Di lain tempat, Jeannie membiarkan dirinya jatuh ke ranjang empuk di kamar utama penthouse tersebut. Air matanya mulai mendesak keluar perlahan."Aku harus bagaimana Tuhan." Pekiknya tertahan di12sertai bulir bening yang turun dengan cepat dari kedua sudut matanya.
Jika ia menyesalkan situasi yang terjadi di kediaman keluarga besar suaminya beberapa jam yang lalu, percuma. Karena Jeannie tidak terlalu bodoh untuk menyadari semua tingkah gilanya hanya demi memperjuangkan nasib karirnya.
'Apa aku benar-benar harus berhenti meminumnya.' Monolognya dalam hati.
'Tapi kalau aku hamil sebelum acara di Milan, bagaimana.' Egonya masih terlalu tinggi hingga tidak sadar ia melukai hati kecilnya sendiri.
'Tapi jika aku tidak segera hamil, aku akan kehilangan suamiku.'
♥️♥️♥️
"Apa Oma yakin akan membuat Jeannie dan Genta bercerai?"
"Tentu Rebecca sayang. Oma mendukung sangat jika kamu dan Genta bersatu."
Rebecca menyeringai licik, "Ah aku sayang Oma." Ucapnya sambil memeluk Oma Sanjaya.
Mereka berdua tengah berada di salah satu tower pusat kota untuk sekedar menikmati makan siang.
"Kenapa Oma begitu membenci Jeannie?" Ucap Rebecca setelah memasukkan satu potongan kecil steak ke dalam mulutnya.
"Tidak ada. Oma hanya tidak suka saja."
Bohong. Oma Sanjaya sebenarnya sangat-sangat menyukai pribadi Jeannie yang mudah akrab dengan orang lain. Oma bahkan yakin bahwa Jeannie sangat pantas untuk mendapatkan gelar model yang berhasil memasuki kelas International tanpa embel-embel jual diri atau semacamnya.
Rebecca tersenyum menang mendengar jawaban Oma Sanjaya, "Unch Oma, kebetulan di mall pusat kota sedang ada diskon tas merk Eropa keluaran terbaru."
Oma tersenyum menatap Rebecca, "Setelah makan kita bisa berbelanja, kebetulan Oma ingin refleksi. Kamu bisa berbelanja dan Oma akan menikmati waktu untuk pijat di mall." Rebecca tesenyum penuh arti dan bersorak-sorai di dalam hatinya.
♥️♥️♥️
"Jean!" pekikan Genta tiba-tiba saja terdengar di dalam kamar mereka berdua.
Jeannie muncul tak lama kemudian dari kamar mandi. "Ya," Sahutnya pelan sambil mendekati sang suami yang mendudukan dirinya di ujung ranjang sambil melepas sepatu dan jas yang sedari pagi ia pakai.
Jeannie duduk di sebelah Genta. Matanya lurus menatap ke depan, enggan berbicara. Situasi sesaat menjadi sangat canggung.
"Bagaimana kalau kita mencoba membuat lagi, Jean." Tidak menoleh dan bahkan ucapan Genta barusan hampir mirip bisikan.
Namun, telinga Jeannie sangat peka. Perempuan itu bisa mendengar jelas apa yang di ucapkan sang suami. "Maafkan aku Bee." Iya minta maaf atas sikapnya yang tak di ketahui Genta.
"Untuk?" Kernyitan heran mendadak tercetak jelas di kening Genta.
"A-Aku." Tidak gagap, tidak juga sengaja menggantung, hanya saja memang sangat berat mengungkapkan hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ 4. Thunderstruck
RomanceCERITA TELAH SELESAI Tidak ada yang bisa memutuskan apa pun untuk kamu kecuali diri kamu sendiri. Copyright © AGUSTUS 2017, ASTINAES Tamat September 2022.