Gibran mengendarai mobilnya dengan santai. Bibirnya tidak berhenti tersenyum sejak meninggalkan halaman rumah Nisa tadi. Walau bukan candle light dinner seperti keinginan Gibran, berada di rumah Nisa dan menyantap makan malam bersama saja sudah bisa membuat jantung Gibran melaju dengan cepat. Kehangatan dan perhatian kecil Nisa, tiap aksi kecil maupun perubahan ekspresi -ya Gibran sebucin itu kepada- Nisa sangat menarik untuk dilihat. Gibran tidak sabar untuk menantikan momen-momen kebersamaan mereka lagi kedepannya. Gibran ingin melihat lebih banyak senyuman Nisa, tawa gadis itu, dan ledakan petasan bersamaan dengan detak jantungnya tiap kali mereka saling bertukar pandangan.
Karena suasana hati yang sedang bahagia, Gibran memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya alih-alih pulang ke apartemen yang sepi. Gibran tidak ingin merasakan kesepian di tengah-tengah baik moodnya sekarang. "Assalamualaikum Mama! Abang pulang!" Laki-laki itu sudah berteriak sesaat setelah menutup pintu mobil yang diparkir dalam carport. Land Cruiser hitam yang familier sudah terparkir lebih dulu, sepertinya Dinda dan Aidan sedang berkunjung ke rumah orang tua nya juga. "Waalaikumsalam, berisik banget sih mas!" Dinda membuka pintu depan dengan gerutuan khasnya.
Dinda berkacak pinggang sambil menatap sang kakak dengan jengah. Gibran melangkah masuk sambil merangkul Dinda "Emang nggak kangen mas?" Tanya Gibran jahil, Dinda tidak menjawab namun tangannya melingkar erat di sepanjang pinggang Gibran "Mas Ran jahat." Ucap Dinda pelan. Gibran terkekeh sambil berjalan menuju ruang tengah dimana semua orang sedang berkumpul. Sang Ibu sedang mengobrol bersama Aidan sambil menonton tayangan televisi yang menampilkan siaran memasak tetapi Gibran tidak melihat keberadaan sang papa. "Papa mana, ma?" Gibran menyampirkan jas nya di sofa lalu duduk di single sofa disaat Dinda berjalan menuju dapur "Papa mu lagi keluar beli martabak, tumben banget pulangnya semalam ini bang?" Rossalia menyambut si sulung yang bergerak mencium tangannya.
"Oh...Abang habis ehm lembur." Jawab Gibran sambil tersenyum, ia tidak bisa menahan senyum ketika bayangan wajah kekasinya tiba-tiba muncul. "Sekretararis lu malah telepon gue karena lu tiba-tiba ngilang." Aidan menyipitkan mata curiga, tidak biasanya Gibran berbohong.
Rossalia menoleh pada si sulung "Lembur?" Ucapnya mengulang, mencoba mempertanyakan kebohongan Gibran yang sudah cukup jelas "Ehm.... sebentar ma. Lu ikut gue sini!" Gibran tiba-tiba menarik adik iparnya dari sana dan mereka berjalan cepat naik ke lantai atas. Gibran mengunci pintu kamarnya setelah Aidan mengikutinya tanpa protes "Lu memangnya habis darimana Gib? Jujur aja sama mama, ngapain bohong-bohong segala." Aidan duduk di single sofa tempat biasa Gibran bersantai sambil membaca buku.
"Gue ke rumah Nisa, lu pikir gue bisa langsung bilang ke mama kayak gitu?!"
Aidan tersenyum miring, sepertinya mengerjai iparnya cukup menyenangkan. "Lu takut ketahuan Dinda?" Tanyanya skak dan Gibran tidak bisa lagi menghindar "Dan, gue sama Nisa baru aja balikan. Lu bisa tahu kan gimana reaksi Dinda ketika dia tahu gue baru saja pulang dari rumah pacar baru?" Gibran bergidik ngeri dan Aidan tertawa keras "Lu....beneran kayak bocah! Sadar umur woy." Ejek Aidan geli lalu ia berjalan keluar dari kamar Gibran.
Sebelum Aidan benar-benar menutup pintu kamar Gibran, laki-laki itu berhenti sambil memegang kenop pintu "Jangan lupa, masih ada Saphere!" Aidan kabur setelah Gibran bergerak melemparnya dengan bantal "Sialan lu!" Maki Gibran kesal.
Semua orang sedang menyantap martabak manis yang dibawa oleh Haris ketika Gibran turun ke ruang keluarga setelah membersihkan diri dan berganti dengan pakaian tidurnya. Gibran bergabung lalu mengambil posisi di antara kedua orang tuanya. "Papa beli martabak muslim depan upnormal ya?" Gibran mengambil sepotong martabak manis isi cokelat kacang lalu mengunyahnya. "Iya, mama mu lagi pengin makan martabak muslim katanya." Jawab Haris. Laki-laki itu sedang menukar siaran televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
All of the Sudden📌
ChickLitIni adalah cerita tentang kenangan dan kehilangan. -Sebagian cerita telah diunpublish untuk kepentingan hak cipta, silahkan hubungi secara pribadi untuk lebih lanjut-