Bagian 7

5.4K 103 32
                                    

Dukun Mardubus merapal matra kesaktiannya. Setaip mendengar Mardubus merapal mantra Samingun selalu terpingkal-pingkal mesti terpenjara dalam batin saja. Bibirnya tetep mengatup dan kepalanya menunduk seperti ayam sayur. Masih seperti tahun-tahun dulu mantra itu adalah syair lagu dangdut koplo. Bedanya kali ini syair lagu dangdut koplo terbaru kesukaan dan dijadikan pengiring setiap pertunjukan Tarian dari Surga. Tidak lama Iblis Senior muncul di samping Samingun duduk bersila.

Samingun nyaris semaput melihat rupa iblis yang sudah ada sejak jaman Fir'aun itu, dan memang dia bekas jongos Fir'aun.

"Ada apa, Tuan Dukun? Memanggil saya malam-malam begini?" tanya Iblis Senior.

"Tentu saja aku butuh kamu, goblok!" bentak Mardubus.

"Baik, Tuan. Titah apa yang harus saya lakukan?"

"Kau intip kerjaan langit, siapa yang ditakdirkan menjadi pemimpin atas negeri ini."

"Negeri ini? bukankah pemilihan presiden masih lama, Tuan?"

"Desa Sindang Sari, Pekok! Untuk apa kita cawe-cawe terhadap perpolitikan nasional. Kelas kita hanya ndeso!"

"Oh, baik. Dengan apa aku ke kerajaan langit, Tuan?"

"Kau pinjam angkong Sugito."

"Angkong? Kapan sampainya, Tuan Dukun?"

"Iblis pekok! Hal-hal yang remeh-temeh seperti ini mesti saya ajari juga? Apa guanya kamu jadi iblis? Pantas kalau Fir'aun mencapakkanmu sampai negeri ini."

"Hmm..baik, Tuan. Saya akan pinjam motor skuter metik milik Mijem, lonte baru penghuni Griya Baitul Nikmat."

"Terserah, yang penting kamu sampai kerjaan langit."

Dukun Mardubus kembali menyepahkan ludah ke kiri, kembali api membumbung ke udara tepat pada titik ludahnya menghempas bumi. Samingun kembali terdorong ke belakang. Ia kembali membetulkan duduk bersilanya, dan tetap tertunduk lunglai di depan Mardubus.

Iblis Senior segera beringsut dari hadapan Dukun Mardubus. Ia segera menuju Griya Baitul Nikmat, tempat pelacuran kelas wahid di Desa Sindang Sari. Ia mencari Mijem lonte paling cantik pemilik sepeda motor skuter metik yang baru ia beli dari showroom. Mijem lonte paling laris di rumah bordil itu. Dia muda, cantik, montok, dan kenes. Belum melucuti busananya pun kontol-kontol pelanggannya sudah ngaceng.

Dukun Mardubus kembali membakar kemenyan yang asapnya kian membumbung dan memenuhi se isi ruangan praktiknya. Samingun masih lunglai tertunduk menghitung ubin lantai. Telinganya dipenuhi suara rengeng-rengeng mantra Dukun Mardubus. Ia kembali terkikik dalam hati. Lagi-lagi syair lagu dangdut koplo itu yang menyumpal telinganya. Namun ia sedikitpun tak berani mengangkat dagunya.

"Asu teles! Disuruh ke kerajaan langit malah ngentoti Mijem! Dasar iblis tidak berguna!" keluh Dukun Mardubus.

"Apa, Mbah?" Samingun mencoba mengangkat dagu sambil bertanya.

"Kau tidak dengar apa yang ku katakan, Ngun? Budek!Pekak! Congek!"

Women On TopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang