Nara baru saja masuk ke rumah tuannya lewat pintu dapur. Ia meletakkan tas ransel dan map ke meja pantry. Selama beberapa detik ia memelintir tubuhnya ke kanan dan kiri. Antrian panjang untuk konsultasi skripsinya hari ini melelahkan. Belum lagi pikirannya kacau karena ....
"Will you marry me?"
Kata-kata itu terus menggema di telinga Nara. Ia menghela napas kasar, entah perasaan apa ini. Ketika kata-kata itu terngiang di kepala, mendadak dadanya seperti ditekan batu besar. Dan penyesalan sebesar-besarnya Nara panjatkan karena jawaban yang ia berikan kepada majikannya kemarin.
"Astaga! Kenapa aku menerima lamaran itu di atas emosi Reinan?" Nara bergumam lirih. Ia menggigit buku-buku jarinya; cemas. Bagaimana ia akan menjelaskan pada ibunya? Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba mengatakan akan segera menikah dengan Reinan. Pikiran Nara kacau.
Braakk!
Suara hempasan benda di atas meja terdengar dari arah ruang tamu. Nara sempat melonjak terkejut. Tadi saat memasuki halaman ia melihat ada mobil Lusi terparkir. Sepertinya wanita itu sedang memiliki suasana hati yang kurang baik.
Nara menghela napas. "Oh Em Ji, ada masalah apa lagi ini?" keluhnya seraya mendaratkan pantat ke kursi berkaki tiga. Ia sudah bersiap menutup kedua telinga saat suara debuman pintu kamar Reinan terdengar cukup keras. Gadis berambut lurus itu mendecakkan lidah.
"Nara, bikin kopi," ucap Bu Lusi sambil berjalan menghampiri Nara. Ia memijit pelipis sembari duduk di sebelah Nara.
Nara mengangguk, meraih cangkir di atas kitchen set dan menyeduh kopi. Wangi kopi membuat wanita paruh baya yang tak kunjung menikah itu sedikit membaik.
"Reinan bikin masalah lagi?" tanya Nara.
Lusi mengangguk sebelum ia menyesap kopinya sedikit. "Bujuk dia untuk tidak membatalkan pemotretan besok bersama Mia."
"Mia? Super model cantik yang sedang naik daun itu?" Nara menaikkan kedua alisnya.
"Ya, mantan kekasih Reinan," sahut Lusi beriringan dengan embusan napas lelah.
Setahun yang lalu, Mia sempat membeberkan pada wartawan bahwa ia sempat mempunyai hubungan khusus dengan Reinan. Namun, Reinan memilih tak bersuara dan enggan menanggapi tudingan macam-macam Mia atas dirinya. Bahkan Lusi sang manager tidak tahu sama sekali tentang hubungan macam apa yang Reinan jalin. Reinan tetap tidak mau membuka mulutnya barang menjawab kebenaran gosip yang beredar, meski dengan jawaban singkat ya atau tidak.
"Kalau kamu berhasil membujuk dia, aku tak tanggung-tanggung memberimu gaji dua kali lipat untuk bulan ini." Lusi menatap mata Nara yang berbinar, menyesap kopi hingga separuh. Kemudian melenggang pergi setelah menepuk kedua bahu Nara agar bersemangat.
Nara tersenyum gembira. Sejenak ia lupa dengan masalah lamaran dari Reinan. Ia menyingsingkan kedua lengan baju dan bergegas naik ke lantai atas. Perlahan ia ketuk pintu kamar Reinan. Sedetik, dua detik, tiga detik. Reinan belum juga membuka pintu. Nara mendecakkan lidah, memang sulit menjinakkan singa yang sedang PMS.
"Aku bicara dari sini, deh!" ucap Nara setengah berteriak sambil membelakangi pintu dan bersandar di daun pintu. "Kerja itu profesional aja, Rei. Masa cuma gara-gara pasangan model kamu sempet jadi pacar yang lewat terus kamu batalin. Kasihan Bu Lusi kali, udah kasih uang muka macem-macem buat persiapan pemotretan kamu. Terus ...."
Nara belum sempat menyelesaikan perkataannya. Ia hampir saja terjengkang ke belakang saat pintu yang ia sandari terbuka tiba-tiba.
"Hiiiish, kaget tahu!" umpat Nara.
"Kita ke dokter sekarang," ajak Reinan.
Nara belum sempat menanggapi apa pun. Reinan sudah main mencekal pergelangan tangan Nara dan menyeretnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selebgram in Love
Romance[Repost] Narayana Pratiwi yang mendadak hidupnya seperti di negeri dongeng. Namun, tak selamanya hidup layaknya di dongeng itu indah. Reinan Wiryawan, laki-laki sedikit bicara yang tiba-tiba meminta asistennya---Narayana Pratiwi untuk menjadi istri...