Bagian 2

10.8K 153 23
                                    

Seperti malaam-malam biasanya, malam ini pun Desa Sindang Sari tetap gegap gempita oleh lampu yang berkedap-kedip genit di rumah-rumah bordil dan tempat hiburan malam lainnya. Lalu-lalang manusia-manusia pemuja kenikmatan duniawi meramaikan jalan desa yang kini halus mulus seperti pipi Markenes. Perempuan muda pengantar makanan untuk ketiga janda Lurah Sosro melintas membaur dengan mereka. Dengan skuter metiknya ia meliuk-liuk menghindari pejalan kaki yang selalu meramaikan jalan jika malam tiba.

"Rin, darimana?" sapa seseorang diantara keramaian jalanan desa itu.

"Eh, Kang. Dari mengantar makanan untuk Mbok Sosro Wedhok."

Ririn Winarni, perempuan muda pengantar makanan untuk Sosro Wedhok adalah keponakan Sosro Wedhok. Perempuan muda, cantik, dan baik hati itu berpendidikan tinggi. Ia lulusan sebuah universitas di kota besar. Baru tiga bulan ia pulang ke Desa Sindang Sari.

Ririn berhenti dan menghampiri laki-laki muda yang menyapanya, ia berbalik arah dari arah ia datang. Lelaki muda yang tegap dan tampan itupun menunggu Ririn di sebuah gardu pos Kamling.

"Kang Wanto, mau kemana?"

"Biasa, Rin. Jaga Griya Baitul Nikmat."

"Tempat pelacuran itu? tidak ada pekerjaan yang lain, Kang?"

"Pekerjaan apa, Rin? Macul di sawah tidak seberapa hasilnya."

"Tapi kan berkah, Kang."

"Berkah kalau kurang tidak jadi berkah, Rin."

"Huss! Tidak boleh bicara seperti itu, nanti Gusti Allah murka."

"Hahaha, Ririn...Ririn. Kamu masih polos, belum tahu bagaimana susahnya mencari rejeki yang halal di jaman sekarang ini."

"Susah berarti tidak bisa, Kang. Iya to?"

"Iya aku tahu, Rin. Tapi kembali ke cukup dan tidak cukup."

Obrolan mereka sampai pada rencana Ririn mencalonkan diri menjadi Kepala Desa Sindang Sari, setelah masa jabatan Laminto berakhir tahun ini. Laminto yang merasa gagal melawan hegemoni barisan iblis pohon beringin samping balai desa tidak akan mencalonkan lagi. Selain Ririn kabarnya ada calon dua calon lain yang dikabarkan akan ikut kontestasi itu. Tukiem bekas lonte yang sudah tidak laku lagi dikabarkan juga akan mencalonkan diri. Satu lagi calon adalah Tumin bekas maling sapi yang sekarang menjadi germo di Griya Baitul Nikmat.

Mereka memisahkan diri mungkin karena malam sudah cukup larut. Suwanto pemuda gagah, kekar, dan rupawan melanjutkan perjalanannya menuju Griya Baitul Nikmat sementara Ririn pulang ke rumahnya, tidak jauh dari rumah Markenes.

Saat melitas di depan rumah Markenes, janda paling muda warisan Lurah Sosro yang kini menjadi icon kemajuan Desa Sindang Sari, Ririn berhenti sejenak. Ia mendengarkan Markenes sedang menyanyi dari balik kamarnya yang sangat mewah. Markenes tetap terpasung meski dengan rantai emas. Lirik lagunya masih juga tentang kontol Lurah Sosro. Ririn mengelus dadanya yang membusung, ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya kencang. Dan topan badai meluluhlantakkan kegundahan Ririn.

Women On TopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang