Sembilan

8.6K 990 35
                                    

Kali ini Nara cukup bisa mengendalikan diri untuk tidak terbawa perasaan. Ia tampak sedang mengamati jalannya pemotretan yang akan dilalui Reinan. Bahkan Nara sesekali tersenyum saat sesekali ujung mata Reinan mencari keberadaan Nara. Tentu saja hal itu membuat Mia menunjukkan wajah tak suka. Ia mendecakkan lidah sebagai peringatan pada Nara untuk menghentikan caranya menatap Reinan. Lusi sebelum sampai ke studio foto sudah berpesan ini itu dan meminta Nara memaklumi demi karier Reinan. Apalagi yang harus dilakukan Nara kecuali pasrah dan tersenyum masam.

Suasana mendadak kacau saat sang designer-Mrs. Julian, terlihat kebingungan mencari model pengganti pasangan wanita untuk Reinan. Jauh hari Mrs. Julian sudah meminta bantuan keponakannya yang juga seorang model. Akan tetapi, mendadak ada kabar keponakannya tidak bisa datang karena saudaranya masuk rumah sakit.

Nara sekilas mengamati raut wajah Mrs. Julian yang cemas.

"Apa pemotretannya akan batal, Rei?" tanya Nara sembari membenarkan kerah pakaian Reinan yang belum terlipat rapi.

"Mungkin saja, atau ditunda sampai model yang bersangkutan kembali," terang Reinan. Ia sama mengamati Mrs. Julian yang sedang berunding dengan Lusi dan kru yang lain.

Entah bagaimana dan siapa yang memulai. Sebelah tangan kiri Reinan sudah melingkar di pinggang Nara, dan kedua tangan Nara masih bertengger di bahu Reinan. Keduanya tampak asyik mengamati keadaan. Hingga tatapan mereka bersirobok dengan Mrs. Julian yang tiba-tiba menoleh ke arah mereka.

Mata Mrs. Julian berbinar. Wanita berambut pirang sebahu itu meghampiri Reinan dan Nara yang masih kebingungan.

"Bagaimana bila kamu saja yang menggantikan keponakanku, Dear?" usulnya tiba-tiba.

Reinan menunduk menatap Nara. Sementara Nara masih melebarkan mata dengan kedua alis terangkat karena tak percaya.

"Tapi aku bukan model? Bagaimana aku bisa?" sangkal Nara ragu dengan kemampuannya.

"Kalian berdua serasi," ucap Mrs. Julian dengan kedua tangan mengepal di depan dada karena gemas bercampur senang menemukan jalan keluar.

Reinan dan Nara baru sadar kalau sedari tadi mereka saling berdempetan mesra. Mereka saling melepaskan diri. Nara bahkan sudah tertunduk malu dengan muka memerah.

Lusi dan Mia menghampiri. Mia mengerucutkan bibir karena kesal. Lusi segera meluruskan perkara dengan mengajukan Mia. Karena menurutnya, Mia lebih berpengalaman dalam dunia modeling. Jadi, fotografer tidak akan terlalu sulit mengarahkan Mia nantinya.

Mrs. Julian mengamati Mia dari ujung kepala hingga ujung kaki. Keningnya berkerut dan menggeleng. Mia yang semula menunjukkan senyum termanis berubah jadi masam.

"Tidak, Nyonya Lusi. Aku mau memakai Nara saja. Aku rasa pakaian rancanganku lebih cocok untuknnya. Maaf, Nyonya Lusi," tolak Mrs. Julian hati-hati.

Lusi sama berwajah masam dengan Mia. Terlebih saat Reinan meletakkan sebelah tangan di puncak kepala Nara. Mia semakin berubah masam dan melenguh tertahan.

"Bersiaplah, aku menunggumu." Reinan mendrong punggung Nara dan menyerahkannya pada Mrs. Julian.

"Oke, Dear. Mari ikut denganku ke ruang ganti dan make up," pungkas Mrs. Julian. Ia menuntun Nara bersamanya.

Nara sempat menoleh ragu ke arah Reinan. Senyum simpul Reinan cukup membuat Nara yakin untuk menerima tawaran Mrs. Julian. Siapa tahu ini bisa membawa keuntungan untuk awal karier Nara di dunia modeling.

**

Fotografer bersiap dengan kameranya. Nara sudah berdiri berhadapan dengan Reinan. Tangannya dingin, bahkan ia sudah berulang kali menggosok-gosok telapak tangan karena gelisah. Nara mengulum bibir sembari menatap Reinan tak percaya. Meski sebelumnya mereka berdua pernah berfoto bersama di studio Sam, tapi ini lain tempat dan lain cerita.

"Apa aku bisa?" tanya Nara cemas.

Reinan mengembuskan napas sebelum ia meraih tangan kanan Nara, mengalungkannya ke leher Reinan. Kemudian meraih tangan kiri Nara untuk ia letakkan di pinggang.

"Percayakan padaku. Cukup kamu ikuti apa yang aku mau dan lihat mataku," pinta Reinan setengah berbisik.

Saat itu, yang bisa Nara lakukan adalah menajamkan insting dalam memahami gestur tubuh Reinan. Nara berusaha mengikutinya, ketika Reinan mendekatkan wajah ia merapatkan tubuh mereka. Saling menatap satu sama lain, hingga Nara terlena dan lupa bahwa mereka sedang pemotretan.

Bahkan keduanya lupa dengan keadaan sekitar. Lupa ada Mia yang dengan kesal menghempaskan punggung ke sandaran sofa dengan kedua tangan terlipat di dada. Lupa dengan Lusi yang mulai memijit pangkal hidungnya karena pusing dengan apa yang akan diserbu awak media nanti.

Nara yang semula takut dan cemas tidak bisa berpose di depan kamera mulai merasa nyaman. Mereka sempat berganti kostum beberapa kali. Dan sesuatu yang mengejutkan terjadi di akhir pemotretan. Kejadian itu terjadi saat sang fotografer berkata bahwa mereka sudah cukup melakukan pengambilan gambar.

"Yang terakhir, jangan menghindar," lirih Reinan.

"Yang terakhir, jangan menghindar," lirih Reinan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nara masih berada pada posisi sebelumnya. Mereka duduk di sofa sambil mengangkat kaki dan saling memiringkan kepala untuk mendekatkan wajah. Nara membeku, jantungnya berdebar saat Reinan mendaratkan kecupan kecil dalam beberapa detik di pipinya.

**

(22-08-2017)

Vomment, please. ^^

Selebgram in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang