan, Meski hatinya berkata sebaliknya. Rasa takut terluka dan kembali tersakiti menyelimuti perasaannya.

Sehun nanar, mencari pembenaran di balik iris netra Naomi, wanita yang sangat ia rindukan dan ingin temui itu sudah berada di hadapannya. Justru membuat hatinya terhempas. Sehun sadar bahwa ia bersalah, tapi tidak bisakah Naomi mempercainya kali ini saja. Setidaknya dengarkan penjelasan yang Sehun utarakan. Itu sudah lebih dari cukup. Tidak! Tidak!  Sehun ingin Naomi kembali bersamanya bagaimana pun caranya.

"Pergi Sehun! Dan lepaskan tanganmu dari bahuku !" suaranya naik satu oktaf.

Bagai tersengat listrik dengan tegangan 1000 Volt dada Sehun mencelos. Well, saat ini Sehun termangu tidak percaya.

Naomi memalingkan pandangannya dari Sehun. Takut sorot kebohongannya terlalu kentara bahwa dari lubuk hatinya tidak ingin Sehun pergi, tapi rasa sakit yang mendominasi dalam dirinya masih sangat membekas. Naomi tidak bisa memaafkan Sehun.

"Sehun Cepat pergilah, ada Chanyeol." Usir Naomi mendorong Sehun menjauh.

dari kejauhan Naomi tidak sengaja menangkap sosok Chanyeol yang keluar dari pagar rumah mereka. Sepertinya Chanyeol mencari keberadaan Naomi dan Audrey yang tidak kunjung kembali ke rumah.

"TIDAK! aku tidak akan pergi sebelum kau ikut denganku." Bantah Sehun.

"Pergilah ku mohon."

"Tidak akan!" katanya kekeh.

Masalah akan muncul jika sampai Chanyeol dan Sehun saling berhadapan saat ini. Mereka pasti akan bertengkar hebat. Naomi yang bingung harus melakukan apa tanpa berfikir panjang langsung menarik tangan Sehun masuk ke dalam mobil Sehun.

Naomi merapalkan doa sesekali melihat ke arah luar memastikan apakah Chanyeol sudah pergi atau  belum sambil mengelus puncak kepala Audrey yang tertidur di pelukannya.

Dengan tidak tahu malu Sehun tersenyum menyaksikan wanita yang duduk di sampingnya ini. Padahal beberapa menit yang lalu hatinya terseok - seok dengan apa yang di katakan wanita di sebelahnya itu.

"Kau mengkhawatirkanku?"

Naomi langsung melengos ke arah Sehun, alisnya terangkat sebelah. " Dalam mimpimu!" jawab Naomi kesal. Sedangkan Sehun hanya senyun - senyum tidak menanggapi ucapan Naomi.

"Sudah aku mau keluar. Minggir, geser sedikit." Perintah Naomi.

"Tidak! jalankan mobilnya." Perintah Sehun pada Supirnya itu.

Forced marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang