Yeol Daseot

820 103 5
                                    

[Mark POV]

'Satu minggu lagi, Markeuri. Memangnya ada apa? Ada acara keluarga ya?'

Hari sudah malam ketika aku masih saja duduk di meja belajarku tanpa melakukan apapun.  Aku sudah belajar, bagaimanapun aku harus mempersiapkan ujian yang sedang dilaksanakan pada pekan ini.

Pagi sekolah, pulang lebih dulu, lalu bekerja.

Begitulah.

Bahkan sebenarnya aku disarankan oleh agensi untuk ujian susulan saja. Tapi aku menolak. Sudah terlalu sering aku mengalami hal seperti itu. Kau tahu rasanya bosan kan?

Aku melirik ranjang sebelah. Haechan sudah tertidur pulas setengah jam yang lalu. Sedangkan aku, yang harusnya benar-benar mempersiapkan diri agar fit saat ujian, justru mendadak tidak bisa tidur.

Dasar.

Tapi ya...rasa lelah akhirnya menguasaiku juga. Sampai-sampai untuk duduk di kursi saja rasanya tidak kuat. Aku harus berbaring sekarang, atau aku menginginkan diriku jatuh tersungkur di lantai.

Aku berbaring tanpa memakai selimut. Meletakkan kedua tangan di bawah kepala sebagai bantal, dan menatap langit-langit kamar dengan berbagai macam pemikiran yang berlalu lalang.

Perlahan-lahan aku mencoba memindahkan apa yang sedang kupikirkan, dari otak menuju atap kamar yang berwarna putih bersih.

1. Aku lelah.
2. Aku ingin jalan-jalan ke suatu tempat.
3. Aku ingin pekan ini berlalu dengan sangat cepat.
4. Aku penasaran dengan orang Indonesia yang dibilang 'saudara' oleh kakakku.

Pemikiranku sepertinya tidak bermutu ya? Tidak ada bebannya sama sekali. Eits, tapi untuk kasus 'Aku lelah' dan 'Aku penasaran', bebannya lumayan lho.

Oke, oke, Mark Lee sedang dalam mode tidak keren saat ini.

Aku baru tahu jika keluargaku ada yang berasal dari Indonesia, atau keturunan Indonesia, atau...bagaimana sih menjelaskannya? A molla.

Pokoknya aku penasaran. Dia perempuan atau laki-laki saja aku tidak tahu. Lebih tepatnya, aku tidak mencari tahu.

Lalu apa aku harus mencari tahu dari sekarang?

Iya?

Ah, tidak. Itu tidak seru.

Kalau begitu apa yang harus aku lakukan sekarang?

Tidur, Markeuri.

*
*
*

[Lami POV]

Ya ampun, memang susah ya jika kita memiliki perasaan semacam ini? Jika aku sedang dalam mode normal, mungkin aku akan berpikiran bahwa ini sangatlah tidak penting dan aku bisa melupakannya dengan cepat.

Tapi, heol. Ini aku. Aku yang merasakannya.

Aku menyukai Renjun ge!

Dan kenyataan soal y/n eonni yang datang ke perusahaan, lalu ia mengenal kami semua, lalu Renjun ge yang sepertinya memiliki ketertarikan terhadapnya,

Aku mulai dilanda perasaan yang memuakkan.

Kenapa aku sampai mempunyai pemikiran untuk menyingkirkan y/n eonni? Kenapa aku menjadi kesal ketika melihat Renjun ge mengobrol dengan y/n eonni? Atau kenapa aku ingin mencegah y/n eonni agar ia tidak sampai menyukai Renjun ge, sama sepertiku?

Padahal aku tahu, y/n eonni tidak memiliki salah apapun.

Tapi kenapa, bahkan aku pernah berpikir bahwa keberadaan y/n eonni pun merupakan sebuah kesalahan?

Beginikah ketika seseorang sedang jatuh cinta? Beginikah?!

Mengapa perasaan indah ini justru membuatku menjadi seorang gadis yang jahat?!

"Halo eonni?"

"Lami-ya? Ada apa? Kau menangis?"

"Tidak, aku tidak apa-apa. Aku menelfonmu hanya ingin..."

"Ingin apa Lami-ya?"

"Aku ingin minta maaf. Maafkan aku."

"Apa? Meminta maaf untuk apa? Lami? Lami-ya? La-"

Terkadang kita dihadapkan pada dua pilihan yang sulit. Dan tidak jarang pula kita mengambil jalan tengahnya, yaitu tidak memilih sama sekali atau memilih keduanya.

Dan aku berpikir, lebih baik memilih keduanya untuk saat ini.

*
*
*

[Author POV]

Pagi ini datang begitu cepat bagi Mark. Ia merasa kepalanya terasa berat dan ia ingin kembali berbaring sampai pagi ini berganti menjadi pagi.

Tapi tidak. Ada ujian hari ini. Mark tidak boleh kalah dengan lesu yang tengah mendera tubuhnya.

Renjun sudah siap dengan seragam sekolahnya ketika Mark baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Melihat Renjun, seketika sebuah pertanyaan melintas di benak Mark.

"Renjun-a, bagaimana y/n?"

Renjun yang tengah meminum segelas susu pun tersedak.

Mark mengerutkan keningnya. Sekaligus merasa bersalah karena telah membuat Renjun tersedak.

Tapi memangnya ada yang salah ya dari pertanyaannya?

"Y/n...beberapa hari yang lalu dia bersikap seperti biasanya walaupun aku tetap merasa jika dia menyembunyikan sesuatu." jawab Renjun dengan suara orang melantur.

Sepertinya hal ini benar-benar membuat Renjun kepikiran.

"Lalu sekarang?" tanya Mark, karena ia merasa memang sudah seharusnya ia bertanya.

"Dia menghilang lagi."

Renjun dengan cepat menghabiskan satu teguk terakhir susunya setelah mengatakan itu. Seolah-olah semua hal yang aneh tentang y/n akan menghilang bersama teguk demi teguk susu yang tadi diminumnya.

Sedangkan Mark tiba-tiba merasa jika ia bisa membantu Renjun mencari tahu ada apa dengan y/n. Entah dengan apa caranya, yang jelas Mark merasakan hal itu.

"Aku akan coba mencari tahu."

"Aku akan merepotkanmu hyung."

"Aish, aniyo. Tenang saja."

Renjun tersenyum. Sebenarnya ada perasaan membingungkan di hatinya yang mengatakan jika ia bisa mengatasi masalah ini sendiri. Tetapi Mark ingin membantunya. Suatu hal yang baik bukan? Setidaknya di awal memang begitu.

Kenapa aku terus-terusan berprasangka buruk pada Mark hyung? Sudah jelas ia ingin membantuku. Kenapa aku selalu berpikiran bahwa dibalik bantuannya dia akan mengambil sesuatu?

Beginikah rasanya orang yang sedang jatuh cinta itu?

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

Tebece.

Yawloh aku lama ya apdetnya? :"

Maapkeun :"

Aku manusia biasa :"

Yang penuh dosa :"

Dan lara :"

#apaansihthor

Vommentnya jangan lupa ya say
Luv yaaa
*diiiba88

Stay;Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang