Yeol Du

1K 128 4
                                    

[Mark POV]

"Guys? Kalian belum mau tidur?" aku bertanya sambil memperhatikan anak-anak Dream yang masih saja membuka mata dengan lebar. Ini sudah larut dan apakah mereka belum mengantuk?

"Satu chapter lagi ya hyung." itu kata Jeno yang sedang membaca komik one piece.

"Sedikit lagi hyung. Besok aku ulangan Matematika." itu kata Haechan dengan wajah memelasnya, yang juga diiyakan oleh Jisung.

Baiklah. Semangat untuk Haechan dan Jisung! Semoga nilai kalian bagus.

"Hoahm." itu Chenle yang baru saja menguap. Aku menghampirinya dan menyuruhnya untuk membereskan buku-bukunya dan segera masuk ke kamar untuk tidur. Aku harus memastikan semuanya tidur tidak terlalu malam agar besok tidak ada yang kesiangan.

Satu bulan ini kami benar-benar akan berangkat ke sekolah. Jadwal perform, fansign, dan lain sebagainya dikosongkan sementara agar kami bisa masuk sekolah dengan baik.

Syukurlah. Hal itu juga membuat kami dapat berkumpul bersama Jaemin. Bahkan kemarin kami sempat menemaninya ke rumah sakit untuk check up.

Semoga dia cepat sembuh dan dapat bernyanyi bersama kami lagi.

"Jaemin-a, setelah susumu habis, langsung tidur ya." aku berujar pada Jaemin yang sedang melakukan ritual sebelum tidurnya di dapur dorm. Aku menemukan dua anak; Jaemin dan Renjun ketika aku menyadari jika tidak semua member berada di ruang tengah. Ternyata ada juga yang berada di dapur.

"Susuku sudah habis hyung. Aku tidur dulu yaa."

"Okay. Tidurlah yang nyenyak. Mimpi indah Jaemin-a."

Aku tersenyum pada Jaemin. Memperhatikannya untuk memastikan jika ia benar-benar sudah masuk ke kamar, lalu beralih untuk menghampiri Renjun.

Anak itu kelihatan murung.

Apa yang terjadi?

"Hey." aku menepuk bahunya dan ia menoleh perlahan. Sepertinya ia tidak terkejut dengan kehadiranku.

"Hai hyung." dia membalas sapaanku dengan senyuman kaku.

"Kenapa murung begitu?" to the point. Begitu saja lebih baik.

Tidak segera menjawab pertanyaanku, Renjun justru menatapku untuk beberapa saat.

Ia seperti ingin menanyakan sesuatu.

"Eum...tak apa."

Renjun menjawab dengan penuh keraguan. Terlihat dengan jelas jika ia ingin mengutarakan sesuatu padaku tetapi ia memilih untuk menahannya.

Aku harus memancingnya. Bukannya aku terkesan kepo atau apa, tetapi aku tidak ingin para member memendam sendiri suatu masalah yang tengah mereka hadapi. Setidaknya aku harus tahu, mungkin saja aku bisa membantu?

Berpikir...berpikir...berpikir....kira-kira suatu hal apakah yang membuat Renjun menjadi murung begitu?

Keluarga? Bukan.

Masalah dengan sesama member? Tidak.

Apakah ia sakit?

Atau...

"Renjun-a, kau sakit?" aku bertanya begitu sambil memegang dahinya. Alih-alih panas atau hangat. Kulitnya dingin sekali.

"Tidak hyung. Aku baik-baik saja." jawabnya.

"Tapi kau kelihatan murung. Ada yang ingin kau ceritakan?"

"Hyung."

"Ya?"

Stay;Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang