90's love

3.9K 398 9
                                    

Nisa pamit ke toilet setelah film selesai, meninggalkan Gibran yang tengah menahan senyum sambil membawakan tas selempang yang digunakan perempuan itu. Nisa berlari tanpa membawa tas tangannya sambil menutup wajah dari Gibran.

"Minum dulu, aku beli air putih tadi." Gibran memberikan nisa sebotol air mineral yang dibelinya dari counter snack.

"Makasih Bim." Nisa menegak airnya dengan pelan, membaca ayat kursi sepanjang meneguk air mineral dan menutup matanya sejenak. "Kamu haus banget? Sampai habis begitu minumnya." Gibran mengambil alih botol air yang sudah habis dan membuangnya ke tong sampah di belakang Nisa. 

Mereka turun ke lantai dua sambil bertukar pandangan beberapa kali. Gibran menarik tangan Nisa tiap kali kekasihnya merenggangkan pegangan tangan mereka. Nisa menoleh saat Gibran menghentikan langkah kakinya di depan store pakaian wanita. 

"Kenapa berhenti, Bim?" Tanya Nisa bingung. 

Gibran tersenyum, menatap balik kekasihnya "Kamu mau beli baju nggak?" tawarnya antusias. Kekasih Gibran terdahulu sangat senang tiap kali mereka akan berjalan-jalan di mall. Gibran tidak pernah absen meluangkan waktu dan kartu nya untuk membelanjakan kekasihnya. Sebagian besar dari perempuan-perempuan itu suka membeli banyak baju cantik, tas mewah maupun sepatu yang indah dan Gibran selalu senang hati menyerahkan kartu debitnya. Menyenangkan wanitanya adalah hal yang juga Gibran suka lakukan. 

"Maksudnya gimana?" Tanya Nisa bingung. 

"Aku nanya kamu Ra. Kamu mau belanja sesuatu nggak? baju, sepatu atau tas mumpung kita lagi jalan-jalan di mall."

Nisa berkedip selama beberapa detik "Hm... aku lagi nggak butuh, kapan-kapan aja." Jawaban Nisa membuat Gibran mengernyitkan dahi "Tapi aku nggak pernah beliin kamu apapun." ucapnya kecewa. Gibran baru tersadar kalau ia belum pernah mengajak Nisa berbelanja kebutuhan kekasihnya. Mereka lebih sering pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan. 

"Gimana kalo aku yang nemenin kamu beli sesuatu?" Tawar Nisa balik, ia tidak tega melihat wajah kecewa Gibran. Jika dipikir kembali Nisa juga belum pernah membelikan Gibran apapun. Memperhatikan air muka Gibran yang tampak tidak setuju, Nisa mengambil inisiatif untuk menarik kekasihnya memasuki store sepatu sport. Ia punya ide yang bagus.

Nisa tersenyum pada pramuniaga yang menyapa mereka, laki-laki bertubuh tinggi itu membawa mereka berkeliling store sambil sesekali memperkenalkan produk terbaru dari masing-masing brand. Gibran mengikuti kekasihnya tanpa protes walau tak bisa menahan senyum. "Nah ini seri untuk pasangan mbak, edisi Suede Valentine hers and his." Nisa tertarik dengan model sneakers yang ditunjukkan sang pramuniaga. "Gimana menurut kamu?" Lalu ia beralih pada Gibran meminta pendapat.

Gibran memperhatikan model sneaker yang dipegang Nisa dengan seksama "Bagus kok, coba tanya ukurannya dulu." Nisa mengangguk-angguk, "Mas, minta ukuran yang hers 39 dan his 40. Eh ukuran kaki kamu masih 40 nggak?" kemudian tersadar lalu menoleh lagi pada kekasihnya. Nisa menyebut ukuran kaki Gibran jaman mereka sekolah karena mereka tidak pernah membicarakan soal ukuran kaki lagi setelah kembali bersama. 

Gibran tersenyum manis sekali sambil mengelus kepala Nisa lembut "Ukuran his 41 mas." Ucapnya mengoreksi ucapan sang kekasih. "Baik, silahkan ditunggu sebentar ya." Sang pramuniaga berlalu untuk memeriksa sepatu mereka di gudang. 

Nisa menunduk malu, harusnya ia tidak langsung menebak seperti tadi. "Hehe kamu masih ingat ukuran kaki aku jaman sekolah ya." Gibran terkekeh "Tapi sayangnya kaki aku bertambah besar beberapa senti lagi. Sepatu ukuran 40 berasa sempit di aku sekarang." tambahnya memberi penjelasan. Gibran mengoreksi kesalahan Nisa hati-hati agar tidak menyinggung kekasihnya.

"Dan sekarang karena aku sudah tahu lagi ukuran kaki kamu, Kapan-kapan aku boleh beliin kamu sepatu baru ya?" 

Dasar Gibran, mulutnya manis sekali!

All of the Sudden📌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang