Hari ini Lea menemani mamih ke mall. Mamih senang sekali karena Lea belum pernah sekalipun menerima tawarannya untuk mengunjungi butik tersebut, karena mamihnya Alvin sudah berkali-kali memberikan kode, bahwa butik tersebut kelak akan diurus oleh calon menantunya.
Dan ngomong-ngomong, mamih terus menerus mengobrol ria dengan Lea yang hanya tersenyum mendengarkan.
"Oh ya, Lea. Kamu di sini dulu, ya. Mamih mau ketemu temen-temen mamih dulu."
"Engga perlu Lea temani?" tawar Lea.
"Engga usah, ah. Mereka pasti bakalan bujuk kamu biar mau dicomblangin sama putra mereka yang ganteng-ganteng. Kan kamu udah punya Alvin."
Lea hanya tertawa ringan. Sebenarnya, siapapun cowok itu, Lea tidak akan memilih mereka selama Alvin berada di opsi. Bagaimanapun juga, Lea sangat mencintai sahabat dekatnya itu.
"Lea mau ke toko baju? Supermarket? Salon atau kemana gitu? Biar mamih telepon Alvin."
Lea buru-buru menggeleng cepat. "Nggak usah, Mih, Alvinnya sibuk banget dari kemarin."
"kalau gitu, Lea tunggu di butik mami sebentar, ya. Nanti mami balik. Oke?"
Lea mengiyakan dengan senyuman tipis.
Dalam perjalanan kembali ke butik, Lea berkali-kali menoleh ke arah stand yang menjual es krim.
Menggiurkan sekali.
Tanpa berpikir panjang, diapun mengantre di belakang anak-anak dengan sabar.
"Lea?"
Suara yang tidak mau Lea dengarkan, tiba-tiba saja terdengar.
Setengah mendesis, Lea berbalik ke belakang. "Leo," gumamnya.
Leo, cowok itu, salah satu mantan sialan Lea di masa SMA. Satu-satunya cowok yang tahu soal perasaan Lea terhadap Alvin.
Cowok yang menggunakan kesempatan untuk memacari Lea.
"Kayaknya kita jodoh, deh," ucap Leo sambil tersenyum tipis.
Lea memilih tak menjawab.
Ia teringat kembali dengan keadaan dimana tiba-tiba saja kantin sekolah penuh dengan siswa-siswi yang membawa bunga mawar, dan memberikannya pada Lea.
Leo, yang berada di lapangan basket langsung bersuara dengan mikrofon.
"Lea, I love you. Will you be mine?"
Lea saat itu tak punya pilihan lain selain menerimanya. Itu karena Alvin dan Devina--yang saat itu sudah berpacaran--ikut menyaksikan. Juga, karena Leo mengancamnya beberapa hari sebelumnya, untuk membocorkan rahasia Lea.
Selama berpacaran dengan Leo, tidak ada hal yang berkesan, setidaknya bagi Lea. Leo terus mengajaknya ngedate dan Lea yang terus menolak.
Alvin juga ... Saat itu menyarankan pada Lea agar tidak pergi berduaan dengan Leo, karena Leo terkenal sebagai playboy di sekolah.
"Ikut aku."
Tanpa seizin Lea, Leo menarik pergi tangannya.
Perasaan Lea mulai tidak enak saat melihat kemana Leo akan membawanya.
Gudang, dengan tulisan 'rusak'.
Tangan kiri Lea langsung buru-buru masuk ke dalam saku, di teleponnya Alvin yang nomornya langsung terhubung dengan Alvin jika ia menekan salah satu angka selama mungkin.
"Aku kangen denganmu, lho, Lea..."
"Brengsek," umpat Lea. "Lo jangan macam-macam!"
"Lea, kamu membuatku gila merindukanmu. Aku benar-benar merindukanmu."
"Lepasin gue atau gue bakal teriak?!"
"Percuma, sayang. Tidak akan ada yang bisa mendengarkanmu. Di sini sangat jauh dari orang-orang."
Lea memalingkan wajah, menatap ke luar pintu yang masih setengah terbuka.
"Kamu masih cantik, as always...."
Leo mengelus pipi mulus Lea, namun ditepisnya tangan Leo dengan kasar.
"Jangan berani macam-macam. Lo bisa pegang kata-kata gue."
Mereka terdiam cukup lama. Sangat lama sampai-sampai Lea sudah memikirkan cara untuk melarikan diri.
"Lea, aku nggak tau kenapa kamu mutusin buat putus tiba-tiba." Leo memulai dramanya setelah berhasil memojokkan Lea ke sudut. "Aku kangen kamu."
Alvin mendengarkan, Alvin mendengarkan. Lea tidak boleh berbicara seenaknya.
"Gue udah nggak suka sama lo."
Tiba-tiba saja tatapan Leo berubah tajam. "Sudah nggak suka aku, atau memang tidak bisa suka aku?"
Lea terbungkam.
Tangannya segera meraba kembali sakunya untuk menutup telepon.
"aku tau kamu masih belum bisa lupain Alvin." Leo mencengkram tangan Lea erat-erat. "Aku tau kamu masih suka sama Alvin!"
"LEO, DIAM!" jerit Lea tak tertahankan. Semoga saja ia berhasil menutup teleponnya.
Atau.... Semoga saja Alvin tidak pernah mengangkat telepon.
Tidak, tidak....
Kalau sampai Alvin mendengarkan, semua hal yang dirahasiakan olehnya akan berakhir sia-sia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Night
RomanceKarena satu malam yang tak terlupakan, mereka bisa sejauh ini.