Untitled part

5.3K 477 16
                                    

Nisa membuang nafas kasar, menghirup oksigen dengan rakus lalu mencoba menegakkan kepala sebelum memasuki gedung dengan tujuh lantai yang menjulang dihadapannya dengan langkah berat. Ini semua berkat panggilan masuk dari seseorang yang mengaku sebagai sekretaris Gibran dan mengatakan kalau laki-laki itu tiba-tiba pingsan di tengah-tengah rapat besar bersama divisi pemasaran. Gibran tidak sadarkan diri setelah menghabiskan dua hari berturut-turut terjaga tanpa tidur untuk mengerjakan berkas perencanaan dengan ketua divisi dan beberapa orang kepercayaannya. Walau semua yang bekerja bersama Gibran turut tumbang tepat setelah mereka menyelesaikan proposal itu, Gibran tetap memaksakan diri untuk menghadiri rapat dan mempresetasikan hasil kerja keras mereka dengan sangat baik. Namun kondisi tubuhnya tentu tidak sanggup untuk tetap tegak berdiri lebih lama. Gibran ambruk setelah selesai mempresentasikan power point yang disambut dengan tepuk tangan meriah dan persetujuan seluruh pihak.

Sekretaris Gibran meminta Nisa untuk datang dan merawat Gibran yang sekarang sedang beristirahat di ruangan pribadinya. Laki-laki itu menolak dibawa kerumah sakit dan memilih untuk tetap tinggal dikantor setelah melarang semua orang untuk merawatnya. "Mbak Nisa?" Nisa berdiri dengan gugup ketika sosok perempuan dengan rambut panjang yang cantik menghampirinya, dengan setelan jas kerja yang formal Nisa langsung mengira gadis itu adalah sekretaris Gibran "Untung saja saya bertemu mbak disini." Raut wajahnya menyiratkan rasa lega, Nisa mengeratkan pegangan pada kotak makanan yang dibawanya "Ayo saya tunjukkan dimana ruangan pak Gibran." Gadis itu menuntunnya dengan sopan menuju lift yang terletak sebelah kanan. Anehnya, tidak ada pegawai lain yang mengantri untuk menaiki lift ini "Ini adalah lift khusus para petinggi mbak, mereka harus punya kartu akses." Nisa mengangguk setelah melihat sekretaris Gibran mengeluarkan kartu akses yang ia maksud tadi.

Ruangan Gibran terletak pada lantai teratas. Nisa takjub dengan dekorasi lantai tujuh yang sangat nyaman. Satu meja besar yang diletakkan di tengah-tengah ruangan dihuni oleh resepsionis lalu terdapat satu pintu menuju balkon yang ditata dengan taman berukuran sedang. Ada beberapa jenis bunga dan tempat duduk luar ruangan yang di desain dengan klasik. Nisa merasa nyaman dengan suasana seperti ini "Direktur selalu bilang supaya kami tidak bekerja terlalu keras, tapi beliau sendiri selalu bekerja hingga larut malam." Nisa menoleh pada sekretaris Gibran yang tersenyum padanya "Apa yang terjadi padanya?" Tanya Nisa penasaran. Ia harus tahu dulu alasan kenapa Gibran sampai tidak sadarkan diri.

Nisa membuka pintu berwarna putih dengan hati-hati. Sekretaris Gibran sudah pamit setelah membawa Nisa hingga didepan pintu. Ia bilang Gibran melarang semua orang untuk mengganggunya tapi Nisa tidak tahu kenapa sekretaris Gibran malah meneleponnya. Padahal Nisa dan Gibran tidak punya hubungan apapun. Kenyataan itu sedikit menyakitkan. Nisa mendapati Gibran sedang berbaring di sofa L dengan posisi tangan menutup wajah, laki-laki itu melepas jas sehingga menyisakan kemeja putih polos dengan keadaan dasi yang terlepas. Melihat keadaan Gibran yang seperti ini membuat Nisa prihatin, padahal laki-laki itu selalu menunjukkan senyum manisnya jika mereka sedang bersama.

"Direktur terjaga selama 2 hari berturut-turut untuk menyelesaikan proposal proyek bersama divisi pemasaran. Beliau tidak tidur dan tetap memaksakan diri untuk menghadiri rapat dan mempresentasikan hasilnya dengan sangat baik. Direktur pingsan tepat setelah selesai menjelaskan seluruh gagasan dan ide brilian nya."

Ucapan sekretaris Gibran tadi cukup mengganggu Nisa. Terjaga selama dua hari berturut-turut, kenapa Gibran tidak memperhatikan kesehatannya sendiri sih?

"Bukankah aku sudah bilang jangan biarkan orang lain masuk, dira." Nisa tergelak dengan suara serak Gibran, laki-laki itu mengusap wajah lalu mencoba duduk dengan hati-hati. Matanya terbelalak ketika sadar siapa yang ada dihadapannya sekarang "Nisa?" katanya terkejut.

Nisa tersenyum kikuk, menaruh kotak makanan yang ia bawa diatas meja lalu mengambil tempat disebelah Gibran yang sekarang duduk bersandar pada sofa. "Sekretaris kamu menghubungi aku dan mengatakan kalau kamu pingsan." Nisa mencoba menjelaskan alasan kenapa ia bisa diruangan Gibran "Dira ya...maaf, kamu harus melihat aku seperti ini." Gibran mengusap keringat di dahinya. Ia merasa malu Nisa melihatnya dalam keadaan lemah seperti ini.

All of the Sudden📌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang