"Kamu ngapain disini?" Nisa reflek bertanya, lelaki yang memegang payung itu sedikit menunduk supaya Nisa tidak semakin basah. Ekspresi wajahnya yang datar masih tetap sama "Mengunjungi makan teman lama. Saya dengar kamu dan Gibran sudah bertemu." Ia baru mendengar kabar ini beberapa hari yang lalu, padahal pertemuan mereka sudah hampir dua bulan yang lewat.
Nisa mengangguk "Kami bertemu karena dia dan kekasihnya datang ke kafe milikku." Jawab Nisa seadanya, ia tidak mau menambah argumen seperti mereka yang saling bertukar kenangan walau didepan kekasih Gibran "Ngomong-ngomong kamu tidak terlihat terkejut denganku, bukankah kita juga tidak pernah bertemu sebelum ini?" Nisa sedikit bingung dengan reaksi laki-laki yang masih memayunginya ini. Walaupun ia mendengar kabar soal pertemuannya dan Gibran, tapi Nisa tidak pernah bertemu dengannya lagi semenjak perpisahan sekolah.
"Aidan?"
Laki-laki itu tersenyum kecil, memberikan satu payung miliknya kepada Nisa lalu kembali berdiri tegak. Nisa bisa melihat perbedaan tinggi mereka yang cukup jauh "Saya pernah melihat kamu di supermarket beberapa waktu yang lalu." Aidan sekilas melihat Nisa saat ia dan Dinda pergi berbelanja bulanan beberapa waktu yang lalu. Walau hanya sebentar, Aidan yakin itu Annisa yang sama "walaupun sekarang kamu mengenakan jilbab, semua orang akan langsung mengenalimu dalam beberapa detik." Entah itu adalah sebuah pujian atau tidak.
"Hubungan Gibran dan Amanda sudah berakhir beberapa hari lalu." Aidan hanya ingin memberitahu Nisa soal ini, gadis itu mengangguk pelan "Oh begitu." Gumamnya pelan.
Aidan berpamitan untuk pulang karena isterinya menunggu dirumah "Jangan lupa basuh kepalamu setelah sampai rumah." Kalimat itu lebih kepada sebuah perintah "Terima kasih Aidan." Nisa menatap kepergian Aidan hingga lelaki itu hilang dari pandangannya.
***
"Nisa?"
Nisa yang tengah sibuk mendorong troli dan menatap tumpukan kaleng sarden menoleh, Gibran tengah berjalan kearahnya dengan sebuah troli berukuran besar yang berisi banyak bahan pangan "Hai Ran." Sapa Nisa sekenanya, bertemu dengan Gibran secara pribadi tanpa ditemani siapapun terasa asing baginya, lagipula sebelum pertemuan di kafe waktu itu mereka tidak pernah berpapasan di manapun tetapi lihat sekarang "Sendirian?" Gibran melirik keseluruh arah, mencari keberadaan seseorang yang kemungkinan menemani Nisa.
Nisa mengangguk "Kamu.......belanja?" Oke ini memang sedikit aneh tapi Nisa tidak pernah membayangkan orang-orang seperti Gibran, Aidan maupun Reza berkeliaran di supermarket dengan troli penuh bahan dapur. Rasanya tidak cocok "Oh ini, Mama memintaku untuk membeli beberapa bahan kue yang kurang." Gibran menarik kata-kata kesalnya tadi ketika Rossalia memaksanya bangun di pagi hari untuk belanja ke supermarket karena ia bisa bertemu Nisa disini, sendirian pula "Ah...begitu."
Sunyi.
Keduanya mendorong troli belanjaan masing-masing, Nisa sebenarnya ingin segera pergi ke kasir supaya bisa segera menghilang dari tempat ini tetapi ia bahkan belum menemukan bahan-bahan yang diperlukannya. Alasannya klise, berjalan bersisian bersama Gibran seperti ini membuatnya malu sendiri "Kamu sudah selesai Nis?" Nisa menoleh, "Eh..belum kalo kamu mau duluan nggak papa, Ran." Nisa harap Gibran memang berniat membayar lebih dulu supaya mereka tidak perlu terlihat bersama seperti sekarang "Tunggu disini sebentar." Tapi sekarang lelaki itu menyuruhnya untuk menunggu sedangkan ia berlari kearah kasir lalu membayar belanjaannya. Nisa tidak tahu apa yang dilakukan Gibran tapi lima menit kemudian seseorang datang dan mengambil alih belanjaannya.
Nisa semakin bingung "Kamu sedang apa?" Tanyanya kebingungan karena sekarang Gibran malah mengambil alih troli milik Nisa dan mendorongnya. Mereka persis seperti pasangan suami istri yang baru menikah "Kenapa kamu malah dorong troli aku sih?" Nisa menyusul Gibran yang sudah berjalan lebih dulu dengan cepat."Kamu butuh apa lagi?" Gibran mengalihkan pembicaraan dengan santai, lelaki itu memperhatikan rak berisi mie instan dihadapan mereka lalu dengan tidak bersalahnya memasukkan beberapa bungkus mie instan kedalam keranjang Nisa seolah troli tersebut miliknya "Ya allah! Kenapa masukin mie instan sebanyak itu Bim!"
KAMU SEDANG MEMBACA
All of the Sudden📌
ChickLitIni adalah cerita tentang kenangan dan kehilangan. -Sebagian cerita telah diunpublish untuk kepentingan hak cipta, silahkan hubungi secara pribadi untuk lebih lanjut-