Yeol Ilgop

508 61 1
                                    

[y/n POV]

Okay,  bagaimana harus kujelaskan perasaanku saat ini?

Bahkan beberapa kali aku menggaruk kepalaku yang sudah jelas tidak merasa gatal sedikitpun itu dan tampangku pasti terlihat bodoh.

Ya ampun.

Haruskah aku menceritakan sebuah rahasia?

"Y/n-a,  ini. Kau suka blueberry kan?" Kak Minhyung-ya,  aku memanggilnya Kak Minhyung sekarang-menyodorkan satu cone es krim berwarna ungu yang terlihat sangat menggiurkan.

"Wah...terima kasih banyak." aku menerima es krim itu dan langsung memakannya. Kak Minhyung dengan es krim vanillanya pun ikut duduk di sampingku.

Hari ini,  keluargaku dan keluarga Kak Minhyung pergi berwisata ke danau kota. Sudah lama rasanya aku tidak pergi ke danau ini. Dan sulit untuk dipercaya,  kali ini aku pergi ke danau dengan seorang Mark Lee bersamaku.

Ada apa dengan hidupku???

Seharusnya aku bersyukur. Benar-benar banyak bersyukur.

"Kak,  aku ingin memberitahu sesuatu." ujarku ketika es krim di tanganku sudah tandas. Kak Minhyung menoleh.

"Memberitahuku apa?"

"Tapi ini rahasia. Aku mempercayaimu."

Kak Minhyung terlihat mengangguk dengan mantap. Aku yakin ia sudah cukup dewasa untuk bisa menjaga rahasia seseorang.

Aku menghela nafas. Sebenarnya persoalan ini tidak akan menjadi rumit jika sesuatu hal tidak terjadi. Tapi apadaya,  sesuatu itu sudah terjadi dan sama sekali tidak kuduga.

Perasaan itu,  perasaan yang ada pada seorang fans terhadap idol,  perasaan yang ada pada seorang perempuan kepada laki-laki,  bisa kupelihara sendiri. Aku juga bisa menyembunyikannya. Aku bisa bersikap seolah-olah aku tidak mempunyai perasaan itu.

Tapi Huang Renjun...

Apakah dia juga mempunyai perasaan yang sama seperti perasaan yang aku punya?

Kenapa ia terlihat seperti menyukaiku juga?

"Aku adalah fans dari Huang Renjun. Huang Renjun adalah member di NCT Dream yang aku sukai."

Kak Minhyung tersenyum.

"Ah! Ternyata Renjun ya."

Aku terdiam. Tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"Perasaanku juga tidak sebatas fans terhadap idol. Aku memang,  memang menyukai Huang Renjun."

Senyum Kak Minhyung belum memudar meskipun ia melihatku berwajah datar.

"Meskipun aku sudah bisa melihat Renjun secara langsung saat ini, aku tidak pernah berharap lebih. Aku menikmati perasaanku dengan normal. Namun sikapnya selama ini..."

Kali ini kening Kak Minhyung mengerut.

"Seolah menyiratkan bahwa ia juga menyukaiku."

"Bukankah memang seperti it-"

"Namun disitulah masalahnya. Semua perlakuan Huang Renjun...membuat seseorang ingin aku menjauh darinya."

Kali ini,  senyum Kak Minhyung benar-benar menghilang.

"Itulah yang membuat sikapku aneh akhir-akhir ini. Aku hanyalah seorang fans yang beruntung karena mempunyai kemampuan menulis lagu dan diterima untuk bekerja di perusahaan yang sama dengan idol yang aku sukai. Kurang apa? Aku merasa semua ini sudah lebih dari cukup. Tapi belum lama aku mensyukuri ini semua,  aku,  harus merelakan perasaanku? Dan setelah lama berpikir, memang benar. Seharusnya aku tidak berat hati untuk mengalah. Karena apa? Karena aku bukan siapa-siapa. Karena bisa melihatnya secara langsung saja sudah lebih dari cukup untukku. Ditambah dengan perlakuannya selama ini, membuatku bertambah yakin jika,  ya sudahlah. Dia sudah bersikap baik padamu,  y/n. Tolong pendam jauh-jauh perasaanmu itu." aku tersenyum getir. Mengatakan semua hal yang selama ini mengganjal di hatiku pada Kak Minhyung, aku rasa akan membuat semuanya menjadi lebih baik.

