Sejak pertengahan bulan desember di awali dengan musim dingin, properti natal masih terpajang di setiap sudut kota seperti pohon natal, lampu warna warni bahkan badut - badut santa terlihat menyebar selembaran di depan cafe-cafe pinggir jalan. Setiap orang akan merayakan pergantian tahun dengan suka cita. Berbagai pernak pernik serta kembang api sudah tertata rapi oleh penjual di setiap pinggir jalan.
"Au jangan lari - lari nanti jatuh" seru sang Mommy mengikuti langkah putranya.
"Au mau itu!" Tunjuknya pada mainan mobil remote control yang ada di dalam toko.
"Yasudah ayo masuk" seru sang Ayah menggandeng masuk ke toko mainan itu.
"Sehun jangan terlalu manjain Audrey. Mainannya juga sudah banyak."
"Aku ingin menjadi seorang ayah yang bisa bermain dan bercanda dengan anakku layaknya seorang teman sayang. Kau mengerti maksudkukan?
Lagipula Ini kan tahun baru tentu saja harus beli mainan baru. Yakan Au? ""Iya, Daddy benar Mommy! "
Naomi menghela nafas pasrah. Audrey dan Sehun memang benar - benar seorang ayah dan anak sifat borosnya benar -benar persis. Sifat nakal dan seperti anak - anaknya juga persis. Meski uang Sehun tidak akan habis hanya membeli mainan seperti itu tapi tetap saja kan itu pemborosan, naomi tidak menyukainya. Ia tahu dulu bagaimana susahnya mencari uang sampai ia dalam sehari harus berpindah - pindah dalam melakukan pekerjaan, enam jam menjaga cafe, enam jam di pom bensin dan malamnya ia harus belajar untuk kuliah di pagi harinya.
Naomi tersenyum getir jika mengingat masa lalunya. Dia jadi ingin pulang ke Jepang melihat keadaan Ayahnya.
"Mommy? "
"Ha? "
"Au Sudah selesai "
"Kau melamun apa, hm? " Tanya Sehun melingkarkan tangannya ke pinggang Naomi.
"Tidak tiba - tiba aku ingat Ayah" ujarnya lirih.
"Apa kita harus liburan ke Jepang? "
"Apa boleh? " tanya Naomi antusias.
"Tidak! " Naomi menunduk lemas.
"Tidak, tanpaku sayang" Ujar Sehun mengecup bibir Naomi setelahnya. Naomi langsung memukul bahu Sehun.
"Aww sakit" rintih Sehun.
"Kau gila? Ada banyak orang lewat disini. Dan lihat ada anakmu Sehun." Ujar Naomi menekankan.
"Audrey tidak melihatkan sayang?" Tanya Sehun berlagak lucu yang membuat Naomi mendecih geram.
"Melihat badut ya Dad? Iya Au melihat."
"Bagus! " Seru Sehun.
"Audrey tidak melihat sedari tadi dia asik makan ice cream dan melihat badut"
"hm! Terserah kau saja"
Sehun tersenyum riang menggendong putranya dengan lengan Naomi mengapit tangannya erat. Ia berharap tuhan akan tetap menjaga keluarganya untuk tetap seperti ini. Dengan Sehun mencintai Naomi sepenuh jiwa. Begitu juga sebaliknya Naomi mencintai Sehun lebih dari apapun.
Keluarga kecil yang bahagia.
***
"Chanyeol! " Suara wanita menginterupsi pendengarannya yang membuatnya berbalik selepas menatap langit dengan tatapan kosong melalui jendela apartementnya.
Wanita itu tersenyum kearahnya, "Aku merindukanmu" wanita itu menghambur kedalam pelukkan Chanyeol yang masih memandangnya nanar.
"Apa kau tidak merindukkanku, hm!?"
Tiba - tiba air mata Chanyeol menetes
Tanpa permisi. Pelukkan wanita ini, wanita yang juga ia rindukan keberadaannya selama ini sedikit kurang menenangkan hatinya yang hancur."Kau menangis? Apa kau begitu merindukanku? " Wanita itu menarik diri melihat wajah seorang park Chanyeol yang menangis di hadapannya. Lalu, wanita itu tersenyum. Chanyeol menunduk, entahlah! Biasanya ia tidak semelo ini. Biasanya seorang Park Chanyeol selalu tegar meski sakit didalam. Namun, di hadapan wanita ini? Lagi - lagi ia menangis tersedu karena kesedihan yang tak terbendung.
"Lihat aku!" pinta wanita itu masih tersenyum.
"Hm...baiklah karena kau bersedih aku akan memberimu hadiah"
Hening
Dalam hitungan detik keadaan itu membuat Chanyeol tercengang, "Ini untukmu yang terluka" wanita itu mengecup kening Chanyeol. "Ini untukmu yang selalu memendam perasaanmu" wanita itu mengecup pipi kirinya, "Ini untuk mengobati sedikit rasa sakitmu" di kecupnya pipi sebelah kan, " Dan ini... "Wanita itu mendaratkan kecupannya tepat di bibir Chanyeol, "Untukku yang merindukanmu" Lanjutnya tersenyum.
Chanyeol membelalakan matanya, antara terperangah, terkejut entahlah tiba - tiba saja Chanyeol kehilangan akal untuk menstabilkan kegugupannya.
"Tuh kan, kau berhenti menangis. Apa kubilang ini pasti mujarab" ujar wanita itu cengengesan.
Chanyeol menatap intens wanita itu, air matanya pun sudah mengering. "Kita temankan? " Tanyanya, dengan cepat wanita itu mengangguk masih tersenyum riang.
"biar kutunjukkan yang namanya teman saling menghibur! " Chanyeol menarik pinggang wanita itu mempersempit jarak keduanya. Wanita itu membulatkan matanya sempurna terkejut dengan perlakuan tiba - tiba Chanyeol. "A-pa yang-akan kau lakukan? " Tanyanya gugup berusaha biasa saja.
"See? " Chanyeol menarik tengkuk wanita itu memutar kepalanya mencari posisi yang menurutnya nyaman untuk mendominasi penuh si wanita. Hidung Chanyeol menempel di pipi wanita itu sedangkan Chanyeol masih asik bermain dengan merah rasa cerry menggigit pelan ujungnya agar terbuka akses untuk menjelajahi dan mengabsen setiap sudut dan inchi.
Wanita itu mengerjap - ngerjapkan matanya. Tidak membalas juga tidak menolak. Ini terlalu mendadak dan di luar dugaan. Ia tidak tahu harus mendorong, menendang atau tetap membiarkan perlakuan Chanyeol terhadapnya. Yang ada difikirannya ia harus menutup matanya saat merasakan sensasi setiap lumatan yang Chanyeol berikan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced marriage
FanfictionMemang benar aku tidak mencintaimu. Semua yang kulakukan karena paksaan. Namun, seiring berjalan waktu aku dan kau saling menghabiskan waktu bersama, kau memarahiku, kau seolah benar mencintaiku. Salah tidak jika aku salah faham mengira semua perlak...