Pagi lain yang memualkan.
Lea sudah mengarahkan wajahnya pada mangkuk wastafel, nyaris setengah jam. Sekarang kakinya juga keram dan punggungnya lelah untuk tegak kembali.
Dari cermin, Lea bisa melihat Alvin menatapnya cemas sambil mengelus punggungnya, berharap bahwa rasa sakit yang melandanya akan segera hilang.
"masih belum?" tanya Alvin khawatir.
"belum. Lo mandi aja dulu di WC kamar lo. Gue nyusul di bawah, nanti."
"Tapi lo masih..."
"Gue udah nggak apa. Lo mandi, sana."
Tanpa bisa Lea duga, tangan Alvin melingkari perutnya yang masih rata. Jantung Lea berdetak kencang saat pria itu mengelus pelan perutnya.
"Udah baikan?"
Terlalu gugup, Lea malah melupakan rasa mualnya dan mengangguk kaku.
"Lo mau makan apa? Sebelum fitting biar kita makan dulu."
"apa aja boleh," balas cewek itu cepat. Langsung ditepisnya tangan Alvin dari perutnya dan didorongnya lelaki itu keluar dari WC kamarnya. "lo tau kan kalo cewek siap-siapnya agak lama? Gue mandi dulu."
"oke."
Setelah menutup pintu, Lea menyandarkan badannya pada pintu.
Kemana Lea yang dulunya bisa mengontrol perasaannya?
Dia sudah hilang?
Padahal Alvin bukan sepenuhnya miliknya....
Lalu mengapa?
Mengapa Lea ingin menguasainya seorang diri? Apakah dia egois?
Terisak. Gadis itu menyalakan shower dan menyiram dirinya yang masih berbusana, menangis sepuasnya dan berharap saja kalau tidak akan ada yang bisa mendengar rintihan hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Night
RomanceKarena satu malam yang tak terlupakan, mereka bisa sejauh ini.