Yeol Yeodeolb

631 69 1
                                    

[Author POV]

"Benarkah hyung?! Kalian bersaudara?!"

"Iya. Saudara jauh dari Indonesia itu ternyata y/n."

Suasana ruang latihan NCT Dream berubah menjadi ramai setelah Mark bercerita perihal liburannya yang dihabiskan bersama keluarga y/n. Waktu yang seharusnya segera mereka gunakan untuk latihan itu justru tersita hanya untuk menanya-nanyai Mark.

"Lalu hyung,  kalian jalan-jalan kemana saja? Pasti seru ya? Seharusnya kau mengajakku!" Haechan berceloteh tepat di samping Mark hingga membuat telinga Mark berdengung. Namun lelaki yang paling tua di NCT Dream itu hanya terkekeh.

"Kapan-kapan kita bisa liburan bersama kan?" ujar Mark yang pada akhirnya membuat Haechan mengangguk dengan semangat.

"Itu ide bagus hyung!"

Di tengah keramaian itu, Renjun yang pastinya juga ada di antara mereka hanya diam mendengarkan. Meskipun begitu raut wajahnya menunjukkan bahwa ia baik-baik saja  kali ini.

Sangat baik malahan.

"Ayo latihan!" Mark berseru,  membuat seluruh member berdiri dan bersiap untuk latihan. Mark menyempatkan diri untuk melirik Renjun. Dan ikut tersenyum ketika melihat salah satu membernya itu terlihat lebih ceria dari hari kemarin.

'Syukurlah.'

*
*
*

[Mark POV]

Sudah satu hari setelah waktu libur kemarin. Aku kembali pada rutinitas biasaku, berlatih dengan grupku, belajar, dan yah, intinya semua kegiatan biasaku.

Liburan kemarin bisa dibilang cukup menyenangkan. Karena aku seperti mendapat jawaban dari apa yang membuatku penasaran. Hahaha.

Aku bersyukur karena ternyata y/n adalah saudaraku, meskipun dalam jarak yang jauh. Karena sebelum ini, jujur saja aku mempunyai perasaan yang sedikit berbeda pada anak itu. Untung saja, untung saja.

Rahasia yang y/n ceritakan padaku saat liburan kemarin juga membuat hatiku lega. Aku paham dengan situasi yang dia ceritakan. Dan aku bersyukur karena aku tidak sampai ada di dalamnya. Bayangkan saja jika sampai saat ini aku masih berperasaan "lebih" terhadap y/n, bukankah masalahnya akan bertambah rumit? Berulang kali aku mengelus dada karena merasa benar-benar lega.

Jadi ternyata karena hal itu. Sikap aneh y/n terhadap Renjun dan kami semua adalah karena hal itu.

Sebenarnya wajar jika y/n berniat untuk menghindar. Terbilang bagus malahan. Tetapi jika ia sampai menghempaskan perasaannya sendiri, itulah yang tidak bagus. Keterlaluan malahan.

Maka setelah aku mengatakan pada y/n  bahwa ia harus bertahan, keadaan kembali menjadi semula kan? Y/n bisa  kembali bersikap biasa tanpa menghilangkan perasaannya. Aku yakin itu akan membuat perasaannya lebih tenang.

Melihat Renjun yang kembali ceria juga membuatku ikut bahagia. Baiklah, semuanya telah kembali.

*
*
*

[Author POV]

Hujan kembali turun sore ini. Y/n bersama Jihan yang masih berada di sekolah, terjebak hujan lebih tepatnya, sedang memikirkan hal apa yang bisa mereka lakukan sembari menunggu hujan reda.

"Langitnya kok ya gelap banget sih. Nyeremin." ujar Jihan sembari mengusap-usap kedua lengannya. Udara terasa semakin dingin menusuk kulit.

"Iya ya. Mana hujannya deres banget. Eh tapi..."

"Apa?"

Jihan melihat ke arah y/n dengan penuh heran.

"Apa sih??"

Stay;Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang