Tujuh Belas

4.8K 212 13
                                        

Embusan napas perlahan terhela melalui sela-sela bibir tipis Nara. Ia memasukkan kembali ponsel ke saku jumper-nya. Semakin pusing saat akun Instagram-nya bermunculan haters yang menuding dirinya sebagai orang ketiga di antara Reinan dan Mia. Diperparah dengan banyak DM dari para lelaki hidung belang yang bersedia membeli dirinya dan membantunya menjadi model terkenal.

Semurah itukah dirinya di mata orang-orang dan dunia hiburan? Apa yang salah jika seorang asisten menikahi tuannya? Apa sebegitu rendahnya? Nara bukan sedang ingin menjadi artis dadakan hanya karena menjadi istri seorang model. Sungguh, Nara menikahi Reinan karena berawal dari kekaguman terhadap senyum laki-laki berparas tegas itu. Senyum yang jarang terkembang, tapi sekali terkembang membuat jantung Nara berdegup lebih kencang.

Nara terperanjat saat ponselnya berdenting.

Reno: "Nara, bisa bantu endorse produk pakaian dari butik tanteku?"

Alis Nara berkerut. Sedikit ragu karena setahunya, Reno jarang meminta bantuan pada Nara. Tetapi, ini tawaran bagus. Semenjak terjerat gosip sebagai orang ketiga antara Reinan dan Mia, semakin jarang ia menerima endorsement.

Mata Nara berkeliling mencari Reinan. Ia memang sedang di tempat syuting, menemani Reinan. Reinan sedang bersama Mia dan sutradara. Nara menepuk bahu Fina yang sedang mengemasi perkakas make up-nya.

Fina menoleh, "Ya?"

"Aku ke studio foto Reno sebentar, ya? Nanti kalau Reinan sudah selesai kabari aku lewat chat," pamit Nara.

"Ada perlu apa ke studio Reno?" tanya Fina memastikan. Ia juga tidak mau kena semprot Reinan karena membiarkan Reinan kelimpungan tanpa Nara di sisinya. Fina paham Reinan teramat suka dengan kinerja Nara sebagai asistennya selama ini. Terlepas dari gosip itu, jujur saja Fina lebih suka Nara dibanding Mia.

"Endorse katanya. Lumayan bisa jadi duit," kekeh Nara.

Fina mengangguk. "Jangan lama-lama, aku bisa kewalahan mengurusi Reinan sendirian," keluh Fina.

Nara mengacungkan jempolnya seraya mengerlingkan sebelah mata. Ia bergegas berlari kecil keluar area syuting di Kota Tua Jakarta. Hari ini memang pengambilan adegan di mana Reinan dan Mia berkencan di Kota Tua. Andai saja Nara mengedepankan cemburu, sudah dari tadi ia ingin sekali memisahkan Mia yang terus menempel di lengan Reinan, meski itu hanya akting.

Sebelum keluar area syuting, Nara sempat memasang hodie jumper yang ia kenakan dan kacamata hitam. Lebih tepatnya ia sedang menghindari para penguntit dari kalangan wartawan yang sedang mengejar berita tentang Nara. Taksi yang dipesan Nara melalui online menghampiri Nara hanya dengan menunggu selama lima menit.


**

Nara turun dari taksi tepat di depan studio foto Reno. Studio Reno cukup terkenal di kalangan model. Yah, meski Nara lebih suka foto bidikan Sam dan Reinan dibanding Reno. Ini hanya karena masalah menang nama saja. Reno memiliki backing kenalan artis dan manager artis ketimbang Sam dan Reinan yang hanya sekadar menyalurkan bakat fotografinya semata.

Tulisan close terpampang di pintu kaca depan studio. Nara mengernyitkan kening. Tumben sekali hari ini studio Reno tampak sepi dan tutup. Biasanya Reno hanya tutup di hari Minggu saja. Pintu kaca terbuka saat Nara mendorongnya.

"Permisi," sapa Nara. Tak ada yang menyahut. Nara mengembuskan napas kesal sembari naik ke lantai atas. Barang kali Reno sedang sibuk di studio lantai dua.

"Hai," sapa Reno yang tiba-tiba muncul dari pintu ruang kerjanya di lantai dua.

Nara berjingkat terkejut. Ia mengelus dada demi meredam jantung yang hampir copot. "Ih, kaget, tahu!"

Selebgram in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang