Gibran melajukan mobil dengan kecepatan lumayan tinggi, kekasihnya baru saja menghubungi dengan nada membentak dan suara sesunggukan, berkata sudah dilecehkan dan kulitnya yang mulus sudah tergores pisau dan matanya sakit karena terlalu lama menatap laptop. Gibran tidak tahu bagaimana bisa kekasihnya berakhir di apartemennya dan harus berhadapan dengan kedua adiknya. Lelaki itu baru saja mengira-ngira apa yang akan terjadi jika ia mencoba untuk mengenalkan kekasihnya kepada orang rumah tetapi hal ini terjadi lebih dulu.
Gibran tidak pernah tahu apa yang dilakukan oleh adik keduanya itu. Satu akan datang tiba-tiba lalu membawa lari kartu kredit miliknya bersama kekasihnya-yang bahkan baru menjalin hubungan selama seminggu- dan pergi berbelanja bersama. Lalu setelahnya adik kecilnya akan mengajak kekasihnya ke supermarket dan membeli es krim dan coklat-makanan yang dihindari oleh para mantan Gibran yang terobsesi dengan diet ketat-dan menghabiskan sekotak walls oreo dalam waktu singkat sambil menonton drama Korea berjumlah enam belas episode yang memakan waktu seharian.
Ayu mendapat tugas untuk mengetes seberapa besarkah presentase calon istri Gibran yang akan membuat aliran kas tidak balance di perusahaan orang tua mereka karena uang Gibran habis untuk membeli barang - barang mewah. Ayu selalu berkata "Bang, cantik itu tidak sulit tapi mahal. Kalau yang abang lihat cuma kemulusan kulit dan keseksian belaka maka dengan hak veto pemegang saham terbesar aku akan mencabut abang dari jabatan CEO. Orang seperti abang dengan istri yang hobi menghamburkan uang? Nope. Aku suka mencaci orang yang KKN. So, dimana harus kuletakkan wajah cantikku ini jika keluargaku sendiri ternyata melakukannya!?"
Sedangkan Dinda mendapat tugas untuk mengecek seberapa sabarkah calon yang dikenalkan Gibran terhadap pekerjaan kakak laki-lakinya itu. Apakah kekasih Gibran akan menyambutnya pulang walau jarum jam sudah menunjukkan tengah malam, atau seberapa pedulikah calon Gibran terhadap kesehatan dan juga seberapa sabar kah calon Gibran dengan kesibukan pekerjaannya yang menyita sebagian besar waktu dan tenaga. Dinda juga mengajarkan calon kekasih sang kakak untuk menghadapi Gibran yang terkadang menjadi sangat tidak rasional dan menyebalkan jika sedang kelelahan dan workaholic.
"Ada apa?" Tanya Gibran bingung, saat ini ia tengah berada di apartemen miliknya, Ayu tengah melirik Syakira, kekasih Gibran yang tengah menata piring diatas meja makan dengan wajah sembab sehabis menangis "Nggak papa Bang, darimana? kok tiba-tiba muncul." Ayu memasukkan rendang kedalam piring dan melepas apron.
"Eh- gue mau ambil berkas, Kok Kia disini sih, Sapi?" Gibran mengekori adiknya dan kekasihnya yang sudah duduk disalah satu kursi "Duduk sini Mas." Syakira menepuk kursi disebelahnya, raut wajah gadis itu sudah seperti ingin menangis keras.
Gibran tersenyum dan berniat berjalan kesebelah kekasihnya sebelum tiba-tiba adik kecilnya sudah duduk disana dengan tidak bersalah. Gibran menggeleng - gelengkan kepala, dasar adik kecilnya yang aneh. Lalu berjalan menuju kursi yang berhadapan dengan kekasihnya "Woah rendang cuy, kan enak begini. Eh mbak Kia, aku cobain tumis kangkung buatan Mbak tadi dong." Dinda bersuara sambil menyedok nasi kedalam piringnya "Gosong Din." Wajah Syakira berubah.
"Sakit ya?" Gibran melirik tangan kanan kekasihnya yang memerah karna terciprat minyak. Syakira menatap tangannya dengan tatapan sedih "Nggak papa Mas." Gadis itu mengusap lukanya setengah meringis "Udah dikasih minyak bud-bud kok"
"Mbak, kalau sudah menikah nanti mau sewa pembantu? Terus kalo pembantunya selingkuh sama mas Gib gimana? Kan mbak kerja juga" Dinda kembali bersuara dengan nada setengah jengkel "Nggak usahlah cari asisten rumah tangga mbak... lebih baik masak. Yah nugget, sosis, ayam goreng nggak apalah." tambah Dinda sambil nyengir.
Gibran dan Ayu berdecap kesal "Terus lima tahun lagi kanker" sembur Ayu pada keduanya. "Mbak, kalau sudah sering kena minyak nanti nggak kerasa sendiri. Kan kalau sudah menikah enak, perawatan nggak perlu mahal-" Gibran hampir saja menyemburkan air putih di mulutnya mendengar kata - kata adiknya.
Mungkin bagi si Sapi, hal itu hanyalah fakta yang dibacanya di majalah Cosmopolitan dan berpikir itu adalah pengetahuan. Adiknya satu ini sangat open minded dan mampu memetik ilmu dan manfaat dari apapun yang dilihatnya, dan tentu saja... efek tiga tahun lebih tinggal di Amerika. Tapi untuk perempuan seperti kekasihnya yang hanyalah wanita timur yang normal, apa yang akan dilanjutkan si Sapi akan sangat mengejutkan.
"-Maskernya nggak perlu jauh - jauh dan mahal mbak. Semen lebih efektif membuat kulit awet muda."
Ah, adiknya menghaluskan sedikit kata - katanya. Gibran menghembuskan nafas lega mendengarnya. Tapi Syakira nampaknya salah mengartikan kata - kata adiknya barusan.
"Semen?" Pekik kekasihnya tidak percaya. Gibran menahan tawa sementara Ayu sudah memutar kedua bola matanya dan Dinda hanya memandangi ingin tahu "Bang Gib, besok cari pacar yang punya isi otak ya"
Tiga hari kemudian Gibran kembali diputuskan oleh kekasihnya.
happy reading
All of the Sudden sedang revisi yaaa jangan bingung kalo tiba-tiba mas Gibran menghilang dari library kalian.
Aku akan berusaha memperbaiki kekurangan cerita ini supaya lebih baik dari sebelumnya. Jangan lupa peran kalian diperlukan :)
xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
All of the Sudden📌
ChickLitIni adalah cerita tentang kenangan dan kehilangan. -Sebagian cerita telah diunpublish untuk kepentingan hak cipta, silahkan hubungi secara pribadi untuk lebih lanjut-