2# Aksa Pangestu Sadewa

191 56 3
                                        

Ada sesuatu yang membuatku merasa benar-benar hidup di dunia ini, yaitu dengan hadirnya kamu.
-Aksa Pangestu Sadewa.

***

Aksa's POV.

Hari ini ada siswi baru yang masuk ke kelas gue, namanya Syasya. Dia cantik, rambutnya terurai panjang dan dia unik.

Entah kenapa, saat dia masuk ke kelas, gue merasa ada sesuatu yang bangkit di diri gue. Semenjak ada dia, bibir gue selalu menyunggingkan senyuman, yang bahkan pemiliknya pun tak sadar.

Dia mirip Alya.

Alya.

Satu nama yang bikin gue kangen. Walaupun dia udah bikin gue sakit hati, tapi tetep aja di hati gue masih ada nama dia.

Flashback on.

"Sayang!!!!" ucap seorang lelaki yang tengah berlari menemui kekasihnya.

Perempuan itu langsung menoleh ke belakang saat namanya disebut, "Hai." sapanya. Cowok itu kini sedang menghadap ke arah perempuan itu.

Raut wajah Alya tampak gelisah, Aksa bingung. Apakah Alya ada masalah?

"Kamu kenapa?" ucap Aksa

"Mulai sekarang kita putus!!!" Alya berkata sambil menahan tangis. Ia sekarang sedang bingung. Apakah ini keputusan yang terbaik?

"Kenapa Al? Kamu jangan bercanda deh, gak lucu." Aksa tertawa miris mendengar ucapan Alya. Ia tau bahwa Alya serius dengan omongannya saat ini.

"Aku serius, kamu harus lupain semua tentang aku. Anggap aja kita gak pernah kenal." disela-sela ucapan Alya terdapat rasa sesal.

"Gak semudah itu, kita udah lama pacaran. Terus kenapa kamu minta put--"

"AKU HAMIL, AKSA." kemudian Alya mengusap-usap perutnya. "Waktu itu kami berdua mabuk, akhirnya jadi keterusan, tapi ini gak disengaja." tangisannya pecah, ia ingin meluapkan segala beban yang ada di pikirannya.

Aksa hanya mematung, perkataan Alya barusan sungguh membuat hatinya sakit, marah terhadap dirinya sendiri karna tidak berhasil menjaga kekasihnya. Tapi disisi lain, ia juga kecewa atas apa yang Alya lakukan.

"SIAPA YANG HAMILIN KAMU HA? JAWAB AKU, ALYA." Aksa kini terbawa emosi, ia tidak bisa mengendalikan emosinya.

"Udah, jangan mojokin aku terus. Dia mau tanggung jawab. Dan aku harap kamu lupain semua kenangan kita, aku gak mau kalau orang lain tau bahwa aku hamil, nanti mereka malah nuduh kamu."

Aksa mengacak rambut Frustasi, ia bingung. Ia masih sangat menyayangi Alya. "Maafin aku, dan semoga aja kamu bahagia."

"Biar aku yang tanggung jawab." Dengan cepat Alya menggeleng, sungguh ia tidak ingin Aksa mengambil jalan sesingkat itu, Aksa harus bahagia.

Alya tau, bahwa Aksa kini lelah. Dan memang ini yang Alya harapkan. "Aku minta maaf, kamu harus cari yang lebih baik dari aku ya."

Aksa diam, kemudian Alya memeluk Aksa cukup lama. Aksa pun membalas pelukan itu, mungkin ini yang terakhir kalinya ia memeluk Alya. Kemudian Alya melepaskan pelukannya dan pergi meninggalkan Aksa

FEELINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang