"Rei."
Sapaan lembut itu terdengar menembus kesadaran Reinan yang terlelap dalam tidur. Perlahan Reinan membuka mata, mengerjap saat tangan seorang wanita mengusap pelan rambutnya.
"Nara?" gumam Reinan tak percaya. Ia berusaha memastikan pandangannya dengan berusaha bangkit dan menyentuh pipi Nara. Nara menghindar. Ia tersenyum, perlahan berjalan mundur dan menjauh darinya. Bayangan gadis yang menyerupai Nara itu menghilang di sebalik pintu.
Reinan mengembuskan napas kasar seraya berjalan mencarinya. Ini bukan di rumah. Namun, Reinan seperti mengenal semua ruangan yang ada di sini. Ia berjalan menuruni anak tangga. Ruangan lantai bawah gelap, tak ada seorang pun di sini, sunyi. Semua terasa mencekam dengan lantai yang terasa dingin menembus telapak kaki Reinan yang telanjang.
Prraaang...!
Reinan terkesiap. Ada sesuatu yang terjatuh bersamaan dengan suara desahan yang menggema di sebuah ruangan dengan pintu sedikit terbuka. Manusiakah? Perlahan Reinan mendekat, membuka pintu lebih lebar. Degup jantung Reinan tak terkendali, kepalanya serasa berputar. Ia sungguh muak dan mual.
"Hai, Sayang. Terima kasih untuk Nara. Dia milikku sekarang," ucap wanita berlipstik merah dengan dress senada. Wanita itu menyeringai, menatap sinis pada Reinan yang frustrasi dengan napas memburu, merunduk dan memegangi kepalanya yang terus berputar-putar.
"Rei, tolong aku, Rei," rintih Nara, ketakutan dalam pelukan wanita yang terus tertawa penuh kegilaan.
"Mama, please. Jangan Nara, Ma," gumam Reinan putus asa.
Keringat dingin membanjir di sekujur tubuh Reinan. Napasnya semakin tercekat seiring tawa wanita bergaun merah yang terus menggema di sela rintihan Nara yang ketakutan.
**
"Mama!" pekik Reinan.
Reinan terbangun dari tidurnya. Napasnya terengah saat ia tersadar dari mimpi buruk. Alarm dari ponsel sudah berdenting kesekian kali. Mungkin alarm itu yang menyadarkan Reinan. Reinan melempar selimut tebal ke samping, menurunkan kaki dari ranjang seraya meremas rambutnya yang berantakan.
Semalam ia kesulitan tidur dan baru bisa memejamkan mata setelah lewat pukul tiga pagi. Niat hati ingin meraih obat tidur, tapi beberapa hari yang lalu ia sudah mengonsumsinya beberapa kali. Ia tidak ingin ketergantungan lagi seperti beberapa bulan yang lalu.
**
Sudah kesekian kalinya Nara menguap. Semalam ia tak sanggup memejamkan mata. Pikirannya kacau dan terus teringat betapa terkejutnya ia saat Reinan memeluk pinggangnya. Betapa terkejutnya saat Reinan bilang 'maaf', dan betapa terkejutnya saat mereka ... berciuman meski hanya sepersekian detik.
"Astaga, aku bisa gila," gumam Nara sambil bersandar pada pintu pagar rumah majikannya.
Pagi ini sungguh membuat Nara gugup barang hanya mau memasuki rumah Reinan saja. Kemarin dari studio foto Sam, mereka langsung pulang dan keduanya sama sekali tak bersuara. Sampai di rumah, Reinan langsung masuk kamar, dan Nara bergegas pulang setelah pamit dengan Bi Lilis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selebgram in Love
Romance[Repost] Narayana Pratiwi yang mendadak hidupnya seperti di negeri dongeng. Namun, tak selamanya hidup layaknya di dongeng itu indah. Reinan Wiryawan, laki-laki sedikit bicara yang tiba-tiba meminta asistennya---Narayana Pratiwi untuk menjadi istri...