"Hah? Gue? Suka sama lo?" Lea bertanya balik dengan nada lelucon. Dia berharap semoga saja semuanya masih terdengar natural. "Kapan?"
"Bukannya harusnya gue yang nanya?" tanya Alvin balik dengan dingin.
Lea mulai berkeringat dingin.
Jangan bilang ...
"Gue denger pembicaraan lo sama Leo. Leo bilang lo ..."
"Alvin," Lea segera memotong. "Kayaknya gue harus cerita sesuatu sama lo."
"Apaan?" tanya Alvin mencoba tenang.
Lea baru saja selesai mandi, itu artinya bau sabun beraroma manis itu memang berasal dari Lea. Aroma yang menguar keluar itu dapat tercium meski Lea dan Alvin berdiri dengan jarak.
"Memang benar, kata Leo, gue suka Alvin," aku Lea sambil menarik nafas. "Tapi bukan Alvin Dirgantara Jaya. Lo nggak kenal sama Alvin yang Leo maksud."
"Maksud lo..."
"Kalau lo ingat sms yang Leo kirim beberapa tahun yang lalu soal gue 'menduakan perasaan'nya, itu nggak salah," ucap Lea. "Gue emang gini..."
Lea melanjutkan lagi. "Udah dulu, gue mau bantuin Tante di butik."
Kala Lea berjalan menjauh dari Alvin, mata Alvin tak pernah bisa lepas darinya.
Entah mengapa Alvin sedikit kecewa mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Night
RomanceKarena satu malam yang tak terlupakan, mereka bisa sejauh ini.