Downpour (3)

2.8K 298 1
                                    

"Manda tidur?" Tanya Gibran saat Nisa menutup pintu kamar Manda dengan perlahan, perempuan itu menarik hijabnya yang tadi sempat dilepas "Dia baru tidur, tubuhnya lemas sekali."

Arissa, adik Manda mendekati Nisa dengan cemas "Makasih banyak, Mbak." gadis itu mencium tangan Nisa sopan. "Sama-sama, kamu jaga mbakmu ya." Nisa mengelus rambut Arissa pelan. Nisa hanya ingin membagikan pengalaman yang telah ia lalui kepada Manda karena Nisa sudah belajar caranya bangkit sendirian. Nisa tidak punya keluarga lagi setelah kedua orang tuanya meninggal, ia sendirian.

Semua orang memilih untuk turun disaat Arissa duduk dan menemani sang kakak di kamar. Nisa berjalan pelan di belakang Gibran yang berjalan mendahului. Nisa berbelok ke pintu depan saat Gibran duduk mendekati keluarga Manda yang lain dan duduk lebih dekat dengan jenazah.

Satu jam kemudian Nisa berdiri saat orang-orang mulai menggemakan takbir bersamaan dengan ayah Manda yang ikut mengangkat keranda sang isteri diikuti suara isak tangis yang kembali terdengar. Nisa bisa melihat Manda yang sudah bangun dari tidurnya dan berjalan pelan bersama Gibran yang memegangnya erat, Arissa berdiri di belakang mereka dan mengusap air matanya dengan sapu tangan dengan kondisi mata yang sudah bengkak.

Rasa sesak yang sama.

Rasa sedih yang sama.

Rasa kehilangan yang tidak sama.

"Mbak-Nisa kan?" Seseorang menghentikan Nisa ketika ia bergerak untuk melangkah pergi dari rumah duka dan pulang kerumah. Nisa tidak bisa mengikuti rombongan hingga ke pemakaman karena tidak kuat. Ia harus pulang atau dia akan kehilangan dirinya lagi.

"Ya?" Nisa ingat siapa lelaki jangkung di hadapannya ini, Kalau tidak salah ia adalah keponakan Manda yang baru duduk di bangku sma "Mbak nggak ikut ke pemakaman Tante?" tanyanya polos.

Nisa menggeleng "Saya ada janji dengan seseorang, titip salam pada Manda ya." setelah mengatakannya Nisa benar-benar berjalan meninggalkan rumah tersebut dan bergerak mencari taksi untuk segera pulang kerumah dan beristirahat.

Prosesi pemakaman berjalan dengan khidmat, Gibran bersyukur Manda tidak berteriak histeris seperti tadi dan memilih untuk duduk dan membacakan Yasin walau air matanya tidak bisa dibendung. Arissa sudah pulang sejak rombongan bubar untuk mengurus rumah mereka, Gibran masih tetap berada disamping Manda dan menenangkan perempuan itu.

Langit sudah mulai gelap dan awan mulai menghitam "Manda, hari sudah menggelap, kamu pulang dan istirahat lalu besok kembali lagi." Gibran berusaha membujuk Manda walaupun ia tau perempuan itu tidak akan menurut dengan mudah. "Kamu pulang sendiri saja, aku masih mau disini." Manda melepas tangan Gibran yang meraih bahunya.

"kalau kamu sakit bagaimana mungkin kamu bisa kembali lagi kesini besok? Ayo pulang dan istirahat, saya akan menemani kamu lagi kesini besok." Gibran harap bujukannya yang terakhir ini akan dituruti "Saya janji, oke?" Selain itu Gibran juga harus menemui Nisa, kekasihnya tidak mengikuti rombongan hingga ke pemakaman dan memilih untuk menunggu di rumah duka.

Alasan utama nya tetap Gibran harus mendengar penjelasan Nisa soal kata-kata yang ia berikan pada Manda sehingga gadis itu berhasil mengendalikan diri setelah mendengar semua nasihat kekasihnya. Gibran juga harus bertanya soal suasana hati Nisa yang sangat sedih hari ini. Bahkan pakaian yang digunakan Nisa hari ini sangat mencurigakan, Gibran hapal kebiasaan kekasihnya yang lebih suka memakai pakaian berwarna cerah.

Gibran sudah menahan segala macam pertanyaannya sejak tadi, tentang bagaimana ia bisa menenangkan Manda sebegitu mudahnya, bagaimana ia bisa setenang itu pada kejadian duka seperti ini, juga tentang mengapa ia tidak ingin menginjakkan kaki didalam rumah duka dan duduk mendekati Almarhumah untuk mengirim do'a untuknya.

All of the Sudden📌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang