Chanyeol melepas lumatannya, dahi keduanya bersentuhan. Nafasnya terengah sehabis melakukan tindakan diluar kendalinya. Demi tuhan Chanyeol sama sekali tidak menyesal melakukan ini pada wanita yang berada dihadapannya saat ini.Si wanita tiba - tiba mendorong kasar tubuh Chanyeol. Menatap Chanyeol tanpa ekspresi, ia tidak menampar, memukul, memaki namun yang ia lakukan hanya memutar matanya bingung menghindari tatapan seorang Park Chanyeol yang menatapnya tajam.
"Aku pergi Chan"
"Jangan menghindar Na" Chanyeol mencengkal pergelangan tangannya.
"Tidak! ak-aku ingin pulang, ya aku ingin pulang"
"Aku minta maaf atas---"
"maaf untuk apa? Kau tidak melakukan apapun" potongnya cepat sambil tersenyum kaku.
"Aku pergi ya" Pamitnya melepaskan cekalan Chanyeol paksa.
"Aku tidak pernah menyesal atas apa yang baru saja kulakukan Kwon Nina." ujar Chanyeol setengah berteriak.Nina berhenti, kemudian ia setengah berlari buru - buru meninggalkan kediaman sahabatnya itu.
"Ini tidak benar" Nina memukul stirnya keras."Aku kenapa sih? kau kenapa begitu Chan? Kita memang sering saling mencium tapi tidak lebih dari apa yang kita lakukan tadi. Ini salah! Ya munkin tadi Chanyeol sedang bersedih dan mengingat Naomi. Munkin- munkin itu hanya bentuk pelampiasannya. Ya! Pasti begitu" Ujarnya pada diri sendiri.
***
"Sayang wajahmu pucat sekali" Sehun melangkah mendekat pada Naomi, menyentuh dahi Naomi.
"Aku tidak apa - apa Hun. Hanya saja aku sedikit pusing dan perutku rasanya tidak enak sekali" keluh Naomi.
"Apa kau sudah makan? Lain kali aku tidak mau meninggalkanmu lama - lama di kantor jika seperti ini. Kau harus ikut" ujar Sehun tanpa henti.
"aku tidak bisa makan, sejak tadi apa yang kumakan tidak bisa masuk dan berakhir aku muntahkan. Kau jangan berlebihan aku baik - baik saja. Jika ada aku di kantor kerjaanmu tidak akan selesai." Tutur Naomi lemah.
"Yasudah ayo kita ke kamar. Kau harus istirahat."
"Audrey siapa yang jemput?"
"Biar Lay yang menjemput Audrey. Kau harus istirahat sayang. Aku mau menelfon dokter dulu." Pamitnya sambil mengecup kening Naomi yang tengah berbaring di ranjang.
***
"Uncle, kenapa uncle terus sih yang menjemputku"
"Uncle kan sedang tidak sibuk Audrey" Balas Jeslyn kekasih Lay.
"Sayang sepertinya kau cocok menjadi jubirku" Ujar Lay tersenyum sambil mengelus kepala Jeslyn sayang.
"Ueeekkk"
"Au kenapa mau muntah ya sayang?" Ujar Jeslyn khawatir memutar kepalanya melihat Audrey yang berada di bangku tengah.
"Iya mual dengan ucapan uncle Lay Ueekk..." Ujar Audrey menatap Lay dari kaca. Lay hanya tertawa geli melihat kelakuan putra Sehun yang suka sekali mengomentari dirinya.
Jeslyn tertawa setelah mendengar penuturan Audrey.
"Jika Audrey besar nanti, pasti Audrey akan seperti Uncle"
"Tidak! Au akan seperti Daddy, tampan, kaya dan punya istri yang cantik seperti Mommy"
"Uncle juga tampan, kaya, kekasih uncle coba Au lihat, cantikkan?"
"Jadi uncle, Daddy, Uncle Kai adalah pria tampan, kaya dan pasti mempunyai istri yang cantik
" Lanjut Lay menjelaskan.Jeslyn menggeleng - gelengkan kepalanya tidak habis fikir. Bisa - bisanya ia mempunyai kekasih yang suka berdebat dengan anak kecil.
"Uncle kan belum menikah, belum tentu juga aunty Jeslyn mau dengan Uncle. Ya kan Aunty? Aunty jangan mau dengan Uncle Lay, kata Daddy dulu itu Uncle Lay bodoh dan suka pipis di celana waktu Tk." Tutur Audrey.
Jeslyn membalikkan tubuhnya kebelakang tersenyum mencubit pipi Audrey gemas, " Iya sayang kau benar, jadi dulu Uncle Lay suka pipis di celana ya? Memang Au tidak?"
"Astaga itu tidak benar" Ujar Lay membela diri. "sayang itu tidak benar jangan percaya Audrey"
"Tidak Aunty, Au selalu pipis di toilet. Aunty Au berkata benar kok" Ujar Audrey dengan polosnya.
"Iya sayang, wah Aunty jadi berfikir mau menikah tidak ya dengan Uncle Lay. Lagian Uncle Lay belum melamar Aunty." Ujar Jeslyn sambil melirik Lay.
Lay yang fokus menyetir tiba - tiba melirik ekspresi kekasihnya yang sedikit muram itu.
"Tenang Aunty, kalau Au sudah besar nanti Au pasti melamar Aunty segera. Jangan mau dengan Uncle Lay. Tunggu Au Aunty." Ujar Audrey sambil menjulurkan lidahnya meledek Lay.
Lay melotot kearah Audrey yang menatapnya dari kaca.
"Tidak ya Audrey Aunty Jeslyn hanya milik Uncle"
Jeslyn tersenyum lalu menepuk bahu Lay pelan " Kau ini seperti anak kecil saja."
"Ya habis Audrey ingin merebutmu dariku."
"Lay! audrey kan masih kecil. "
"Kau terlihat lebih seperti anak kecil."
"Tapi kau cinta kan?" Ujar Lay tersenyum menampilkan deretan giginya.
"Putra Sehun temanmu benar - benar cerdas ya Lay."
"Jika kita menikah nanti anak kita jauh lebih cerdas." Jawab Lay melirik Jeslyn sebentar yang tengah tersipu.
"Berhenti menggodaku"
***
"Bagaimana dokter? Istri saya baik - baik saja kan?" tanya Sehun cemas.
"Istri anda baik - baik saja, Pak."
"Tapi kenapa wajahnya pucat sekali."
"Istri anda hanya kelelahan dan selamat Pak istri anda sedang mengandung. Usia kandungannya sudah 2 minggu dan untuk mengetahui pastinya silahkan periksa ke rumah sakit." Jelas dokter lalu menjabat tangan Sehun.
"Istri saya hamil, Dok?" tanya Sehun tidak percaya. Yang di jawab dengan anggukan serta senyuman dari sang Dokter.
"terimakasih Dok, terimakasih" ucap Sehun.
"Sayang" Sehun memeluk Naomi bahagia.
"Aku senang sekali, terimakasih ya untuk kado terindahnya" Ujarnya mengecup puncak kepala Naomi.
"Kau kenapa? Senang kenapa?" Tanya Naomi lemah.
"Kau Hamil sayang, Audrey akan punya adik" Jawab Sehun antusias.
"Benarkah?" tanya Naomi tidak percaya.
"Iya sayang iya" jawabnya sambil mengecupi seluruh wajah Naomi.
Naomi dan Sehun tersenyum bahagia. Hari - harinya akan semakin ramai nantinya dengan kehadiran seorang anak yang masih dalam kandungannya. Sehun memeluk Naomi erat ucapan terimakasih tidak pernah telat keluar dari mulutnya. Bahkan Sehun sampai menitikan air mata haru.
"Terimakasih sudah menjadi istriku dan ibu dari anak - anakku"
"Terimakasih sudah menjadi suamiku yang sangat hebat" Ujar Naomi kemudian mengecup bibir Sehun mesra yang di sambut dengan senang hati oleh Sehun.
End
Tapi boong hehe
masih lanjut kok 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced marriage
FanfictionMemang benar aku tidak mencintaimu. Semua yang kulakukan karena paksaan. Namun, seiring berjalan waktu aku dan kau saling menghabiskan waktu bersama, kau memarahiku, kau seolah benar mencintaiku. Salah tidak jika aku salah faham mengira semua perlak...