1# Prolog.

460 63 8
                                    

Cobaan selalu Allah beri kepada orang-orang yang kuat. Walaupun cobaan itu sangat berat, Allah tau kalau itu tidak akan pernah melampaui batas kemampuan umat-umat-Nya.

Hari ini hari pertama aku sekolah, oleh karena itu aku bangun lebih awal. Tadi malem habis nangis semalaman gara-gara Vino minta putus, tanpa sebab. Kemudian menghilang. Sakit? Sekiranya itu yang aku rasain. Disaat aku masih sangat menyayanginya, dia minta putus tanpa sebab dan menghilang entah kemana.

"SUDAH AKU BILANG, AKU CAPEK!!!!"

"Tapi, Pa. Papa belum makan dari kemaren, Papa mabuk."

"APA URUSANMU HAA??!!"

"Pa, dengerin Mama."

Plak!

Tangan nan kekar itu pun mendarat di pipi mulus Mama Syasya–Syahna. Syahna mengerjapkan matanya, menahan perih. Tak terasa, air mata itu jatuh perlahan. Papa Syasya–Andi pun dengan rasa tak bersalahnya pergi meninggalkan rumah dengan keadaan mabuk.

Aku yang mendengar suara tamparan itu langsung turun ke bawah dan menghampiri Mamaku. Aku tau, ini memang menjadi rutinitas Papa. kalau tidak menampar Syahna ya pasti menamparku.

Andi kerap sekali ketahuan selingkuh oleh Syahna, bahkan Andi pun ketika pulang kantor langsung menuju club dan minum alkohol sampai mabuk. Syahna seringkali merahasiakan ini dariku. Meskipun Syahna merahasiakannya, aku akan selalu tau tabiat buruk Andi.

"Mama gapapa kan? Kan udah Syasya bilang, kalau Papa lagi mabuk jangan Mama ladenin."

"Mama gak tega lihat Papa, Sya." ucap Syahna sambil menangis.

Aku langsung memapah Syahna menuju sofa, kemudian bergegas menuju meja makan dan mengambil sehelai roti—mengolesnya dengan selai kacang.

Aku melirik Syahna sekilas, ada rasa iba di lubuk hatiku yang terdalam. Hatiku sakit melihat Syahna diperlakukan seperti itu.

"Ma, Syasya berangkat sekolah dulu ya." Aku mencium tangan Syahna, kemudian memanggil Pak Gelna–supirku untuk mengantarku ke sekolah.

Sampailah aku di depan gedung yang berdiri kokoh, terpampang jelas nama sekolah ini 'SMA Pertiwi Bangsa' SMA ini adalah SMA terfavorit di Depok.

Aku masuk ke dalam, kemudian mengedarkan pandangan, sungguh indah sekali SMA ini, semoga dengan aku masuk SMA ini, mungkin perasaanku ke Vino perlahan menghilang.

Aku berjalan menuju koridor, masih agak sepi padahal sudah jam tujuh lewat—aku bercelingak-celinguk mencari orang untuk bisa bertanya, namun hasilnya nihil, SMA seluas ini masih sepi.

Aku menghela napas, tangan seseorang menepuk pundakku, bulu kudukku rasanya merinding.

"Lo anak baru, ya?" ucap cowok itu, dari tampangnya saja sudah pasti dia bad boy, baju di keluarin, name tag pun gak ada.

Masih ragu dengan cowok yang ada dihadapanku ini, aku pun hanya bisa mengatupkan bibir. menjawab. Namun bibir ini terkatup, cowok itu mengenggam tanganku lalu berjalan lurus ke depan.

Namun apa daya, tanganku tidak cukup kuat untuk melepaskan genggaman tangannya—aku pun pasrah.

Akhirnya aku dan cowok itu sampai di depan ruang kepala sekolah. Cowok itu langsung melepaskan tanganku dan menatapku dengan wajah datar.

FEELINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang