Tubuh yang tergolek di atas ambin mambu itu bergerak-gerak. Dimulai dari jari-jarinya yang bergerak-gerak, lalu tangannya yang sebelah kanan mulai bergerak-gerak. Lelaki yang tergolek lemah itu mencoba mengangkat tangannya, tapi sepertinya belum mampu. Matanya masih terpejam, kelopak matanya masih menutup rapat bijimatanya. Bibirnya yang terlihat pucatpun masih mengatup.
Mukanya terlihat lebam-labam. Mungkin benturan dengan benda-benda tumpul dan keras. Beberpa bagian terlihat membiru-hitam. Dadanya terlihat turun naik dengan teratur dan pelan. Kelopak matanya kini mulai bergetar, bibirnya pun bergetar, tapi belum juga terbuka mata dan mulutnya. Sugiman dan Mbok Sugiman yang menungguinya hanya menghela nafas panjang.
Malam itu sudah sekitar pukul sepuluh malam, hanya tinggal tiga warga yang masih bertahan di rumah kamituwa itu.
"Lihat, Mbok. Tangannya sudah mulai bergerak, kelopak matanya bergetar, dan bibirnya juga bergetar," kata Sugiman pada istrinya.
"Mungkin tidak lama lagi siuman, Pak'e," jawab istrinya.
"Kasihan anak muda ini, sepertinya habis dianiaya terus dilemparkan ke Kali Bening, Mbok."
"Ya mungkin, Pak. bisa juga orang yang hanyut."
"Ah, kalau hanyut masa mukanya bisa memar-memar seperti ini."
"Iya juga."
Tiga warga yang masih bertahan di rumah kepala pedusunan itu pun pamit pulang. Mereka berjalan menembus pekat malam gulita. Diiringi derik serangga yang berzikir, dinaungi jutaan bintang yang berkedip-kedip memuja Allah. Angin sempoyongan menabrak-nabrak dinding-dinding gedek rumah warga. Bunyi telapak sandal jepitnya memecah kesunyian malam.
Sugiman dan istrinya masih setia menunggui lelaki muda yang masih tergeletak pasrah di atas ambin. Pelan-pelan kelopak mata lelaki muda itu membuka. Terpaan sinar lampu ublik membuat kelopak matanya bergetar dan menyipit. Bibirnya bergetar hebat dan berucap, "As....ta...gfi...ru....llah...." dengan terbata-bata dan bergetar ditenggorokan.
"Siuman dia, Mbok," ucap Sugiman antusias.
"Iya, Pak'e.."
"Sss..a...ya..a..d...a di mmma...na?" suara lelaki muda itu beregtar.
"Anak muda ada di rumah saya, kepala pedukuhan Reja Mulya. Namaku Sugiman," jawab Sugiman.
"ooohh..., al..ham..du..li..llah," ucapnya lirih.
"Mbok, ambil air gula. Cepat!" perintah Sugiman.
"Baiklah, Pak'e.."
Mbok Sugiman bergegas menuju ke dapur yang hanya beberpara langkah saja dari tempat anak muda itu dibaringkan. Hanya dipisahkan pintu yang ditutup kain kumal warna hijau tua. Dari dapur suara Mbok Sugiman menyiapkan air gula. Terdengar dentingan benturan benda-benda keras beradu, memecah kesunyian malam. Tidak lama Mbok Sugiman muncul dari balik kain kumal itu membawa gelas berisi air gula merah hangat. Dengan penuh kasih sayang Sugiman menyuapkan sedikit-demi sedikit air gula itu ke mulut anak muda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Women On Top
General Fiction#1 dalam Satire pada 02 Agustus 2021 #1 dalam Satire pada 15 Oktober 2020 #2 dalam Satire pada 06 Maret 2019 #3 dalam Satire pada 16 November 2018 Women On Top adalah seri ke-4 Lurah Sosro. Inti cerita kali ini adalah tentang sebuah proses politi...