Chapter 7

868 75 14
                                    

Tarian ujung tinta pada selembar kertas sejenak terhenti, geratan jemari yang menyelimuti tubuh tinta tampak menegang. Tatapan yang semula terpusat pada hamparan untaian kalimat yang belum sempat dia selesaikan beralih ke arah puncak kepala yang menunduk dalam.

“Ulangi perkataanmu.”

Kepala yang tertunduk mengangguk patuh mendapat titah tegas tersebut.

“Kerajaan Joseon secara diam-diam menjalin hubungan kerjasama dengan Kerajaan Silla, Jeonha.”

Tinta yang tergenggam tergeletak di sisi lengan. Dia memejamkan mata.

“Baik, pergilah.”

“Ye, Jeonha. Saya mohon undur diri.”

Pengawal itu melangkah mundur masih dalam posisi menunduk, kemudian melenyapkan diri dari balik pintu geser ruangannya. Selang beberapa menit, pintu geser ruangannya kembali terkuak menampakkan seorang pria baya berbalutkan dangui berwarna giok hijau tua.

“Apa yang harus saya lakukan untuk anda, Jeonha?” tanyanya sopan sambil bersimpuh di hadapan Yunho.

Yunho menggulung kertas yang belum usai dia rampungkan untaian kalimatnya lalu dia singkirkan ke sisi tubuhnya. “Beritahukan kepada seluruh petinggi Kerajaan. Hari ini aku akan mengadakan sidang.”

“Baik, Jeonha. Saya pastikan informasi ini secepatnya tersebar di kalangan petinggi Kerajaan. Adakah hal lain, Jeonha?”

“Tidak. Pergilah.”

Ye, Jeonha. Saya mohon undur diri.”

Hela napas panjang mengiringi kepergian sang Kasim. Yunho menyandarkan punggung pada balutan kayu yang menjadi sekat antara ruangan dengan kamar.

“Apa yang kau lakukan Soo hyun Jeonha? Tidak tahukah bila kau mengambil keputusan yang salah. Hendak melawan Goguryeo dengan berlindung di bawah kekuasaan Silla.”

Kepalanya kemudian menggeleng beriringan dengan kekehan ringan yang mengandung beribu arti mengancam. Sorot baya yang terlihat mengabur tergilas usia terlintas berubah tajam, mengkelam dengan berbagai opsi di pikiran.

“Putra mahkota tidaklah selemah itu. Kau salah memilih lawan, Soo hyun Jeonha.” Kekehannya semakin melagu terdengar tajam juga meremehkan.

*Rose*

Kyuhyun mengerling menatap Yunho dalam sorot datar tidak terbaca. Gulungan kertas yang bermula bernaung di tangan kanan Yunho terulur ke arahnya membuat pandangannya merunduk, menatap gulungan tersebut.

“Belum tertulis secara lengkap dan kau berhak untuk melanjutkannya,” titah Yunho yang di respon dengan anggukan singkat.

Kyuhyun mengalihkan pandang, menatap hilir mudik para petinggi Kerajaan yang sibuk menyamankan tubuh di kursi masing-masing bersama kicauan berisik mereka. Sorot datar yang menyorot lurus tanpa sengaja membungkam bisikan para petinggi Kerajaan yang tampaknya begitu menikmati kegiatan mereka hingga nyaris melupakan keberadaan pemimpin mereka.

Belum sempat Yunho berdehem guna menyurutkan kebiasaan yang sudah melekat dasar di tabiat masing-masing Menterinya, dirinya telah di kejutkan oleh hening sunyi yang mendadak mencekam. Yunho menoleh kearah Kyuhyun kemudian mengangguk paham begitu telah mengetahui penyebab aura mencekam tersebut.

Seorang sekretaris Kerajaan yang berdiam diri di samping singgasana Yunho, melangkah setapak ke depan setelah mendapat intruksi singkat dari jemari Yunho.

Gulungan kertas yang tersemat di lengan, kini tergenggam di sepasang tangan bergerak ke depan nyaris menghalangi pandangannya.

“Baik, karena semua telah berkumpul di ruangan ini. Maka, sidang hari ini dapat kita mulai. Saya selaku pembuka sidang kali ini akan menyampaikan beberapa topik pembahasan yang akan kita sidangkan, yaitu mengenai hubungan baru yang tengah Kerajaan Joseon dan Kerajaan Silla gemakan.”

ROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang