19

10.8K 180 13
                                    

Jeannie duduk menghadap kaca meja rias di kamar miliknya dan milik Genta. Eyeliner yang ia kenakan tadi pagi luntur. Tidak perlu bertanya mengapa demikian.

Wajahnya tertunduk. Sesekali terdengar isakan darinya. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hal tersebut.

Pikirannya melayang. Ia menyadari ia membohongi suaminya tentang status pernikahan orang tuanya, namun ia sama sekali tidak berpikir bahwa Genta akan berhubungan dengan perempuan lain. Apalagi pulang malam dan tidur teronggok di sofa ruang tamu.

Jeannie tidak memahami situasi yang saat ini terjadi.

Tangan kanannya terulur mengusap perut buncitnya. 'Cepatlah keluar nak, Supaya Bunda punya tempat bercerita.' Batinnya.

Jeannie sama sekali tidak mengetahui tentang siapa itu Natasya. Jangankan Natasya, Debby pun Jeannie tidak tahu. Sekali lagi, Genta menyembunyikan masa lalunya dengan sangat amat baik.

Hanya ia, masa lalu, Sasi dan Tuhan yang tahu. Keluarganya ? Tidak begitu peduli. Lagi pula Orang tua Genta tidak mengetahui bahwa Genta bersikap demikian di depan Jeannie.

Setelah peristiwa persembunyiannya beberapa saat lalu di balik tembok, Jeannie menyesal. Jeannie menyesal karena memilih menguping pembicaraan kedua kakak beradik tersebut.

Biarkan Jeannie naif. Ia berfikiran jika ia tak mengetahui semuanya, hidupnya akan lebih baik.

Jeannie bahkan tidak tahu, peristiwa beberapa saat lalu hanyalah gebrakan awal dari rasa sakit hatinya muncul.

Mari kita tinggalkan Jeannie yang masih tertunduk memahami situasi yang sedang terjadi ..

——

"Kapan kamu pulang?"

Alih-alih menoleh, Sasi melirik Genta dari sudut matanya. "Ngusir?"

Genta berdiri dari duduknya, kedua orang tersebut berdiam diri selama beberapa menit usai adu mulut mereka berakhir seri. Tidak ada yang mau mengalah.

Genta mencari keberadaan ponsel miliknya. Sesaat kakinya berjalan memutari sofa mencari benda pipih tersebut. "Cari apa?"

"Hp."

"Noh." Tunjuk Sasi ke arah lemari tinggi di sekitaran televisi. Genta menghampirinya.

Tangannya dan matanya fokus. Tahukah kalian Genta menunggu Natasya menghubunginya. Entah apa yang ada di pikiran lelaki itu.

Seolah tersadar, Sasi beringsut dari sofa "Kak Jean dimana ?"

"Kamar." Masih fokus pada ponsel.

Derap langkah kaki Sasi yang setengah berlari terdengar oleh telinga Genta namun sekali lagi Genta memilih ponselnya.

——

💔💔💔

SAMPAI DI SINI SAYA MAU MENYAMPAIKAN DAHULU.

Ini edit berupa; pemadatan bab aja.

Dulu 2017 bikin cerita ini banyak bercandanya. Banyak blank space (beneran kosong tanpa kata berarti hanya candaan biar yg baca kesel 🤣) itu skrg dihapus karena serius gatau kalau cerita ini bisa 100K lebih. PUJI TUHAN ALHAMDULLILAH 🙏🏻😇.

✅️ 4. ThunderstruckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang