Bagian 12

3.4K 90 29
                                    

Beberapa orang mengangkat tubuh laki-laki yang mereka temukan di atas Watu Kebo itu. Mereka kembali membaringkan tubuh yang masih lemas itu di rerumputan bagian atas daerah aliran sungai. Terlihat beberapa bagian tubuh memar. Mungkin lelaki ini orang yang hanyut di Kali Bening, atau bisa saja seseorang yang dibuang sengaja ke tempat itu.

"Banyak luka memar di tubuhnya, Pak Man," kata salah seorang setelah memeriksa seluruh bagian tubuh lelaki itu.

"Bagaimana kalau kita bawa ke kampung saja," usul salah seorang warga.

"Buatkan tandu darurat dari bambu saja," perintah Pak Kamituwa.

"Pakai sarung Ngadimin saja bisa, Pak," celetuk salah seorang warga.

"Hust, saya tidak pakai celana dalam!" bentak Ngadimin.

Yang ada di lokasi tertawa terbahak, mendengar candaan warga. Beberapa orang yang kebetulan membawa parang dengan sigap menebang pohon bambu tali yang banyak tumbuh di sekitar sempadan sungai. Tidak terlalu lama sebuah tandu darurat sudah jadi. Beberapa orang warga mengangkat tubuh dan meletakkannya ke dalam tandu.

"Dibawa kemana, Pak Man?" tanya salah seorang warga.

"Ke rumahku saja, Jo," jawab Sugiman sang kamituwa.

Empat orang mengangkat tandu, mereka semua lalu mengikutinya dari belakang, percis seperti mengantar jenazah ke pemakaman. Suara kicau orang-orang yang mengikutinya mirip sekumpulan itik berebut pakan. Semua pasti bergunjing tentang seseorang yang ada dalam tandu itu. Suara para perempuan lebih mendominasi, mungkin tidak hanya mulut atasnya yang berkicau, mulut bawahnya pun ikut nimbruung.

Kali Bening kembali sunyi, hanya gemericik air sungai menerpa bebatuan yang mengisi dimensi sunyi. Sesekali bunyi berisik daun-daun bambu teriup angin ikut berjejal di ruang sunyi itu. Cecuitan bunyi burung membuat hamoni suara alam begitu padu dan indah. Di seberang Kali Bening adalah Desa Mulya Asri, suara aktifitas warganya kadang tersesat sampai gendang telinga warga Desa Reja Mulya.

Musim kemarau belum juga berakhir, sehingga Kali Bening tetap bening airnya. Terlihat beberapa pohon kapuk randu di sekitar bantaran sungai sudah menggugurkan daunnya, hanya tinggal buah-buhnya yang bergelantungan di ranting-ranting pohon. Buah yang sudah masak akan pecah dan menghamburkan kapuk dan bijinya, terbang liar tertiup angin. Begitulah cara mereka menyebarkan benih-benih kehidupan baru, generasi baru, penerus panggung kehidupan.

Tidak ada aktifitas warga di Kali Bening. Mungkin karena ditemukannya sesosok tubuh lelaki yang tertelungkup di Watu Kebo pagi itu. Mereka sekarang menyemut di rumah Sugiman sang kepala pedusunan (kamituwa). Beberapa warga terlihat masih membawa alat pertaniannya, cangkul, sabit, parang. Jalanan desa yang masih tanah itu sepi. Biasanya warga lalu lalang melewatinya menuju tempat beraktifitas masing-masing. Mayoritas warga Reja Mulya adalah petani padi, peladang jagung, dan pekebun kelapa dalam. Hampir tidak ada pegawai negeri, kecuali Pak Guru Sutarman, seorang guru sekolah dasar.

Women On TopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang