Alvin pulang dalam keadaan mabuk, Lea sudah dapat memprediksikannya.
Ia menarik nafas panjang saat melihat cowok itu bersandar pada belakang sofa dan menyentuh sebelah kepalanya.
Lea benci saat cowok itu mabuk.
Dia... tidak sadar, setiap melakukan sesuatu.
"habis darimana lo?" tanya Lea.
Memang, dia tahu, Alvin yang mabuk tidak akan mungkin berbohong. Dia benar-benar butuh mengonfirmasi apa yang dilihatnya tadi.
"Gue di bar."
Lea masih menunggu jawaban.
"buat urusan kantor," lanjutnya.
Lea duduk di sebelahnya dan melepaskan jas yang mengganggu pergerakannya, lalu sepatu Alvin. Lea sudah terlalu sering melakukan ini, terlalu sering.
"Gue ketemu Devina."
Ya, Lea tahu.
Usai melepaskan jas dan sepatu Alvin, Lea ikut bersandar pada belakang sofa, memutar kembali memori yang ia lihat tadi. Itu sangat mengganggu.
"Kenapa lo nolak dia?"
Alvin menoleh ke Lea dengan heran. "maksud lo?"
"Tadi gue liat... Lo nolak Devina. Kenapa?"
"Kenapa?" Alvin tidak lagi bersandar pada sofa, malah menatap Lea dalam-dalam.
Lea menjawab, "bukannya lo masih cinta sama Devina?"
"Kalo gue balik sama Devina, lo gimana?"
Sudah Lea duga, ini perihal kehamilannya dan tentang Alvin yang mengasihaninya.
Sudah Lea duga....
"Lo boleh balik sama Devina, gue nggak berhak ngelarang," gumam Lea.
"Gue nggak bisa ninggalin lo, gue juga sayang sama lo."
Lea baru saja hendak bangkit dari duduknya, Alvin lebih dulu bersandar pada bahunya.
"Lo lebih butuh gue daripada dia, dan lo juga lebih ngerti gue dari dia. Jadi kenapa gue nggak boleh milih lo?"
Lea kehilangan kata-kata, lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Night
RomanceKarena satu malam yang tak terlupakan, mereka bisa sejauh ini.