"Makasih banyak ya, kapan-kapan mampir lagi!"
Nisa melambaikan tangan kepada Gibran dan Manda yang meninggalkan kafe setelah menghabiskan waktu cukup lama berbincang. Walau Gibran berusaha untuk tetap mengobrol kepadanya, Nisa sadar kalau lelaki itu tetap memperhatikan kekasihnya tanpa banyak suara. Manda memang tidak terlalu se-berani mantan Gibran saat sekolah dulu tetapi perempuan itu jelas ingin mempertegas posisinya kepada Nisa. Lagipula Gibran tidak menjelaskan lebih lanjut tentang hubungannya dan Nisa dan beralih menceritakan hal-hal lain.
"Kamu sama Nisa nggak pernah ketemu selama bertahun-tahun belakangan ya?" Manda memancing pembicaraan lagi. Ia harus mengetahui hari ini juga atau jam tidurnya akan dikorbankan untuk berjaga semalaman "Sepuluh tahun kalau tidak salah. Padahal Jambi tidak sebesar itu tapi kami tidak pernah berpapasan satu sama lain." Manda menyipitkan mata reflek saat Gibran menjawab dengan nada suara tenang sambil tetap fokus menyetir.
Manda mengangguk "Nisa cantik sekali ya, wajahnya sangat pas dibalut dengan jilbab berwarna cerah seperti tadi." Ia tidak bohong. Nisa memang sangat cantik. Wajahnya berseri-seri dengan kulit putih cerah dan bibir merah alami. "Ah.....aku sedikit terkejut dia sudah memakai jilbab sekarang. Terakhir kali saat kami masih sekolah Nisa belum menggunakannya." Gibran bahkan masih ingat bagaimana indahnya rambut panjang Nisa yang sangat lembut.
Selain karena wajahnya yang cantik, Nisa dipuji siswa-siswa sekolah mereka karena rambut panjangnya yang indah. Surai berwarna hitam pekat itu menjuntai panjang dengan sedikit lekukan dibawahnya lalu aroma stroberi tercium saat kau berada didekatnya. Gadis itu adalah idaman para siswa disekolah mereka bersama beberapa perempuan lain.
"Boleh aku bertanya sesuatu?" Gibran menoleh kepada kekasihnya. Nada suara Manda terdengar tidak biasa sehingga membuat Gibran harus sepenuhnya memfokuskan diri. Lelaki itu tersenyum sebelum tangan kirinya mengelus rambut sang kekasih "Kita bicara setelah sampai rumah kamu ya." Ucapnya berusaha menenangkan. Gibran paham dengan jenis pertanyaan apa yang akan ditanyakan oleh Manda kepadanya.
Manda mengangguk antusias. Ia senang Gibran mengerti dengan keinginannya sesegera mungkin. Karena itu selama perjalanan pulang, Manda memilih untuk duduk diam sambil berusaha mempersiapkan diri dengan jawaban apa yang akan diberikan Gibran "Kita mengobrol di dalam saja atau gimana?" Hanya perlu sepuluh menit bagi Gibran untuk mengendarai mobil menuju rumah kekasihnya. Manda menawari untuk turun supaya mereka bisa bicara di rumahnya "Disini saja ya." Gibran melepas safety belt nya lalu menggeser duduknya supaya menghadap Manda.
"Aku dan Nisa dulu menjalin hubungan." Gibran tersenyum, lelaki itu meraih tangan Manda lalu digenggamnya "Kalau tidak salah, kami berhubungan selama hampir enam bulan. Aku mungkin harus bilang ini tapi Ayu dan Dinda tetap orang yang sama dengan yang kamu tahu sampai sekarang. Dua adikku itu tetap ikut campur urusan percintaanku. Mereka bersikeras membuat aku berpisah dengan perempuan yang mereka pikir tidak worth it bagiku. Yah mereka memang sarkas tapi aku percaya kepada mereka berdua. Tapi saat aku dan Nisa menjalin hubungan, Ayu dan Dinda tidak mengetahuinya karena baik Reza maupun Aidan tutup mulut soal itu."
Jika Gibran ingat-ingat kembali, enam bulan hubungannya dan Nisa berjalan dengan lancar. Walaupun memang tidak sedekat mantan kekasih Gibran terdahulu yang sering meminta dibelikan sesuatu atau meminta ditemani belanja saat akhir pekan. Gibran terbiasa memanjakan kekasih-kekasihnya dengan uang pemberian sang papa (well dia memang sebodoh itu dulu) dan menghamburkannya dengan begitu mudah hingga Ayu Saphira memutuskan untuk turun tangan lalu semuanya terjadi. Aidan dan Reza yang mengetahui hal ini memilih tidak banyak bicara karena itu Ayu dan Dinda tidak tahu soal hubungan Gibran dan Nisa.
"Mereka tidak tahu?" Tanya Manda mengulang ucapan Gibran. Ia merasa sedikit bingung soal itu "Ya, walaupun sulit dipercaya tapi Ayu dan Dinda tidak mengetahui soal hubungan kami saat itu. Mungkin karena aku tidak pernah menghabiskan waktu diluar jam sekolah dengan Nisa sehingga kedua adikku tidak merasakan kecurigaan." Gibran dan Nisa lebih banyak menghabiskan waktu mereka disekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
All of the Sudden📌
ChickLitIni adalah cerita tentang kenangan dan kehilangan. -Sebagian cerita telah diunpublish untuk kepentingan hak cipta, silahkan hubungi secara pribadi untuk lebih lanjut-