Chapter 28

3.6K 385 28
                                    

"Aku yang akan mengatakan semua padanya. Munkin ini waktu yang tepat, aku berhadapan dan mengambil kembali apa yang harusnya menjadi milikku!" Ujar Sehun lantang.

Naomi dan Nina membelalakkan netranya sempurna.

Naomi menggelengkan kepalanya matanya menatap Sehun sempurna seolah mengatakan, 'Apa yang harus kita lakukan?' Sehun berjalan kearah Naomi, posisi mereka saling berhadapan Sehun tersenyum sambil mer menggenggam jemari Naomi erat. Menguatkan Naomi seraya berkata, "Tidak apa - apa, aku juga sudah bosan menunggu waktu yang tepat itu." Naomi tak kuasa manahan air mata yang menggenangi pelupuk matanya seraya tersenyum dan mengganggukkan kepalanya terhadap Sehun.

Sehun tahu Naomi khawatir, tapi Sehun sejujurnya juga tidak bisa menahan ini semua. Sudah cukup bagi Sehun menunggu dan tinggal di London selama satu bulan ini seperti pria selingkuhan saja. Sehun juga punya kuasa, ia masih berstatus sebagai suami dari wanitanya itu.

Masa depan yang awalnya terbingkai rapi, kini pecah terbagi - bagi bak serpihan kaca yang tak munkin kembali utuh, impiannya bersama sang pujaan hati kandas begitu saja. Nyeri di bagian dada serasa di hunus pisau tajam, bahkan membuat alveolusnya tidak bekerja dengan baik oleh sesak yang menyiksa.

Nina jijik dengan pemandangan dihadapannya, tidakkah mereka berfikir ada manusia yang masih mematung sempurna menahan segala kebengisan yang membuat dadanya nyeri tak tertahan di ulu hatinya. Matanya memerah menahan tangis, tidak percaya akan menyaksikan apa yang seharusnya tidak ia inginkan terjadi.

"Mck, dunia begitu sempit, bisa - bisanya tuhan mempertemukan kalian berdua. Sehun, akan kupastikan bahwa kau akan menyesal telah kembali padanya." Nina tersenyum getir dengan bibir terangkat ke atas seraya berlari tak kuasa menahan tangis, pergi meninggalkan tempat itu. Menyisakan Naomi dan Sehun yang masih menggenggam erat jemari satu sama lain.

"Tidak akan terjadi apa - apa, kau percaya padaku kan?" Sehun menenangkan Naomi yang memasang senyum getir.

"Ayo kita pergi dan katakan semua padanya." Ajak Sehun. Naomi mengangguk mantap.

***
Mobil ferari hitam memasuki halaman rumah minimalis dengan gaya khas kebaratan. Chanyeol yang tengah sibuk mengerjakan beberapa laporan hasil operasi yang ia tangani tadi pagi. Seharusnya Chanyeol mengerjakannya di hospital tapi berhubung ia tidak ada jadwal selain operasi jadi Chanyeol memutuskan pulang ke rumah lebih awal, ia merindukan putra juga wanitanya itu.

Tapi ketika Chanyeol sampai di rumah tidak ada siapapun, kecuali para pelayan rumahnya dan orang kepercayaannya Louis.

Beberapa saat yang lalu ia masih bersantai di ruang tamu dan kedatangam sahabat tercintanya yang manja dan kadang menjadi dewasa ketika menasehati masalah percintaannya itu.

Chanyeol tersenyum geli sendiri jika mengingat kelakuan sahabatnya itu.

Chanyeol melirik kearah jam tangannya waktu menunjukkan jam 1 siang. Ia masih berkutat dengan laporan yang membuat kepala serta lehernya lelah akibat pegal yang begitu luar biasa.

Tiba - tiba ponselnya berdering, Chanyeol meraih ponselnya yang tergeletak tidak jauh dari leptopnya. Nama 'Nina Kwon' tertera pada layar ponselnya. Belum sempat Chanyeol menjawab panggilannya suara ketukkan pintu menyambarnya lebih dulu.

"Masuk"

Louis orang kepercayaannya masuk tergopoh dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak. Wajah keragu - raguan kentara jelas pada mimiknya.

"Ada apa?" Tanya Chanyeol mengerutkan dahinya melihat tampang tegang dari orang kepercayaannya itu.

"Tuan nyonya Naomi datang--" Chanyeol mengeryit bingung, " Ya, Lalu?" Chanyeol tidak mengerti, jika memang Naomi yang datang kenapa Louis seperti itu. Chanyeol berdecak kala Louis tidak kunjung melanjutkan ucapannya, "Ck,Ada apa sebenarnya?" Tanya Chanyeol tak sabar. "Nyonya datang bersama seorang pria Tu-aan-" Chanyeol membelalakkan matanya lebar, 'Secepat Ini'.

Forced marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang