4

23.7K 289 4
                                    



Jeannie mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum benar-benar menoleh untuk menatap ranjang di sebelahnya sudah tak ditiduri.

Ia berhasil mendudukkan dirinya, meneliti seluruh ruangan kamar dengan pandangan sedikit tak berfokus sebelum memutuskan turun dari ranjang dan keluar ke sisi ruang tamu lalu ke kamar mandi untuk mencari tunangannya.

Hasilnya tetap nihil, ketika ia sudah berjalan terseok mengitari kamar VVVIPnya tersebut namun Genta ternyata sudah benar-benar keluar dari sana tanpa sticky note di sebelah ranjang atau meja sama sekali.

Dengan perasaan yang sedikit kecewa, Jeannie melangkahkan kakinya kembali ke kamar mandi. Menenggelamkan dirinya dalam bath up yang sudah di isi air hangat.

Dengan posisi seperti itu, setidaknya Jeannie ingin berpikir jernih tentang semuanya yang terjadi kemarin.

Bunda dan Kedua calon mertuanya yang sangat ingin mempercepat pernikahannya dengan Genta, termasuk 'jangan menunda hamil' pun masuk dalam daftar obrolan singkat mereka kemarin malam.

Genta yang sama sekali belum tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam keluarga kecil Jeannie, membuat gumpalan yang sangat amat kentara di dalam pikirannya.

Genta sangat membenci perceraian dan menghindari berhubungan dengan siapapun yang notabene anak dari hasil perceraian. Hal itu kerap kali membuat hati Jeannie sedikit berdenyut sakit.

Bukan maksud Jeannie menyembunyikan semuanya dari awal, namun semenjak perkataan Genta tentang hal itu dua tahun silam, mulut Jeannie seakan sama sekali tak mampu membuka semuanya. Rahasia kecil yang sangat akan berdampak pada masa depannya.

Namun mau tak mau, tradisi tetaplah tradisi. Jeannie hanya akan menikah bila Ayahnya datang untuk menjadi wali nikahnya. Diwakilkan orang lain? Tidak bisa selama Eyang Putrinya masih hidup, beliau akan tetap bersikukuh Pura harus menjadi wali nikah Jeannie apapun yang terjadi.

"Jean!" teriakan tiba-tiba itu menarik Jeannie dari alam lamunannya.

"I'm here." balasnya dengan berteriak pula.

Genta yang baru saja mendengar sahutan Jeannie lebih memilih melangkahkan kakinya mendekat ke arah kamar mandi. Dia berdiri di depan kamar mandi tanpa mau mencoba membuka pintunya padahal Jeannie juga sedang lupa mengunci pintu.

"Tiga puluh menit lagi aku tunggu di restaurant bawah, kita sarapan bersama J." Satu menit berlalu tak ada sahutan dari Jeannie membuat Genta kembali berbicara dengan nada yang naik beberapa oktaf dari sebelumnya.

"Jeannie sa-"

"Iya tuan Genta Satya Oetama yang terhormat. Aku sudah mendengarmu." ucap Jeannie cepat saat pintu kamar mandi terbuka dan menemukan Genta di sana.

Jeannie keluar kamar mandi hanya dengan melilit handuk di tubuhnya. Entah untuk menggoda Genta atau memang seperti itu kebiasaannya, hanya Jeannie yang tahu.

Cup "Itu untuk kamu yang sepertinya menggodaku."

Cup "Itu untuk kamu yang perlu meyakinkan hatimu bahwa semua akan baik-baik saja." Sedikit banyak namun sepertinya banyak, ketakutan sukses menyelimuti perasaan Jeannie dengan tiba-tiba.

Cup "Itu untuk kamu yang berteriak kemarin malam." Tiga ciuman mendarat di bibir mungil Jeannie dengan mulusnya dengan tiba-tiba.

✅️ 4. ThunderstruckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang