Nisa menunggu Gibran membereskan barang-barangnya. Setelah menyelesaikan seluruh masakan Nisa dengan lahap, Gibran mengatakan dia akan segera kembali ke apartemen dan tidur. Nisa sengaja menunggu untuk benar-benar memastikan Gibran menepati ucapannya sendiri. "Aku akan mengantar kamu, aku bawa mobil sendiri." Nisa menunjukkan kunci mobilnya pada Gibran saat laki-laki itu akan menelepon supirnya untuk mengantar Nisa pulang ke kafe "Tidak apa-apa?" Tanya Gibran lagi, walau dalam keadaan sedikit lemas dan mengantuk, Gibran tidak mau merepotkan Nisa lebih dari ini.
"That's okay, let me drive you back."
Gibran tidak menyangka akan duduk di kursi penumpang mobil Nisa adalah salah satu bentuk kemajuan hubungan mereka. Gibran merasa nyaman apalagi mobil ini di penuhi dengan parfum Nisa yang membuatnya merasa lebih dekat. "Kamu tidur saja, nanti setelah sampai akan aku bangunkan." Setelah menyetel gps dengan benar, Nisa melirik Gibran yang baru saja menyetel kursi penumpang agar lebih nyaman baginya. Maklum saja, dengan tubuh Gibran yang menjulang dan ehm kekar, setelan kursi mobilnya pasti membuat laki-laki itu pegal. Gibran bahkan tidak bisa meluruskan kaki karena jarak dari kursi dan dasbor cukup dekat. "Selain aku, siapa yang pernah duduk disini?"
"Beberapa hari yang lalu aku pergi belanja dengan Gilang."
Berbelanja bahan dapur bersama Gilang adalah pilihan yang sangat tepat. Walau head chef dapur mereka adalah Reihan, Nisa lebih nyaman bepergian dengan Gilang karena laki-laki itu bisa diajak diskusi. Reihan itu walau umurnya beberapa tahun diatas Nisa, dia cukup sulit untuk diajak berdiskusi apalagi jika berbelanja. Mereka berbelanja bahan-bahan pastry yang sebagian besar ada di toko bahan kue langganan dan juga beberapa bahan dapur yang sudah mulai habis. Nisa terbiasa memesan sayuran, ikan dan ayam segar langsung dari penyetok pasar yang biasanya akan mengantarkan langsung sampai ke kafe. Mereka hanya pergi ke supermarket maupun toko bahan kue untuk membeli bahan-bahan kering.
"Gilang......aku pernah dengar namanya, ah...dia barista di kafe kamu bukan?" Gibran mencoba mengingat-ingat dimana ia mendengar nama itu sebelumnya "Iya, dia barista andalan kafe kami." Jawab Nisa dengan bangga. Keberadaan Gilang juga salah satu alasan di balik terkenalnya kafe mereka. Transit Number Five beberapa kali diliput oleh wartawan program kuliner, masuk sebagai jajaran kafe terbaik satu sumatera dan yang paling membanggakan adalah Gilang yang memegang predikat Barista terbaik lewat kompetisi latte art dan brewing competition yang beberapa kali diadakan oleh PT kopi AAA Jambi.
"Ngomong-ngomong kafe kamu ternyata terkenal ya, aku pernah mendengar Dinda bicara soal Transit Number Five tapi aku tidak tahu ternyata itu punya kamu."
Jika dipikir-pikir kembali, Gibran memang merasa aneh dengan pertemuannya dan Nisa pertama kali. Padahal kafe Nisa sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu tapi tidak pernah sekalipun Gibran mampir disana. Dengan status kafe yang cukup terkenal dan letaknya yang strategis, Gibran tidak habis pikir kenapa ia tidak pernah berpikir untuk mampir sebelum Manda yang memaksa. Saat itu jika saja Manda tidak merengek untuk mencicip dessert box khusus Transit Number Five yang terkenal di instagram, Gibran tidak akan mengendarai mobil kesana.
Pertemuan mereka sangat-sangat tidak terduga.
"Dinda beberapa kali mampir disana, apa kamu pernah melihatnya?" Dinda memang pernah mengatakan ia menemukan kafe yang aesthetic dengan dessert lezat serta minuman enak. Dinda cukup sering mampir bersama teman-teman kuliahnya untuk mengerjakan tugas karena jaringan internet yang lancar. "Aku...tidak tahu bagaimana wajah Dinda jadi aku tidak yakin soal itu." Jangan salahkan Nisa. Dulu saat ia dan Gibran menjalin hubungan, laki-laki itu belum sampai mengenalkannya pada keluarga karena itu Nisa tidak tahu bagaimana rupa adik-adik Gibran itu "Kamu mau berkenalan dengan mereka?" Tanya Gibran antusias, tak tahu kenapa ia menangkap sinyal bahwa Nisa seperti bicara bahwa ia tertarik untuk mengenal lebih dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
All of the Sudden📌
ChickLitIni adalah cerita tentang kenangan dan kehilangan. -Sebagian cerita telah diunpublish untuk kepentingan hak cipta, silahkan hubungi secara pribadi untuk lebih lanjut-