"Y/n, jadi maksudmu, kau ingin berhenti menyukai Renjun?" suara Kak Minhyung terdengar lirih. Aku berusaha tersenyum padanya sebelum menjawab.

"Ya. Perlahan-lahan pasti aku bisa menghilangkan perasaan itu. Aku baru saja bergabung dengan kalian semua, dan aku sudah akan mengacaukan perasaan orang lain terhadap Huang Renjun? Bukankah itu sangat buruk?"

Angin sepoi-sepoi yang berhembus sedari tadi entah kenapa membuat perasaanku gelisah. Aku merasa jika aku dipermainkan oleh kata-kataku sendiri.

Maksudku,  apa yang harus dilakukan jika ada di dalam posisiku? Mencari aman, bukankah begitu? Tapi kenapa terbersit perasaan bahwa aku tidak sanggup?

"Y/n-a, dengarkan aku." kali ini aku dan Kak Minhyung duduk saling berhadapan. Wajah laki-laki di depanku itu terlihat serius.

"Baiklah,  aku sudah mendengar semuanya darimu. Dan aku tahu apa yang kau maksud serta memahami bagaimanakah posisimu. Aku benar-benar mengerti."

"Tapi y/n-a, aku tidak setuju jika kau dengan egoisnya menghempaskan perasaanmu sendiri. Dengan siapa kau egois? Tentu saja dengan hatimu."

"Aku tahu jika posisimu saat ini tidak mengenakkan. Tapi jangan sampai keputusanmu justru akan menyakitimu. Bahkan, menyakiti Renjun juga."

"Y/n-a, perasaan itu ada untuk siapa saja. Berada dimana saja. Mengalir begitu saja tanpa bisa diminta dan dipaksakan."

"Kau tidak boleh egois. Kau tidak boleh memaksa hatimu untuk berhenti kecuali jika perasaan itu memang sudah hilang jauh-jauh hari."

"Kau sudah menghormati perasaan orang itu, yang tidak akan kutanyakan siapa orangnya, dan itu artinya kau juga harus menghormati perasaan Renjun dan yang lebih penting adalah menghormati perasaanmu sendiri."

Kata demi kata yang diucapkan oleh Kak Minhyung meresap dalam, sampai ke hati dan pikiranku. Aku tahu. Aku tahu aku salah. Aku tahu aku kekanakan dan gegabah. Tetapi aku hanya tidak mau membuat perasaan orang lain kacau karenaku.

"Jadi aku harus bagaimana?" tanyaku dengan suara yang lirih,  dengan kepalaku yang menunduk. Dasar.

Kak Minhyung tidak menjawab pertanyaanku. Membuatku mau tidak mau mengangkat kepala dan melihat ke arahnya.

"Kau harus bertahan."

"Kalian menyukai Renjun. Jadi,  Renjunlah yang berhak memilih."

*
*
*

[Renjun POV]

"Jadi bagaimana?"

"Apanya?"

"Kau. Kau sudah merasa baikan?"

"Memangnya aku kenapa? Aku baik-baik saja kok."

"Uh-huh? Benarkah?"

"Ya. Omong-omong aku punya stiker moomin. Akhir bulan kubawakan ya."

"Hah?"

"Kau masih menyukai moomin kan? Atau sudah tidak? Wah...kalau sudah tidak apa alasanmu?"

"Cerewet."

"Sepertinya yang aneh itu kau ya. Sensitif sekali kau sekarang. Sedang PMS ya?"

"Hah?! Apa kau bilang?!"

Hahaha. Aku aneh katanya. Sensitif juga katanya. Dasar. Padahal nyatanya dia itulah yang aneh.

Tapi aku tidak bisa menahan rasa bahagiaku ketika dia sudah kembali ceria seperti biasanya. Sudah lama ia membuatku khawatir.

Mulai sekarang aku akan memastikan jika dia akan selalu bahagia.

Karena kebahagiaannya itu, otomatis akan membuatku bahagia juga.

Berbahagialah, y/nku.

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

TBC

Hai semuanyaa. I'm back :)))

Dan kayaknya nanti sore,  atau malem,  bakalan back lagi. Ehe.

*gataumaungomongapalagii*

See you ^^
Vommentnya ya :))
Much luv
*diiiba88

Stay;Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang