Lea membatu di tempatnya ketika mendengar ucapan itu.
Apa? Devina hamil?
Ditatapnya Alvin dengan tatapan tidak percaya. Nyaris saja langkah besarnya membawanya pergi dari ruangan itu, tetapi Alvin buru-buru menahan tangan Lea.
"Ga mungkin," ucap Alvin.
"Beneran, Vin!"
"Terus kalo lo hamil, kok nyari gue?" tanya Alvin dengan nada dingin.
"I said it! Gue butuh lo!" seru Devina. Kali ini Lea juga bisa mendengar bahwa suaranya didominasi oleh tangisan.
"Gue nggak pernah ngapa-ngapain lo." Alvin memejamkan matanya. "Ya udah, karena kita udah nggak ada urusan lagi, lets end this properly."
"Vin, wait. Kamu nggak ngerti apa yang terjadi. Malam itu aku ... Agak mabuk dan aku nggak sengaja...."
Alvin diam selama beberapa saat, lalu bertanya lagi, "Kenapa lo ga telepon aja calon ayahnya dan minta pertanggungjawabannya aja?"
Devina terdengar menangis lagi. Alvin menghela napasnya.
"Udah ya, gue tutup dulu teleponnya."
Dan Alvin benar-benar melakukannya, menutup telepon.
"Kenapa lo begitu sama Devina?" tanya Lea.
"Kami udah berakhir, Lea," kata Alvin.
"Situasinya sama dengan gue, kan? Hamil." Lea mencoba tersenyum paksa, "Apa lagi tren ya, hamil sama cowok yang bukan pacarnya?"
Tiba-tiba Alvin memeluknya dari belakang. "Lea.... Gue udah pilih lo, jangan minta gue milih lagi."
Lea diam saja, tapi kali ini dia telah menangis.
"Jangan nangis..."
Alvin memang tidak pernah bisa melihat Lea menangis sejak dulu. Sampai sekarang pun juga begitu.
"Kenapa lo baik gini sih?" tanya Lea masih menangis.
"Karena gue sayang sama lo. Udah ih, jangan nangis lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Night
RomansaKarena satu malam yang tak terlupakan, mereka bisa sejauh ini.