Jeannie menatap Genta dari atas ke bawah lengkap dengan wajahnya yang sama sekali tidak menampilkan senyum. "Tell me, Nta."Genta masih terdiam. Bukan maksud Genta mendiamkan tunangannya, hanya saja Genta memang sedang menunggu reaksi Jeannie yang sesungguhnya, saat dirinya dengan tidak memberitahu terlebih dahulu menyusul Jeannie ke Eropa.
Jeannie berjalan keluar balkon kamar hotelnya, menikmati kota Belgia di malam hari dari lantai 18.
"Aku hanya tidak suka melihat banyaknya laki-laki dewasa yang mendadak lapar mata melihat tunanganku lewat di depan mereka." Bisik Genta yang dengan mendadak melingkarkan kedua tangannya memeluk Jeannie dari belakang.
Kepalanya ia sandarkan di atas bahu sempit Jeannie, sesekali jemarinya menggelitik ke perut tunangannya yang masih berbungkus gaun mewah berwarna hitam itu.
"Kamu cemburu?" Singkat, padat, dan benar-benar datar. Jeannie berucap seolah Genta yang cemburu adalah sesuatu yang biasa saja.
"Pertanyaanmu tidak memerlukan jawaban J."
Jeannie menoleh setelah mendengar jawaban dari Genta. Ia menjauhkan diri dari Genta dan menatap Genta lagi untuk yang kesekian kalinya pada malam itu. "I need your answer, Mr Oetama"
"Salah memangnya kalau aku cemburu ?"
"Hm."
"Hanya itu?"
Oke malam ini entah apa yang salah pada diri Genta, namun yang jelas adalah Genta yang terus merajuk. "You look like a baby giant, Mr CEO."
"No, I am not."
Percakapan yang sama sekali tidak tahu kapan selesainya dan di mana ujungnya tersebut terus berlanjut sampai pada saat Genta mengatakan sesuai yang membuat Jeannie ingin menenggelamkan dirinya di rawa-rawa.
"Bisakah kita mempercepat pernikahan kita J? Aku sudah tidak tahan."
♥️♥️♥️
Masih dalam posisi yang sama, Genta yang menyandarkan berat badannya ke pagar balkon kamar hotel dan Jeannie yang berdiri sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Keduanya saling menatap tanpa berkedip sekalipun. Aneh memang, keduanya sudah bertunangan, namun hanya salah satu dari mereka yang menginginkan pernikahan cepat terjadi.
"Ada yang salah ?"
Jeannie menggelengkan kepalanya pelan. "Lalu?"
Tidak ada jawaban. Keheningan kembali menyerang keduanya. Enggan membuka mulut lagi. Sibuk dengan pikiran masing-masing untuk yang kesekian kalinya di hari yang sama.
Bunyi telepon masuk di ponsel Genta membuyarkan keheningan mereka berdua. Ingatkan diri kalian sendiri, ini yang ke sekian kalinya bahwa bunyi telepon lah yang mampu membuat suasana dingin antara Genta dan Jeannie kembali sedikit menghangat.
"Hallo?"
"Selamat malam, apa benar ini Genta Satya Oetama? Pemilik Satya Resort?" Ucap suara lembut keibuan di seberang telepon.
Genta mengangguk, "Ya. Ada apa ?"
"Saya Melody, saya salah satu tamu di resort anda yang berada di Bali. Salah seorang pegawai anda membuat kesalahan dengan membuka kamar saya dengan kunci cadangan dan mengintip apa yang saya lakukan di dalam kamar." Diluar kendali Genta.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅️ 4. Thunderstruck
RomanceCERITA TELAH SELESAI Tidak ada yang bisa memutuskan apa pun untuk kamu kecuali diri kamu sendiri. Copyright © AGUSTUS 2017, ASTINAES Tamat September 2022.