23

6.5K 349 59
                                    

"Jangan mencela apa yang tidak kamu ketahui." Jeannie geram mendengar kalimat per kalimat yang keluar dari mulut Ananta kepadanya. Hidup Ananta bahkan tidak jauh lebih lurus di bandingan hidup Jeannie namun lelaki tersebut ternyata lebih memilih bersikap sok dengan cara menggurui.

Ananta bertepuk tangan sebentar dan akhirnya berdiri dari duduknya. Ia mengitari meja kebesaran Jeannie yang berada di Salon milik Jeannie. "Dengar, aku tidak mencela apa yang tidak ku ketahui. Genta sudah meminta maaf dan memutuskan hubungannya dengan Natasya, jadi aku mencelamu karena aku tahu kamu egois."

"Aku egois?" Geraman terdengar dari mulut Jeannie dan perempuan itu turt berdiri. Berkacak pinggang menatap Ananta seolah saling menantang. "Perhatikan setiap kata yang akan kamu ucapkan saudara Ananta yang terhormat. Tidak peduli anda teman atau keluarga suami saya. Jangan pernah bersikap seolah anda-lah orang yang paling mengetahui apa yang terjadi dengan rumah tangga kami." Setiap kata ia ucapkan dengan penuh penekanan dan jelas adanya.

Tidak membuat Ananta undur diri.

"Aku kesini hanya akan mengambil Michael. Ge-"

"How dare you." sarkasnya. Jeannie tidak menampakkan ekspresi berarti di wajahnya, namun wanita bernama Mina yang menjabat sebagai asisten pribadi baru Jeannie mengetahui dengan pasti bahwa emosi atasannya telah melampaui batas maksimal.

"Maaf menyela, tidak bisakah Bapak menunggu di luar sementara saya berbicara pada Bu Jeannie." Ucap Mina yang sedari tadi berada di dalam ruangan. Berdiri di pojok mencerna kalimat perkalimat yang keluar dari mulut atasan juga orang yang tidak ia kenali.

"Siapa anda berani memerintah saya." Gertak Ananta yang tidak mendapat pengindahan sama sekali dari Mina.

"Saya bertanggung jawab penuh pada apa yang terjadi pada atasan saya. Bisakah saya meminta kerjasamanya Tuan?" kalimat balasan Mina sukses membuat Ananta keluar dengan mulut berkomat kamit.

Sepeninggal Ananta, Mina mulai berbicara dengan ragu, "Saya lancang dan saya tahu itu. Tidakkah anda kasian pada Tuan Genta atas jarak yang anda berikan padanya dan anak kalian?"

Jeannie yang sedari tadi memegangi kepalanya di tempat duduk kebesarannya hanya bisa mendengus sebal. Ia tahu ia keterlaluan seolah dengan sengaja memisahkan dua orang dengan aliran darah sama namun itu adalah hukuman.

"Kamu tahu persis saya bukan orang yang suka memperpanjang masalah sepele," Mina mengangguk mengetahui maksud dari atasannya. "Tidakkah kamu berpikir bahwa perselingkuhan adalah masalah yang jauh dari kata sepele, hm." Gumaman milik Jeannie selalu berarti panjang dan selidik bagi seluruh bawahannya.

Enam bulan jauh dari rumahnya dan tinggal menetap di Negara tetangga yang menjadikan sumber pencariannya membuat seluruh bawahannya tahu betul bahwa kemarahan seorang Nyonya Satya jauh dari kata biasa saja. Jeannie selalu meledak melebihi Genta saat sesuatu yang jauh dari sepele menyita banyak perhatiannya.

"Mina," Mina mengangkat kepalanya sejajar dengan wajah atasannya yang tepat berada tak jauh darinya. Jeannie sudah berdiri di sana, "Pesankan saya tiket pulang. Saya akan pulang sekarang."


👊🏼💛👊🏼


Genta seperti sepaket rasa bahagia dan patah hati bagi Jeannie. Tidak ada yang lebih buruk dari mempertahankan sebuah rumah tangga yang baru saja di mulai dengan rasa patah hati menyelimuti.

Pondasi yang dari awal sengaja tanpa sadar tidak di buat kuat oleh keduanya menjadi tolak ukur betapa pernikahan mereka tidak akan mendapati kebahagiaan.

Satu sampai enam bulan bahagia dan selebihnya batin yang berbicara. Tekanan batin seorang istri adalah yang terparah bagi siapapun yang menjalankannya.

Jeannie, Michael bersama dengan Mina tiba di rumah mewah milik Genta siang itu. Sesungguhnya, Jeannie sangat rindu si pemilik rumah. Namun apa daya, sakit hati lebih menguasainya saat ini.

✅️ 4. ThunderstruckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang