Bagian 11

3.6K 89 16
                                    

Perempuan-perempuan Desa Reja Mulya berlarian menjauhi kali, tempat mereka mandi dan mencuci pakaian. Suminah yang pertama sampai di bibir sungai melihat sesosok tubuh yang tertelungkup di sebuah batu hitam di pinggir Kali Bening. Setiap berpapasan dengan perempuan yang hendak ke kali ia memberi kabar. Laki-laki yang sudah bersiap ke sawah dibuat kaget oleh tingkah perempuan-perempuan itu.

Sudirjo suami Suminah melemparkan cangkulnya kembali ketika mendengar istrinya berteriak-teriak memanggilnya.

"Ada apa to, Mak 'e?"

"Ada orang mati di kali, Pak'e. Tubuhnya tertelungkup di Watu Kebo tempat kami biasa mencuci."

"Oalah, yuk kita segera lapor Kamituwa Sugiman."

Kedua suami istri itu tergopoh-gopoh menuju rumah kepala dusun yang tidak jauh dari rumahnya. Ternyata rumah kamituwa itu sudah dipenuhi orang. Mereka semua membicarakan perihal penemuan sesosok tubuh laki-laki yang tertelungkup di Watu Kebo.

"Mari kita tengok ke Watu Kebo," ajak Sugiman.

"Apa tidak sebaiknya kita lapor polisi, Pak?" sela seorang warga.

"Kita lihat dulu, siapa tahu orang itu masih hidup."

"Ayoo..!" teriak warga.

Semua warga yang berkumpul di rumah kamituwa serentak berjalan setengah berlari ke arah Kali Bening. Jalan setapak di bawah perkebunan kelapa pagi itu sontak menjadi ramai. Ceriwis suara warga itu seperti cecuitan suara burung emprit yang berebut bulir-bulir padi yang masih menggantung di malainya.

"Siapa tadi yang melihat pertama?" tanya Sugiman sambil terus berjalan.

"Saya, Pak," jawab Suminah.

"Kamu tadi sudah dekat dengan Watu Kebo?"

"Ya kira-kira berjarak duapuluh meter, Pak Man."

Warga yang berpapasan dan berniat pergi ke sawah, kebun, ladang mereka membatalkannya dan ikut dalam rombongan warga itu. Burung-burung yang sedang bercanda di manggar-manggar pohon kepala kabur dari tempatnya. Bajing-bajing pengerat buah kelapa mengintip curiga dari balik pelepah dedaunan kelapa. Kadal-kadal yang nyaris terinjak kabur terbirit-birit. Rombongan warga itu sedikit mengganggu harmonisasi alam pagi ini.

"Itu dia, Pak!" teriak warga yang kembali melihat sesosok tubuh laki-laki yang tertelungkup di atas Watu Kebo.

"Innalillahi.." ucap Sugiman.

"Mari kita mendekat," ajak warga yang lain.

"Sepertinya belum kaku, Pak Man," ucap Sudirjo.

"Jangan-jangan masih hidup," sela warga yang ada ditempat kejadian.

"Coba perikasa!" perintah Sugiman.

Beberapa warga mendekati tubuh yang tertelungkup itu. Mereka membalikannya dan memeriksa detak nadi di tangannya. Belum puas mereka memeriksa detak jantung tubuh yang kini terlentang di atas batu hitam itu.

"Masih hidup, Pak Man," teriak salah satu yang memeriksa sesosok tubuh lali-laki itu.

"Bawa ke atas," perintah Pak Kamituwa lagi.

Women On TopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang