16

10.2K 392 3
                                    

"Jadi, dengan gampangnya Kakak mengiyakan gitu tawaran si Debby?" Genta menganggukkan kepalanya berulang kali.

"Bodoh!" Satu kata tidak sopan terlontar dengan secara reflek dari mulut  Vebrika.

Genta sudah menaikkan sebelah alisnya menatap tajam Vebrika yang sibuk mengetuk-ketukan jarinya ke meja tunggu. Mereka tengah menunggu martabak manis yang di pesan oleh Vebrika. "Oh salah, Kak Genta bukan bodoh tapi naif."

"Diem." Bentak Genta secara reflek pula.

"Gue nggak bisa diemlah Kak, kalau tadi yang mergokin kakak bukan aku tapi keluarga kakak atau malah Kak Jeannie gimana coba? Pikiran cowok sempit sih." Vebrika itu istimewa dengan cara dia mengutarakan pendapatnya tanpa mau di sanggah. Egois dan penuh kepedulian kepada orang yang di sayanginya dalam waktu yang bersamaan.

"Coba kalau tadi aku nggak nabrak mobil kakak, kakak udah di kamar hotel sekarang." Genta menggeleng.

"Debby tidak selicik itu." Bodoh. Genta bodoh dengan segala kenaifannya.

"Shit!" Umpat Vebrika sekali lagi. "Kakak beneran naif ya," Vebrika bersmirk ria. "Semoga baby yang di kandungan Kak Jeannie ntar nggak naif kayak kakak."

Pernyataan Vebrika tersebut menjadi akhir dari acara 'lempar pendapat' antara Vebrika dan Genta di Warung Martabak setelah mengambil mobil Genta yang lain dari parkiran apartemen lamanya.

♥️♥️♥️

"Hola! I'm back!" Suara cempreng Vebrika sudah memenuhi seluruh indera pendengaran Jeannie yang baru saja kembali dari dapur membuat martabak mie secara kilat.

"Hai baby, aku pulang." Satu kecupan manis mendarat di jidat Jeannie. Jeannie yang mendapat perlakuan dari suaminya tentu saja langsung tersenyum. Jangan lupakan tangan kanannya yang masih membawa piring berisi martabak mie.

Vebrika yang masih sangat jengkel bahkan malah bisa di bilang muak dengan Genta, hanya bisa memutar bola matanya malas.

Vebrika memang tidak memiliki hubungan darah apapun dengan Jeannie, namun ia sangat paham betul bahwa posisi yang di dapatnya sekarang sebagai model internasional papan atas tak luput dari campur tangan Jeannie.

"Kok kalian bisa barengan?" Mereka sudah sibuk menempatkan pantat mereka masing-masing ke sofa ruang keluarga.

"Ketemu di jalan dan kak," ucapan Vebrika memang sengaja ia gantung, ia menyesal sungguh, tapi ia puas juga sudah bisa membatalkan niatan licik seseorang.

"What?" Iya, sebenarnya Jeannie mencium bau-bau ketidakberesan dalam hal ini, tapi ia enggan menuduh.

"Mobil kakak di bengkel." Cicit Vebrika sambil menunduk.

Prang

Piring berisi martabak mie yang di tangan Jeannie jatuh.

"Bagaimana bisa Veb!" Teriak Jeannie reflek tapi Vebrika bahkan tidak bereaksi apapun selain menutup kedua telingannya. Ia sungguh merasa bersalah.

"Shuttt." Genta mendekati sang istri, ia memeluk tubuh Jeannie dari samping takut Jeannie mengamuk atau pingsan karenanya.

"Aku mengantuk kak." Cicit Vebrika lagi.

"Kalau mengantuk kenapa masih nekat pergi keluar, hah!" Okay emosi Jeannie memang sudah tidak bisa di kendalikan kali ini.

"Maaf kak, aku sudah membawanya ke bengkel dan mumgkin beberapa minggu baru beres karena aku menyuruh mereka membuatnya terlihat seperti semula." Masih dengan menunduk, Vebrika berucap seperti itu.

✅️ 4. ThunderstruckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang