Anak muda yang beberpa hari yang lalu ditemukan tertelungkup di atas Watu Kebo di Kali Bening Desa Reja Mulya sudah pulih kesadarannya. Ia tampak sudah bisa duduk di ambin bambu di ruang tamu rumah Sugiman.
"Jadi sampeyan datang dari Timur?" tanya Sugiman.
"Demikianlah, Pak," jawab anak muda itu.
"Bagaimana anak muda bisa ada di atas Watu Kebo?"
"Watu Kebo?"
"Ya anak muda ditemukan tertelungkup di Watu kebo. Kali Bening di belakang desa kita ini."
Anak muda itu memegangi kepalanya, ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi tempo hari, namun tidak berhasil.
"Saya tidak ingat, Pak."
"Ya sudah jangan dipaksa mengingat, Nak."
"Baik, Pak."
"Lalu hendak kemana sampeyan, Nak?"
"Saya diutus kiai saya untuk mencari sebuah desa yang ada dalam mimpinya. Desa itu konon sangat sejahtera, tetapi ada satu warga bernama Markenes yang diperbudak oleh para iblis dan warganya untuk menopang peradaban jahiliyahnya."
"Oh, dimana itu?"
"Konon di bagian barat pulau ini, Pak."
"Sudah rebahlah dulu, Nak. Saya dan simbok mau ke sawah dulu."
"Apa bapak tidak punya anak?"
"Anak saya semua mati terserang muntaber puluhan tahun yang lalu, Nak."
"Oh..."
Pemuda itu tertunduk nampak menyesali pertanyaanya. Airmatanya mengambang di biji matanya.
"Oh, ya. Siapa namamu, Nak?"
"Panggil saja saya Bedhor, Pak."
"Nak Bedhor, bapak kesawah dulu ya.."
"Baik, Pak. Saya belum bisa membantu bapak bekerja."
"Oh, tidak apa. istirahatlah dulu, Nak."
Sugiman meninggalkan sendiri pemuda itu. Ia mengambil cangkul dan sabitnya yang terselip di gedek belakang rumah. Suara sapi piaraanya sudah menyapa. Mungkin ia memesan rumput segar yang bisa disantap dengan nikmat nanti malam. Ayam-ayamnya pun berkokok melepas kepergian majikannya.
Kucing yang selalu bermanja-manja dengan Sugiman dan Mbok Sugiman mengikutinya dari belakang.
"Husst. Tidak usah ikut, sana temani Mas Bedhor saja di rumah." Suara Sugiman seolah dimengerti oleh kucing berwarna hitam putih itu. ia berbalik arah dan masuk ke dalam rumah melewati selipan gedek yang sudah koyak. Kucing hitam putih itu mendekam di bawah ambin tempat Bedhor terbaring lemah.
"Mas Bedhor..." sapa kucing itu
"Ada apa, Nis?" jawab Bedhor.
"Namaku buka Nissa, Mas."
"Oh maksudku manis bukan Nissa."
"Oh Kok tahu kalau aku manis, Mas?"
"Hahahaha..." Berdhor tertawa sambil memegangi kepalanya yang masih sakit.
Mereka bercengkrama akrab sekali seperti kakak-adik yang baru berjumpa setelah bertahun-tahun terpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Women On Top
General Fiction#1 dalam Satire pada 02 Agustus 2021 #1 dalam Satire pada 15 Oktober 2020 #2 dalam Satire pada 06 Maret 2019 #3 dalam Satire pada 16 November 2018 Women On Top adalah seri ke-4 Lurah Sosro. Inti cerita kali ini adalah tentang sebuah proses politi...