Menerima lamaran dari seseorang itu bukan perkara yang mudah asal kalian tahu. Meskipun lamaran itu berasal dari pria yang kalian cintai sepenuh hati sekalipun, 'menerima' tetaplah menjadi perkara yang benar-benar sulit untuk diputuskan.Semua menyangkut ke depannya. Bukan hanya soal cinta tapi juga kesiapan dan segala sesuatunya termasuk materi. Bukan matre, tapi mau tidak mau materi memang hal yang utama. Kalau dalam hal hubungan Jeannie dengan Genta, materi bukanlah hal besar yang harus dikhawatirkan.
"But Nta, aku sudah terlanjur tanda tangan kontrak dengan Desainer Itali. Kamu tahu kan?" Bukan ya atau tidak yang keluar dari mulut mungil Jeannie.
Bagi Jeannie satu-satunya penghalang baginya dan Genta untuk lebih menyeriuskan hubungan mereka adalah masih banyaknya mimpi yang harus Jeannie wujudkan satu persatu. Jika Jeannie menikah, semua mimpinya akan hilang begitu saja seolah tak pernah menghinggapi pikirannya.
"Yes or No Jean?" tanya Genta lagi sembari sedikit menggeram. Sedikit terpancar kekecewaan di wajah tampan Genta. Namun Genta tetap diam di posisinya, duduk tegap menghadap Jeannie menunggu jawaban final wanita tersebut.
"Okay Fine, I Will." tanpa pikir panjang, Jeannie pada akhirnya memilih mengiyakan. Tidak mempercayai adanya kesempatan kedua.
"No smile like that?" Tangan Genta sudah bersedekap di depan dadanya. Satu alisnya terangkat menunggu jawaban perempuan itu lagi. "Aku tidak memaksamu, asal kamu tahu." Tegas. Iya selalu seperti itu nada bicara Genta.
"Aku tidak." Elak Jeannie.
"Kau iya."
"Aku tidak."
"Kau iya Jean. Jangan begini," kata Genta dengan nada tegas namun terdengar lebih pelan dari yang sebelumnya, "Aku membenci wajah terpaksamu."
"Aku tidak terpaksa asal kamu tahu Tuan Genta yang terhormat." hardik Jeannie yang sudah jengah di pojokkan oleh lelakinya. Entah kenapa sebenarnya Jeannie juga membenci dirinya sendiri mendengar jawabannya yang di luar dugaan.
"Kita tidak akan menikah dalam waktu dekat kan Nta? Aku tidak mungkin membatalkan kontrak dengan siapapun kan?"
Genta diam tidak menjawab. Lagi pula, tanpa Jeannie minta, Genta tidak akan menyuruh Jeannie berhenti mengejar mimpinya. Genta hanya ingin mengikat perempuannya supaya saat mereka berjauhan, mereka sudah terikat dan tidak bisa dengan seenak jidat masing-masing untuk memutuskan ikatan tersebut.
"Aku menghargai privasimu sayang. Aku juga tidak berminat merebut harapanmu," Senyum khasnya terukir jelas di sana. "Aku lebih mengharapkan kamu bisa sukses melampaui ke suksesanku J."
Jeannie tersenyum puas, lelakinya, impiannya, bahagia seolah di genggamannya, setidaknya untuk saat ini biarlah semua seperti ini dahulu.
"Tapi aku yakin kamu akan sangat kesulitan jika ingin menandingi kesuksesanku." Seringaian Genta muncul lagi, Genta yang humoris hanya akan muncul saat mereka menyudahi obrolan mereka yang serius.
"Terserahlah tuan percaya diri." Sahut Jeannie sambil melayangkan tinjunya ke udara. Mendungakan wajahnya sebentar sembari melayangkan doa dalam hati.
'semoga semuanya baik-baik saja.'
♥️♥️♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ 4. Thunderstruck
RomanceCERITA TELAH SELESAI Tidak ada yang bisa memutuskan apa pun untuk kamu kecuali diri kamu sendiri. Copyright © AGUSTUS 2017, ASTINAES Tamat September 2022.