Chapter 25

2.5K 168 55
                                    

#troublemaker25
CHLOE ALEXANDER
Selepas selesai sesi perbincangan dengan Sonia, kami berdua masih duduk bersama. Ramai yang fikir Sonia ni macam lesbian tetapi dia bukan bah. Dia lebih kepada obsess dan mempunyai kecenderungan untuk mengawal atau menguasai seseorang itu mengikut keinginan dia.

"Nia, kenapa bah ko nda mau lihat sa bahagia sama orang lain? Ko tau juga bah kan kenapa kita semakin menjauh antara satu sama lain?" tanya saya, Sonia mengeluh. Didepan saya ni saya berhadapan dengan 'kawan' yang saya nda pasti samada diamasih orang yang sama saya kenal lama dahulu.

"sa tau salah sa Mang, tapi sa mau ko bersama sa macam dulu2. Hanya ko yang bulih membentuk sa," jawab dia, giliran saya pula yang mengeluh.

"Sa bulih sama ko macam dulu juga bah Nia, tapi perbuatan ko sama orang yang sa sayang nda mampu sa terima. Macam mana sa mau maafkan ko bila melibatkan nyawa? Apai indai sa.. Milan ... ko juga buat Clara sakit dan sekarang ni Henry... sa nda kisah kalo ko mau sakiti sa tapi bukan family sa," kata saya, lama Sonia termenung.

"Bila sa tau ko masuk Uni, ada gembira juga sama kejayaan ko. Tapi, tanpa sa bersama2 ko fikiran sa jadi lain..."

"Sa suruh ko repeat SPM bah kan dan masuk menyusul sa tapi satu nasihat sa pun ko nda pakai dan sekarang akibat perbuatan ko tu... meragut nyawa orang yang paling penting dalam hidup sa bukan jalan penyelesaiannya bahkan ko makin teruk sudah. Sa manusia bah Nia, sa juga tau marah... Berubatla ko, buang semua benda2 tu dan sa janji sa nd akan tinggalkan ko. Lepaskan jiwa2 yang ko seksa," kata saya lagi, lama Sonia terdiam. Saya lihat tjemari dia menggaru tangan yang lain, saya tahu kalau dia begitu Sonia sedang berperang dengan perasaan dia seendiri.

"Ko tau ka Mang, setiap ilmu yang sa tuntut akan ada akibatnya bila saya buang semua itu. Sa nda bersedia untuk semua itu... kalo sa buang semuanya ko akan tinggalkan sa," jawab dia selepas lama berfikir, giliran saya pula mengeluh. Menasihati orang yang telah jauh terjebak memang payah, tapi saya tahu saya harus meyakinkan Sonia.

"Sa janji nda kan tinggalkan ko. Ko bebaskan segala jiwa yang ko seksa dan sa ndakan memaksa ko bebaskan jiwa sa kalo itu yang buat ko takut," kata saya, lama Sonia memandang saya. Lepas tu tiba2 saja dia ketawa sambil air mata dia bergenangan.

" Mang ko tau ka? Sikap ko yang begini buat sa marah, ko marah dan benci sama sa tapi kenapa ko nda lepaskan saja perasaan itu ?" tanya Sonia seolah2 mencabar kesabaran saya. Apa? Dia ingat saya hati alaikatka?

"sa memang benci dan marah sama ko, sa bukan malaikat Nia.. sa juga manusia, tetapi kalo sa juga berperangai sama seperti ko apa bezanya sa sama ko. Tapi, maaf bah... sa nda mau jatuh ke level yang sama dengan ko. Ko mau tauka Sonia, I already kill you a thousands time noo a millions times in my mind. Jangan cabar sa, so please... ," kata saya, Sonia meneguk air didepan dia.

"Sa bagi ko masa uruskan hal ko sama Henry, don't try something funny like bawa dia berubat Mang... sebab kalo ko cabar saya petik jari sa bulih kasi hapuskan semua yang ko sayang," kata Sonia pula separuh mengugut, giliran saya pula ketawa. Berkerut dahi Sonia memandang saya, apa dia ingat saya takutka?

"Sa orang yang ada agama, tapi untuk melindungi orang yang sa sayang sa nda keberatan untuk membuat sedikit pengorbanan," kata saya, makin berkerut dahi Sonia. Kali dia nda faham maksud saya.

"Sa tau sekarang ni nyawa sa adalah nyawa ko, sa nda keberatan berkorban mencabut nyawa sa sendiri andai itu dapat menghentikan kejahatan ko. Ingat Nia, sa adalah milik ko kalo ko lepaskan mereka," kata saya dan bingkas bangun.

Ya, saya bukan malaikat. Jiwa saya juga nda seputih mana, saya manusia yang punya perasaan. Apai indai, Milan , Clara dan juga henry terseksa gara2 Sonia dan saya nda mampu untuk memaafkan perbuatan dia itu. Saya hampir kehilangan arah tuju hidup saya sehinggalah saya berusaha untuk mencari tujuan yang dapat melepaskan sengsara dan kebencian yang bersarang dalam dada saya. Saya rasa bukan saya saja, tapi ramai jiwa2 yang kacau menyerahkan hidup mereka ke jalan Tuhan. Saya juga begitu, walaupun saya menemui Tuhan tapi bukan dalam sekelip mata itu saya dapat lupakan apa yang menghancurkan saya.

Troublemaker: Henry Dunn is back (COMPLETED)Where stories live. Discover now